Jane yang menyadari reaksinya cepat-cepat menormalkan ekspresinya agar Joo tak terlihat curiga. “Tidak-tidak.” Jane menggeleng. “Bagaimana bisa kau membiarkan Aland masuk seorang diri ke sana? Itu sangat berbahaya, bagaimana jika mereka mengetahui penyamaran Aland sebagai penyusup dan melakukan sesuatu kepadanya?"
“Dia sendiri yang mau.” Joo membela dirinya karena Jane menyalahkannya. “Kita harus melakukan ini untuk bisa membuktikan bahwa mereka memang ada, Jane.”
“Tapi apa yang dilakukan Aland itu berisiko besar, Joo. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?” Jane menunjukkan raut khawatirnya. Bukan hanya khawatir pada satu hal saja, tapi juga hal-hal lainnya yang berhasil memenuhi kepalanya belakangan ini, selepas dirinya terpaksa menerima tawaran sialan dengan Fluke yang mengancamnya.
“Kia berdoa saja. Aku yakin Aland pasti bisa melewati semuanya.”
Jane juga berharap seperti itu. Na
Romeo membawa laptopnya ke balkon gedung tua yang lebarnya hanya satu x satu meter itu. Ia menunggu sinyal Aland yang tak kunjung muncul, di satu sisi saat malam hari seperti ini jaringan internet di gedung lama itu cukup lambat mengakibatkan pekerjaannya jadi terhambat. Padahal ia juga harus melacak digit nomor peneror Tor, karena sejak hari masih sore pun ia belum berhasil melakukannya.“Bagaimana ini, posisi Aland bisa berbahaya jika aku tidak kunjung menyelesaikan pekerjaanku.”Meski tak mengerti betul maksud Aland menyuruhnya melakukan pekerjaan ini karena Aland bercerita apa pun padanya, tetapi Romeo yakin semua pekerjaan yang diserahkan padanya saling berhubungan dengan keselamatan Aland di sana. Maka dari itu ia mengerahkan semua kemampuannya, ia tak ingin pengorbanan temannya itu berakhir sia-sia begitu saja. Usai berpikir berulang kali, akhirnya Romeo memutuskan untuk pergi dari gedung tua itu untuk menyusup ke dalam gedung utama kampus. Tempat pe
“Aku ingin tanahmu di sini,” tunjuk Aland pada area terjauh dari kubu lawannya, di mana area itu telah di kelilingi sebagian besar dari pemainnya. “Dan aku akan membayarmu 250 dollar.”Kaisar tampak kebingungan, Ia lama berpikir dan akhirnya menyerahkan tanahnya kepada Aland.Aland menyeringai kembali. Ia lalu menjalankan miliknya ke sisi-sisi yang tidak pernah bisa kaisar duga pergerakannya. Permainan berjalan begitu seru dengan Aland yang beberapa kali memimpin permainan.“Aku ingin tanahku di sini, di sini, dan di sini.” Begitu suara Aland mendominasi ruangan, saat tak ada suara lain selain tanda-tanda kemenangannya. “Aku akan memberimu 10.000. Semua milikmu.”Mungkin Aland lupa sesaat bahwa seseorang yang sedang ditantangnya itu adalah seorang pemimpin geng terlarang ini, dengan memberikan tawaran besar yang tidak akan pernah ia benar-benar lakukan, karena Aland sendiri telah mengetahui trik untuk
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Romeo yang kebingungan melihat keberadaan Joo yang tiba-tiba berada di sini. ia baru ingat kemudian kalau beberapa waktu lalu Joo di telepon berkata akan menyusulnya. Joo masih berusaha menetralkan napasnya yang mulai tak teratur. “Jangan banyak bertanya dulu.” Joo memegang pundak Romeo dan menyentuh dadanya sendiri yang napasnya tak teratur. “Petugas penjaga melihatku dan mengejarku, mereka mungkin kehilangan jejakku sementara ini, tapi jika mereka melihat ruangan ini bercahaya, kita pasti akan ditangkap.” Romeo menatap Joo tak percaya dengan penjelasan laki-laki itu. Dirinya menjadi gugup seketika karena khawatir petugas itu akan datang. “Apa yang kau lakukan? Cepat bantu aku mematikan komputer-komputer ini dan pergi dari sini sekarang juga.” Sesuai perintah Romeo, Joo membantunya mematikan jaringan komputer yang masih menyala. Mereka melakukannya dengan terburu-buru, karena ada sebanak 5 komputer yang menyala, dan itu
Kaisar tampak terdiam beberapa saat. Aland sempat merasa heran mengapa kaisar itu tampak seperti sedang memperhatikan gerak-geriknya. Namun, Aland tak memperdulikan hal itu. Ia menganggap jika kaisar itu sebenarnya sedang ketakuan karena tidak ada lagi yang melindunginya di sini. “Apa sebenarnya yang kau inginkan?” suara monster itu kembali terdengar. Namun, dari nada bicaranya, ia tampak lebih datar dan tenang dibanding beberapa saat lalu usai terkejut dengan tipuan Aland. Aland merasa dia harus berhati-hati sekarang, rencananya belum sepenuhnya berjalan lancar. Ia tidak bisa lupa siapa orang yang ia hadapi saat ini. “Mudah sekali sebenarnya. Kau harus membubarkan perkumpulan ini dan jangan pernah mengirim teror lagi kepada mahasiswa. Dan kau harus menyerahkan mengungkap semua kejahatan yang telah kau lakukan kepada rektor.” Aland menunjuk kaisar sesaat usai mengatakan apa yang dia inginkan. Kasiar tertawa kemudian. Suara tawanya yang meng
Aland, Joo dan Romeo sudah sampai di bawah untuk melihat siapa sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu. Joo melirik ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada penjaga yang mengejar mereka. Romeo dan Aland duduk di dekat orang yang diduga kaisar itu. Aland melirik Romeo sesaat, laki-laki itu mengangguk serta mengerti maksud Aland. Aland meraih topeng hitam-puih dan membukanya.Mereka bertiga terkejut melihat wajah sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu.“Willy?” ucap Joo terkejut dan ikut duduk dengan kedua temannya. Mereka benar-benar tak percaya bahwa Will-lah yang sebenarnya selama ini menciptakan kerusuhan secara misterius di dalam kampus.“Dasar munafik.” Umpat Joo tepat saat melihat wajah Willy yang kini bersimpah darah di dahinya. “Dia bersikap sebagai mahasiswa teladan di kampus tetapi dia memiliki hati yang sangat busuk.”Romeo dan Aland kompak melirik Joo ketika laki-laki itu mengatakan itu. Mereka
“Siapa?” tanya Jane.“Dia orangnya. Aland.” Tunjuk Kate pada Aland menggunakan dagunya.Jane merasa takjub dengan Aland. Dia benar-benar melakukannya. Dia berharap Fluke tak mengatakan apa pun tentang dirinya pada Aland, karena ia merasa Aland tak sesumringah seperti teman-temannya yang lain. Ia merasa … jangan-jangan Aland memang telah mengetahui semuanya bahwa ia telah mengkhianati teman-temannya.“Aland, kau benar-benar melakukannya?” tanya Jane pada Aland. Aland tersenyum sekilas dan mengangguk. Aland memang cukup pendiam, tetapi laki-laki itu terlihat sangat pendiam sekali hari ini di banding biasanya. “Itu hebat sekali. Bagaimana kau melakukannya?” Jane berusaha menutupi kegugupannya dengan menanyakan hal itu. Di sisi lain, Ia juga berusaha mengorek apakah Aland mengetahui rahasianya atau pun tidak.“Iya, aku juga penasaran. Aku dan Kate juga belum mengetahui bagaimana kau bisa menangkap p
“Apa maksudmu, datang-datang sudah menuduhku yang tidak-tidak,” jawab Fluke dengan kesal karena Jane tiba-tiba saja gadis itu datang dengan marah-marah.“Jangan berpura-pura tidak mengerti maksudku! Kau berbohong! Kau bilang kau adalah pemimpin geng topeng hitam itu, tapi nyatanya apa? Pemimpin yang sebenarnya adalah Willy, kau berpura-pura menjadi pemimpin geng itu karena kau ingin mengancamku, ‘kan?” Jane berapi-api, dada gadis itu sampai naik-turun karena rasa kesalnya yang memuncak pada Fluke. Ia merasa dipermainkan selama ini oleh Fluke.“Apa yang kau kata—” belum sempat Fluke melanjutkan kalimatnya, Jane sudah lebih dulu menyela perkataannya.“Kau mempermainkanku. Untuk apa Fluke? Apa kau masih membenci diriku, dan ingin membalas dendam kepadaku? Iya? Hah? Katakan! Mengapa kau sangat tega kepadaku, Fluke?” suara Jane menggema memenuhi ruangan Fluke. Tak pernah ia melihat gadis itu semarah itu sebe
“Terserah kau saja!” Jane yang mulanya berteriak karena kekesalannya pada Fluke, terkejut karena reaksi Fluke. “terserah apa yang ingin kau katakan. Karena jika aku menceritakannya pun, kau juga tidak akan memahami mengapa aku melakukan hal ini! Aku sudah tidak peduli apa pun yang kau nilai tentang diriku lagi!” Jane terkejut dengan pernyataan Fluke yang didengarnya. “Apa maksudmu?” tanya Jane dengan heran. Namun, Fluke tampak tak ingin menjawab pertanyaan gadis itu. Laki-laki itu membalikkan badannya dan memerintahkan Jane untuk pergi dari hadapannya. “Pergi dari sini.” “Apa? Kau mengusirku?” tanya Jane tak percaya. “Pergi, Jane. Atau akan menyesal seumur hidup jika kau masih tetap di sini.” Jane yang hendak membalas langsung terdiam dengan perkataan laki-laki itu. Mau tak mau dengan ancaman itu, Jane meninggalkan ruangan Fluke dengan amarah dan pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya. Hari perayaan kampus telah tiba. Semua