Misteri Asmara Bella

Misteri Asmara Bella

Oleh:  Ervin Warda  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
40 Peringkat
59Bab
6.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bella Nayyara, harus menerima kenyataan bahwa masa belajarnya sudah tidak seindah dulu. Semuanya berubah, sejak pertama kali ditemukan mayat dalam sebuah kelas. Hidupnya menjadi dipenuhi teka-teki, perasaan takut dan khawatir akan korban selanjutnya. Tidak ada lagi waktu untuk bersantai, bahkan untuk tertawa saja rasanya sulit. Dia merasa waktunya semakin terbatas dan singkat. Keputusan besar sudah dia ambil, yaitu memecahkan teka-teki demi menemukan sang pelaku. Akankah Bella bisa menuntaskan semuanya? Siapa saja yang membantunya?

Lihat lebih banyak
Misteri Asmara Bella Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ervin Warda
Halo. Maaf ya aku belum bisa update, karena beberapa hari ini aku sakit dan butuh istirahat. Semoga kalian selalu sehat. Salam sayang dari aku:)
2022-02-28 13:01:53
0
user avatar
riwidy
Keren nih, lnjutin. ayo kk kunjungn balik ke The Peacemaker. Makasih.
2022-02-23 09:48:01
0
user avatar
Afie
Alurnya bagus, keren, dan ga bertele-tele. Good job, Kak
2022-02-17 08:31:42
0
user avatar
Megumi
mantap kak ... suka ceritanya....
2022-02-17 08:01:19
0
user avatar
Rai Seika
Keren ceritanya, serem pembunuhan berdarah-darah. next thor ...
2022-02-17 06:43:11
0
user avatar
Esi Apresia
Wah semakin penasaran ama kelanjutan. Semangat up author
2022-02-17 06:34:47
0
user avatar
Eva Susanti
seru ceritanya kak
2022-02-16 19:27:10
0
user avatar
Diganti Mawaddah
Misteri yang menarik, semangat update-nya, Kak
2022-02-16 17:24:42
0
user avatar
Roesaline
Serem nih, siapa korban berikutnya?
2022-02-16 16:16:11
0
user avatar
Selene21
Paling suka cerita misterius begini, tapi juga suka takut2 sedap bacanya. Bikin pengen terus baca lanjutan ceritanya. Semangat, thor.
2022-02-16 15:51:12
0
user avatar
Jasmine
Detektif, penuh misteri dan teka-teki. Keren ini, sudah pasti masuk rak!
2022-02-16 15:47:23
0
user avatar
Tane
Gregetan! Misteri, thriller-nya dapat bangeet. Lanjutkan, Kak ......
2022-02-16 15:45:58
0
user avatar
Ana Sue
kerasa banget horornya, lanjut kak Thor
2022-02-16 12:30:28
0
user avatar
yuvitalya
wow wow wow lanjuuut
2022-02-16 06:21:53
0
user avatar
Galuh Arum
wah cerita nya bagus
2022-02-16 05:41:20
0
  • 1
  • 2
  • 3
59 Bab
1. Topeng Perak
Dalam kesunyian malam, terdapat seseorang yang sedang berjalan santai di koridor kampus. Ketukan sepatunya menggema, memenuhi koridor yang saat ini dia lewati. Membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasa takut. Bibir tebalnya terangkat, membentuk senyuman miring di balik topeng perak yang dia gunakan. Setelah beberapa menit menelusuri koridor, dia menghentikan langkahnya di depan seorang laki-laki yang sedang mengeluarkan seluruh isi tasnya."Hai," sapanya ramah.Laki-laki yang sedang mengeluarkan isi tasnya itu tersentak kaget dan langsung mendongak, menatap seseorang yang baru saja menyapanya."Hai, lo siapa?" tanyanya bingung. Pasalnya, sedari tadi hanya ada dia sendiri di sini. Lalu tiba-tiba muncul seseorang ini dengan pakaian yang aneh, memakai topeng dan jubah hitam.Tidak mendapat jawaban dari orang bertopeng, membuat laki-laki itu kembali menunduk dan membereskan buku-bukunya dengan cepat. Ent
Baca selengkapnya
2. Mayat Alvin
Suasana pagi yang begitu cerah, membuat seorang gadis yang baru saja turun dari mobilnya tersenyum lebar. Semilir angin menyapu lembut wajahnya, meninggalkan kesan sejuk yang menyegarkan. Kakinya mulai melangkah menelusuri koridor untuk menuju ke kelasnya. Namun, di pertengahan jalan dia mengernyit bingung saat melihat kerumunan di sebuah kelas.Disana, para mahasiswa dan dosen berkumpul di depan kelas ekonomi.Merasa penasaran, Bella berjalan mendekati seorang mahasiswi yang terlihat pucat pasi. "Permisi, ada apa ya?" tanyanya sopan."Ada mayat," jawab mahasiswi tersebut dengan suara yang bergetar antara menahan tangis dan takut.Mendengar itu membuat Bella membulatkan matanya sempurna. Wajah yang tadinya menampilkan raut penasaran, kini berganti dengan keterkejutan. Bagaimana mungkin ada mayat di kampus?Ini terdengar aneh dan juga mengerikan.Tanpa menguca
Baca selengkapnya
3. Kertas
Maya dan Luna saling pandang, bingung harus menjawab seperti apa. Karena nyatanya, mereka tidak memiliki bukti yang kuat untuk menganggap bahwa ini bukan kasus bunuh diri."Gue ... gue cuma ngeluarin pendapat aja," jawab Luna seadanya."Kalau dipikir-pikir, Alvin itu adalah sosok laki-laki idaman. Dia ramah, pintar dan segala hal baik melekat sama dia, tetapi apa terdengar masuk akal, kalau tiba-tiba dia mengakhiri hidupnya? Dia ditemukan sudah enggak bernyawa dan itu pasti sudah dari semalam, karena darah di lantai aja udah kering," sambung Maya mengeluarkan apa yang ada di pikirannya. "Emang sih, kondisi dia tadi luka di pergelangan tangan, kayak orang frustrasi karena di sana tempat termudah buat ngelakuinnya."Air mata Bella kembali menetes, rasanya sangat sulit untuk menerima kenyataan kalau Alvin sudah tiada.Melihat Bella menangis, membuat kedua sahabatnya kalang kabut. Mereka saling menyalahkan dengan menendang kaki satu sama lain."Bel, so
Baca selengkapnya
4. Sandi Merah Putih
Di taman belakang, terdapat seorang laki-laki yang sedang membaca buku di bawah pohon mangga. Dia adalah Galih, mahasiswa yang menyukai tempat sepi dan juga buku. Setelah melihat mayat Alvin tadi, dia langsung melangkah ke sini. Bohong jika dia tidak merasa kehilangan, karena semua yang berada di kampus ini sudah dia anggap saudaranya. Dia hanya bisa berharap, semoga Alvin tenang di alam sana dan semoga seberat apa pun masalah yang akan menimpanya, dia tidak sampai melakukan hal seperti itu.Merasa sudah tidak fokus lagi, dia menutup bukunya pelan dan bersandar pada pohon yang berada di belakangnya. Pandangannya mengarah pada bunga-bunga yang tumbuh subur. Namun, yang menjadi fokusnya bukanlah bunga tersebut, melainkan kertas yang terikat di tangkainya."Iseng banget, kasihan bunganya jadi sesak," gumamnya seraya membereskan bukunya, kemudian melangkah mendekati kertas tersebut. Dia berniat melepaskan tali yang mengikatnya.
Baca selengkapnya
5. Keputusan
"Gimana gue bisa nilai ini penting atau enggak, kalau artinya aja gue enggak tau," gerutu Luna yang diangguki Maya."Lah, kalian enggak tau kalau ini sandi?" tanya Galih menaikkan sebelah alisnya."Enggak, gue enggak paham soal sandi-sandi gitu," jawab Maya jujur."Gue nemu kertas ini tuh di cermin kamar mandi. Oke, sekarang gue jelasin ya. Ini namanya sandi merah putih, gue mulai dari kertas pertama," ucap Bella mengambil kertas sebelah kanan, kemudian meletakkannya semakin ke tangah."AP - AU - MP - EP - MP - EU - MP - AU - MT - MP - AT - MI - MP - AT - EU - HP - RI - MP - AT.""MT - HP - RI - MP - RT - MP - RU - MP - AT - AP - MP - AT - MT - HP - MI - AU - AT - HI - MP - RI - MP - AT - AT - HH - EP - HP - EU - AU - HI - MH - ET - MH - MP - RI - EP - AU - MP - AI - MP."
Baca selengkapnya
6. Jatuh Dari Rooftop
Baik Bella maupun Maya, sama-sama terdiam setelah mendapat pertanyaan dari Luna. Mereka berperang dengan hati dan pikirannya sendiri, mencoba meyakinkan diri tentang kertas tersebut. Di satu sisi, mereka tidak yakin karena bisa saja ada orang iseng yang menulis itu. Namun di sisi lain, bisa jadi Alvin memang bukan bunuh diri. Apalagi dengan ditutupnya kasus tersebut, membuat mereka merasa ada yang janggal sekaligus tertantang.Ya, tadi sekitar jam lima sore, pihak kampus memberi informasi bahwa Alvin dinyatakan bunuh diri karena tidak ada bukti selain sayatan di pergelangan tangan. Pihak polisi pun tidak bisa melakukan penyelidikan lebih dalam, karena pihak keluarga dan kampus menutup kasus ini."Benar atau tidaknya kertas itu, yang penting kita sudah memiliki niat baik. Besok, kita harus memberi tau dan meminta izin ke Pak Wiyo. Bagaimana pun juga, kita masih mahasiswi dan enggak ada yang tau kedepannya akan gimana," ucap Bella panjang le
Baca selengkapnya
7. Dimulai
Bella menoleh, seketika dahinya mengernyit samar saat tahu bahwa yang memanggilnya adalah Pak Wiyo."Ada apa, Pak?" tanya Bella."Ajak teman kamu ke ruangan saya!" Setelah mengatakan itu, Pak Wiyo berjalan meninggalkan kerumunan.Meskipun bingung, Bella tetap memberitahu para sahabatnya. Karena tidak mau membuang waktu, akhirnya mereka bergegas menuju ruangan Pak Wiyo. Di setiap langkah, tidak ada yang membuka suara sama sekali. Pikiran mereka berkelana kemana-mana, apalagi setelah melihat kejadian barusan. Keyakinan mereka bahwa semua ini bukan bunuh diri semakin besar. Dua hari berturut-turut, kematian yang begitu mendadak membuatnya terasa janggal.Tanpa terasa, mereka sudah sampai di depan ruangan Pak Wiyo."Permisi, Pak," ujar Bella mengetuk pintu sebanyak dua kali."Masuk!" titah Pak Wiyo dari dalam ruangan.Mereka memasuki ruangan dan melihat Pak Wiyo yang berdiri dengan wajah seriusnya."Saya izinkan kalian menyelidiki
Baca selengkapnya
8. Duka Keluarga Bima
"Untuk masalah mental gue enggak bisa ngomong apa-apa. Apalagi orang yang bersangkutan sudah meninggal. Namun, yang selama ini gue lihat sih sepertinya Bima baik-baik aja, enggak ada rumor atau perilaku dia yang aneh," sahut Bella memejamkan matanya lelah.Ada perasaan yang tidak bisa dia ungkapkan kepada para sahabatnya. Dia takut jika suatu saat salah satu dari mereka atau bahkan semuanya ikut menjadi korban. Entah benar atau tidak, dia merasa mereka yang menjadi korban adalah orang yang mencintainya.Pertama Alvin, sosok laki-laki yang beberapa hari terakhir sedang dekat dengannya. Selalu datang membawakan dia makanan saat jam istirahat tiba. Mengantarkan pulang dan mengajaknya jalan-jalan untuk melepas penat.Kedua Bima, laki-laki yang beberapa hari lalu mengatakan cintanya tetapi dia tolak. Berkata bahwa sudah mencintainya sejak hari pertama ospek.Jika memang pemikirannya benar, maka akan banyak laki
Baca selengkapnya
9. Berusaha Ikhlas
Bella dan para sahabatnya terdiam kaku di depan pintu. Dari tempatnya berdiri, mereka dapat mendengar tangisan histeris dari mama Bima. Hati mereka ikut sesak, terasa begitu menyakitkan hingga tanpa sadar air mata mereka mengalir deras. "I - ni pasti mim - pi terburuk bagi mereka. Gue enggak kuat dengernya," celetuk Luna sesenggukan seraya menggenggam tangan Bella erat. "Pasti, secara Bima anak semata wayang, cowok lagi. Gue kasihan sama keluarganya," sahut Maya dengan kepala mendongak, berusaha menghentikan air mata yang ingin terus keluar. Davin mengusap bahu Bella pelan, berusaha menenangkan gadis itu yang menangis dalam diam dengan menggigit bibir bawahnya. "Ayo masuk!" Setelah menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan, mereka mulai melangkah memasuki rumah Bima. Di sana, di tengah ruang tamu, tampak sebuah peti yang di kelilingi orang-orang. Mereka membaca ayat suci Al-Qur'an secar
Baca selengkapnya
10. Pusing Kuadrat
"Lo mau ngomong apa?" tanya Galih yang duduk di sofa kamar Bella.Setelah Bella mengatakan ada yang ingin dibicarakan, mereka semua memutuskan untuk mencari tempat paling aman yang sekiranya tidak terdengar orang lain. Dan ya, pilihan terbaik adalah rumah Bella. Selain tidak ada tempat lagi, orang tua Bella juga sibuk bekerja yang berarti rumahnya sepi dan hanya ada beberapa pekerja saja."Duduk di bawah aja yuk! Biar lebih enak ngomongnya, masa iya kalian pisah-pisah gitu," ujar Bella menatap sahabatnya satu-persatu. Maya yang berbaring di ranjang, Luna di depan meja rias, Galih duduk bersandar di sofa dan Davin berdiri di pintu balkon."Iya juga sih," sahut Luna berjalan menuju Bella yang sudah duduk di karpet. "Gue lagi ngaca dan ternyata mata gue sembab banget. Pantas aja kayak enggak bisa melek."Davin ikut mendudukkan diri di samping kanan Bella. "Gue pusing setelah mendengar penjelasan orang tuanya Bima.""Iya, kayak gimana gitu. Kalau emang
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status