Share

04 . Trouble at Canteen

Airélle terbangun karena suara jam weker milik teman sekamarnya berbunyi. Ia mengusak matanya, membiasakan cahaya memasuki retina matanya.

“Pagi, Airélle!” Kareen menyapa. “Mau mandi duluan?”

Dengan keadaan belum sepenuhnya sadar dan masih diliputi kantuk, Airélle pun menganggukkan kepalanya setuju. Dia berjalan sedikit terseok menuju kamar mandi.

Beberapa waktu setelah Airélle memasuki kamar mandi, Amatera keluar dari ruangan walk-in closet dengan tubuh yang sudah terbalut seragam lengkap dari akademi.

“Oww, kau sangat keren, Ame!” puji Kareen.

Amatera tersenyum tipis. “Aku tahu itu.” katanya, lalu ia melangkah ke arah ranjangnya untuk dirapikan.

“Ame,” Kareen memanggil. “Apa benar, ya, Airélle tidak memiliki elemen?” seketika suara Kareen memelan.

Tangan Amatera berhenti dengan aktivitasnya. Ia juga memikirkan hal mengganjal tentang teman sekamarnya yang baru itu. “Entahlah. Bukannya penduduk Fantasia diberkati elemen sejak mereka lahir?”

Kareen mengetuk-ketuk jarinya di dagu sebelum ia kembali mengajukan tanya. “Apa yang kau tahu tentang Hellger?”

Amatera spontan menoleh pada Kareen. Ada jeda beberapa saat di antara mereka, hanya saling bertatapan. Lalu Amatera menghela rendah. “Yang kutahu mereka adalah bangsa iblis.”

Kareen berdecak. “Itu juga aku tahu.”

Amatera terkekeh kecil. “Memangnya kenapa kau menanyakan Hellger? Kendalikan pikiranmu, Kareen. Kemarin Headmaster Academy memberitahu bahwa Hellger tidak bisa melihat akademi ini.”

“Ah, benar juga.” Kareen mengangguk-angguk.

Suara deritan pintu kamar mandi yang terbuka terdengar. Airélle muncul dengan berbalut mantel mandi berwarna putih. Ia berjalan menuju walk-in closet.

“Aku akan mandi. Tolong rapikan tempat tidurku juga ya, Ame!” Kareen terkekeh sebelum melesat masuk ke dalam kamar mandi tanpa menunggu jawaban Amatera.

“Aish! Gadis itu,” Amatera menggerutu.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 。 。 。

Ketiga gadis itu— Airélle, Kareen, dan Amatera. Mereka tengah mengantre untuk mendapatkan sarapan mereka. Antrean panjang dan dipadati manusia-manusia seusianya membuat kepala Airélle pening. Bahkan ia masih bertanya-tanya mereka adalah manusia atau bukan.

“Hey!” Airélle terperanjat saat Kareen yang berbaris di depannya berseru. Ah, seseorang baru saja menyela antrean.

“Kenapa kau berteriak, Jelek?! Telingaku sakit,” si penyela itu menyahut tidak santai.

“Ada anak bangsawan yang tidak beretika ternyata.” sindir Amatera terang-terangan. “Menjijikan bukan saat kau langsung menyela antrean kami? Apa Raja William mengajarkan hal itu padamu?”

“Oww, aku tidak tahu ucapan pengendali api matahari bisa sepanas itu!” Kareen bersorak.

Airélle mengamati gadis yang menyela antrean itu. Rambut dan maniknya berwarna biru menyala, harus Airélle akui wajahnya cantik. Di sisinya ada dua antek-antek gadis biru itu. Rambut keduanya cenderung cokelat gelap— OH! Mereka berdua kembar! Airélle baru menyadarinya.

“Karena aku mempunyai kuasa, jadi aku berhak melakukannya.” gadis biru itu menyahut.

“Kerajaanmu— maksudku kerajaan ayahmu tidak lebih besar dari Kerajaan Fantasia. Bersikap sombonglah jika kau adalah Putri Fantasia yang hilang itu.” tukas Amatera.

“Apa? Hahaha, yang ada dia dilenyapkan Pangeran Jayden karena keangkuhannya.” sambar Kareen, mengejek.

“Kalian—”

“Ck. Tidak bisakah kalian menyingkir?” suara dingin seseorang menginterupsi. “Perempuan memang menyusahkan.” lanjutnya.

Airélle menoleh seperti murid lainnya. Bersamaan ke satu titik yang sama. Laki-laki dengan rambut berwarna silver, maniknya yang berwarna senada terlihat menawan. Wajahnya datar, namun tidak dipungkiri bahwa parasnya sangat tampan.

“Aaric!” si ‘Biru’ berseru sok manis, tangannya kini sibuk memilin rambut birunya.

“Antre ke belakang, Putri Lyra.” kata laki-laki itu, dingin. Si ‘Biru’ atau kini kalian mengenalnya Lyra mengerucutkan bibirnya. Ia menghentak kakinya sambil berlalu ke belakang untuk mengantre.

Saking kesalnya, ia bahkan sampai menabrak bahu Airélle, membuat gadis itu kehilangan keseimbangannya. Dengan spontan dalam degupan jantung yang memacu lebih cepat, Airélle menutup mata. Ia bersiap akan menanggung malu apabila terjatuh dengan tidak etisnya di keramaian kantin saat ini.

Namun yang Airélle rasakan bukan bokong yang sakit karena mencium lantai dingin yang keras, melainkan sebuah tangan yang menyangga punggungnya.

Seketika, suasana kantin menjadi ricuh. Detik berikutnya Airélle membuka mata. Maniknya berbentur tatap dengan manik silver indah itu. Tatapan yang dalam, seakan membuat Airélle tenggelam di sana.

“APA-APAAN!” Lyra memekik keras dan langsung melepaskan tangan Aaric yang menyangga tubuh Airélle. Beruntung Kareen dan Amatera segera menarik tubuh Airélle, menyelamatkannya.

“Kau!” Lyra menunjuk Airélle dengan tatapan menyalangnya. “Jangan mencari perhatian dengan Pangeran Aaric, murahan!”

Airélle tersentak saat Lyra membentaknya, bahkan mengatainya. Oh Tuhan, ingin rasanya ia menampar mulut tidak beradab itu saat ini juga.

“Kau tidak apa?”

Hening.

Seketika suasana ricuh kantin berubah hening ketika dia— maksudnya Aaric bersuara. Lebih tepatnya bertanya kepada gadis asing di depannya, Airélle.

“Aku bertanya.” sambungnya, menyadari lawan bicaranya tidak memberikan jawaban.

Airélle berdehem kecil. “Y-ya.”

ㅤㅤㅤㅤㅤ〔 TO BE CONTINUE 〕

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status