Derek Maxwell, seorang pria dengan masa lalu kelam, pindah ke rumah baru untuk memperluas jaringan bisnis. Namun, ia mulai merasa tidak nyaman dengan suara-suara aneh yang datang dari rumah sebelah, tempat tinggal keluarga yang tampak normal. Seiring waktu, Derek terjebak dalam situasi yang jauh lebih berbahaya dan gelap dari yang ia bayangkan. Ketika ia semakin dekat dengan keluarga tetangganya, rahasia-rahasia kelam mulai terungkap, dan Derek harus menghadapi kenyataan yang menghantui dirinya.
view moreHujan mengguyur deras, menciptakan dentingan tajam di atas atap mobil yang melaju sendirian di jalanan gelap. Wiper bekerja mati-matian, menyapu air yang terus mengaburkan pandangan. Lampu depan mobil hanya menerangi sepotong jalan yang gelap, tak ada petunjuk arah di luar sana. Jalanan kosong, hanya ada kilat cahaya putih yang sesekali menerangi kegelapan, seolah menegaskan betapa sunyinya malam itu.
Pria itu mengapit setir dengan satu tangan, sementara yang lain menggenggam rokok mati di bibirnya. Napasnya berat, pikirannya penuh dengan kekacauan yang datang tanpa henti. Sesekali ia menatap spion tengah, lalu berpaling ke depan, merasa seperti sedang diburu oleh bayang-bayang masa lalunya. Ia lelah. Lelah dengan hidupnya yang serba salah, lelah dengan masalah yang tak pernah ada habisnya, lelah dengan kebohongan yang harus dijalani setiap hari. Namun malam itu, dalam keadaan seperti itu, ia berusaha untuk tetap tenang, berusaha tidak terlalu banyak berpikir. Jalan yang terus membentang seolah menjadi pelarian. Hanya beberapa kilometer lagi, dan ia bisa melupakan semuanya. Setidaknya untuk malam ini. Tiba-tiba, sesuatu menghantam kap mobilnya. BRAK! Benturan keras itu membuat mobil bergetar, seolah tubuhnya sendiri ikut terpental. Jantungnya mencelos, bukan karena keterkejutan—tetapi karena marah. Seolah ada yang mengganggu kedamaiannya, bahkan dalam kesendirian ini. Ia menginjak rem dengan kasar, membuat mobil tersentak berhenti. Namun, hujan terus mengguyur, deras tanpa ampun, dan wiper yang berfungsi dengan baik tak bisa menyapu air yang terus membanjiri kaca depan. Ia hanya bisa menatap ke depan, di mana jalan tetap kosong. Tidak ada yang terlihat. Tidak ada tubuh. Tidak ada apa pun. Hanya genangan air yang beriak perlahan, seperti tak ada yang terjadi. Keheningan yang aneh, setelah benturan yang begitu keras. Ia meringis, menelan ludahnya, berpikir untuk menepi sejenak. Tapi matanya enggan bergerak ke kaca spion. Tidak mau tahu. Tidak mau melihat apakah ada sesuatu yang tertinggal di belakangnya. Ia merasa dingin, lebih dingin daripada sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri, tubuhnya terasa kaku seolah ada sesuatu yang tak beres. Ia menundukkan kepala, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya ilusi. Itu pasti hanya anjing liar yang terjatuh di jalan. Atau mungkin hanya sampah yang tertiup angin. Tidak lebih dari itu. Namun suara itu… suara pelan yang mulai terdengar. Tap… tap… tap… Suara itu nyaris tenggelam dalam hujan yang terus turun. Seperti sesuatu yang menyeret tubuh di atas aspal. Sesuatu yang berjalan pelan, atau lebih tepatnya, terseret. Napasnya tertahan, dan ia kembali menatap ke kaca depan. Tidak ada yang terlihat. Ia memusatkan perhatian pada suara itu, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah air hujan yang jatuh dari dahan pohon, atau mungkin ranting yang patah. Semua itu mungkin penjelasan yang paling masuk akal. Namun, perasaan aneh menjalar ke tulang punggungnya. Seolah ada sesuatu—atau seseorang—di luar sana. Mengawasinya. Mengikuti setiap gerakannya. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk tetap fokus. Kilatan petir menerangi langit. Sekejap saja, cukup untuk menampakkan sosok kecil di pinggir jalan. Berdiri diam. Tidak bergerak. Dadanya mencengkam. Kilatan berikutnya, sosok itu lenyap dalam kegelapan. Ia mengerjap, mencoba mengingat apa yang baru saja dilihatnya. Sosok kecil, seorang anak, mungkin? Tidak ada yang tahu. Jalan kembali gelap, dan ia menatap ke arah pohon-pohon yang bergoyang tertiup angin. Tidak ada siapa pun. Hujan turun semakin deras, tapi ia tetap merasa aneh. Entah itu perasaan yang datang hanya karena kelelahan atau ada sesuatu yang lebih dari itu. Entah, ia tak bisa menggambarkannya. Hanya rasa dingin yang merayap ke seluruh tubuhnya. Namun, bau itu. Bau amis yang tiba-tiba muncul, menyusup ke dalam kabin mobil, bukan dari luar. Dari dalam. Dia menoleh perlahan ke kursi penumpang, matanya terbelalak. Jantungnya membeku seketika. Di sana, di kursi yang seharusnya kosong, ada jejak basah. Bekas seseorang yang baru saja duduk di sana. Tetesan air jatuh ke lantai mobil, mengingatkan pada suara yang ia dengar tadi. Tangannya bergetar, matanya bergerak ke atas, mengikuti jejak itu. Kaca jendela di sebelahnya penuh dengan jejak tangan kecil yang menempel di permukaannya. Jejak yang tampak basah, tak bisa dijelaskan dengan logika. Ia memandang dengan cemas, dan sejenak ia merasa seperti ada yang mengawasinya. Ia berusaha bernafas lebih tenang, namun udara terasa semakin berat. Di belakangnya, di tengah jalan yang basah dan gelap, sepasang mata kecil terbuka lebar, menatap mobilnya dengan kosong. Tidak berkedip. Tidak bernyawa. Pria itu tidak melihatnya. Ia tidak tahu. Tidak tahu bahwa di jalanan yang basah, sesuatu yang hilang, yang terperangkap dalam kegelapan, sedang mengintai. Dan itu—sesuatu yang telah dilupakan—berada tepat di belakangnya. Ia menekan pedal gas lagi, mobil melaju tanpa peduli. Namun, di luar sana, sesuatu yang tak terungkap mulai menuntut jawaban.Derek duduk di kursinya, gelas whiskey di tangan, matanya tetap terpaku pada pantulan dirinya di kaca bar. Pikirannya berputar, berusaha memahami apa yang baru saja diceritakan oleh Joe. Ada sesuatu yang sangat aneh dengan rumah tetangganya—sesuatu yang lebih besar dari sekadar rahasia biasa. Sesuatu yang sangat gelap. Saat Joe berbalik untuk melanjutkan pekerjaannya di balik bar, sebuah suara halus mengganggu konsentrasi Derek.“Joe, beri saya whiskey yang sama,” suara itu terdengar rendah, hampir seperti bisikan yang sengaja ditujukan hanya untuknya. Derek menoleh, terkejut melihat seorang wanita yang baru saja memasuki bar.Wanita itu langsung menuju kursi di sebelah Derek dan duduk tanpa ragu. Rambutnya cokelat panjang dan sedikit bergelombang, wajahnya cantik dengan garis rahang yang tegas dan mata tajam yang memancarkan kepercayaan diri. Sepertinya dia sudah sangat akrab dengan tempat ini, karena Joe segera menyiapkan minuman favoritnya tanpa bertanya lebih l
Derek merasakan ketegangan yang terus menggantung di pundaknya begitu dia melangkah keluar dari rumah barunya. Teror yang semakin mencekam membuatnya merasa tak tenang di dalam rumah itu. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan, sebuah ancaman tak kasat mata yang selalu mengikuti setiap langkahnya, seperti bayangan yang tak bisa ia hindari. Dia membutuhkan pelarian, sesuatu untuk mengalihkan perasaan takut dan cemas itu.Bar itu terletak tidak jauh dari rumahnya, sebuah tempat yang terlihat sederhana tapi menawarkan suasana yang cukup nyaman. Bangunan kecil dengan kayu-kayu berwarna gelap itu memiliki pintu kayu yang berat, dan begitu Derek masuk, udara dingin malam seolah terperangkap di dalamnya. Pemandangan danau yang luas bisa terlihat dari jendela-jendela besar yang ada di bar, menciptakan kesan damai, seolah semuanya di luar sana begitu tenang, jauh dari kegelisahan yang menghantui dirinya.Derek melangkah ke bar dan duduk di kursi panjang yang menghadap ke luar
Malam-malam Derek kini dipenuhi dengan rasa cemas yang semakin mengganggu. Setiap kali ia menutup mata, suara-suara aneh mulai mengisi ruang sekitarnya. Awalnya, ia pikir itu hanya imajinasinya. Namun, semakin lama, suara itu semakin jelas—ketukan halus di dinding, desisan yang berasal entah dari mana, dan bisikan yang begitu samar namun menegangkan. Seakan ada sesuatu yang menunggu di kegelapan, mengintai dari balik bayang-bayang.Hari itu, Derek merasa kelelahan. Ia baru saja kembali dari kunjungan malam yang menegangkan di rumah tetangga itu, dan pikirannya belum juga tenang. Ia duduk di ruang tamu, mencoba menenangkan diri, tapi bayangan pria tua yang memberi peringatan terus menghantui pikirannya. “Hati-hati dengan keluarga sebelah,” kata-kata itu terus berputar dalam benaknya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di rumah itu? Apa yang mereka sembunyikan? Dan yang lebih menakutkan—apakah Derek juga sudah terperangka
Setelah percakapan yang menegangkan dengan pria itu, Derek merasa hatinya masih berdetak keras, perasaan gelisah membawanya pulang dengan langkah terburu-buru. Tidak pernah ia merasa sepenat ini, seperti ada sesuatu yang terus mengikutinya, mengendap-endap di belakang punggungnya. Malam itu terasa semakin berat, dan bayangan dari rumah tetangga seolah membuntutinya, bahkan setelah ia menutup pintu rumah dengan hati-hati.Pikiran Derek penuh dengan kata-kata yang diucapkan pria itu, senyumnya yang dingin, dan kata-kata yang tersembunyi di balik omong kosong itu. Ada sesuatu yang tidak beres, dan ia tahu itu. Keinginannya untuk melindungi anak itu semakin kuat, tetapi semakin ia mendekati kebenaran, semakin ia merasa seolah terjerat dalam perangkap yang tak terlihat.Namun, tak ada yang bisa mempersiapkannya untuk apa yang terjadi setelah ia melangkah masuk ke rumah. Saat ia mengunci pintu dengan perlahan dan menyalakan lampu ruang tamu, sebuah rasa dingin merayap da
Derek melangkah perlahan menuruni jalan setapak yang menghubungkan rumahnya dengan rumah tetangga yang baru saja ia kunjungi. Langit yang gelap semakin menambah kesan misterius malam itu. Di pikirannya, berbagai pertanyaan masih bergemuruh—tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah tetangga itu, tentang ayah mereka, dan tentang bocah yang takut itu. Keinginan untuk membantu anak itu semakin menguat, namun rasa takut mulai merayap perlahan, menyadari bahwa ia mungkin telah menginjakkan kaki ke dalam sesuatu yang jauh lebih besar dan berbahaya.Tiba-tiba, sebuah suara tua yang lembut menyapanya, memecah kesunyian malam.“Anak muda, berhenti sejenak.”Derek menoleh. Di ujung jalan, di samping pohon besar yang rapat, tampak seorang pria tua mengenakan pakaian lusuh. Rambutnya putih seperti salju, dan wajahnya dipenuhi kerutan yang dalam. Namun, yang paling menarik perhatian Derek adalah tatapan mata kakek itu. Mata yang tajam dan penuh rahasia.
Dengan tekad yang semakin menguat, Derek memutuskan bahwa sudah waktunya untuk mendekati kebenaran yang tersimpan di balik rumah tetangga itu. Ia merasa bahwa satu-satunya cara untuk membantu anak itu adalah dengan mengetahui lebih banyak tentang keluarga yang menyembunyikan rahasia kelam tersebut. Meskipun rasa was-was masih menghantui, Derek mengumpulkan keberanian dan menuju ke depan pintu rumah tetangga. Malam itu, langit kelam diselimuti awan, seolah menandakan suasana hati yang suram. Derek berdiri di depan pintu depan rumah itu, napasnya terengah-engah karena gugup. Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu, berharap bahwa tindakan kecil ini akan memberinya kesempatan untuk berbicara langsung dengan sosok yang selama ini hanya diselimuti misteri. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan di depannya muncul seorang pria berwajah tegas. Mata pria itu tajam, seolah langsung menilai kedatangan Derek. Rambutnya yang sudah mulai memutih menambah kesan seriu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments