Share

04 . Trouble at Canteen

Author: j-Taesyaa
last update Last Updated: 2021-09-30 08:08:06

Airélle terbangun karena suara jam weker milik teman sekamarnya berbunyi. Ia mengusak matanya, membiasakan cahaya memasuki retina matanya.

“Pagi, Airélle!” Kareen menyapa. “Mau mandi duluan?”

Dengan keadaan belum sepenuhnya sadar dan masih diliputi kantuk, Airélle pun menganggukkan kepalanya setuju. Dia berjalan sedikit terseok menuju kamar mandi.

Beberapa waktu setelah Airélle memasuki kamar mandi, Amatera keluar dari ruangan walk-in closet dengan tubuh yang sudah terbalut seragam lengkap dari akademi.

“Oww, kau sangat keren, Ame!” puji Kareen.

Amatera tersenyum tipis. “Aku tahu itu.” katanya, lalu ia melangkah ke arah ranjangnya untuk dirapikan.

“Ame,” Kareen memanggil. “Apa benar, ya, Airélle tidak memiliki elemen?” seketika suara Kareen memelan.

Tangan Amatera berhenti dengan aktivitasnya. Ia juga memikirkan hal mengganjal tentang teman sekamarnya yang baru itu. “Entahlah. Bukannya penduduk Fantasia diberkati elemen sejak mereka lahir?”

Kareen mengetuk-ketuk jarinya di dagu sebelum ia kembali mengajukan tanya. “Apa yang kau tahu tentang Hellger?”

Amatera spontan menoleh pada Kareen. Ada jeda beberapa saat di antara mereka, hanya saling bertatapan. Lalu Amatera menghela rendah. “Yang kutahu mereka adalah bangsa iblis.”

Kareen berdecak. “Itu juga aku tahu.”

Amatera terkekeh kecil. “Memangnya kenapa kau menanyakan Hellger? Kendalikan pikiranmu, Kareen. Kemarin Headmaster Academy memberitahu bahwa Hellger tidak bisa melihat akademi ini.”

“Ah, benar juga.” Kareen mengangguk-angguk.

Suara deritan pintu kamar mandi yang terbuka terdengar. Airélle muncul dengan berbalut mantel mandi berwarna putih. Ia berjalan menuju walk-in closet.

“Aku akan mandi. Tolong rapikan tempat tidurku juga ya, Ame!” Kareen terkekeh sebelum melesat masuk ke dalam kamar mandi tanpa menunggu jawaban Amatera.

“Aish! Gadis itu,” Amatera menggerutu.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 。 。 。

Ketiga gadis itu— Airélle, Kareen, dan Amatera. Mereka tengah mengantre untuk mendapatkan sarapan mereka. Antrean panjang dan dipadati manusia-manusia seusianya membuat kepala Airélle pening. Bahkan ia masih bertanya-tanya mereka adalah manusia atau bukan.

“Hey!” Airélle terperanjat saat Kareen yang berbaris di depannya berseru. Ah, seseorang baru saja menyela antrean.

“Kenapa kau berteriak, Jelek?! Telingaku sakit,” si penyela itu menyahut tidak santai.

“Ada anak bangsawan yang tidak beretika ternyata.” sindir Amatera terang-terangan. “Menjijikan bukan saat kau langsung menyela antrean kami? Apa Raja William mengajarkan hal itu padamu?”

“Oww, aku tidak tahu ucapan pengendali api matahari bisa sepanas itu!” Kareen bersorak.

Airélle mengamati gadis yang menyela antrean itu. Rambut dan maniknya berwarna biru menyala, harus Airélle akui wajahnya cantik. Di sisinya ada dua antek-antek gadis biru itu. Rambut keduanya cenderung cokelat gelap— OH! Mereka berdua kembar! Airélle baru menyadarinya.

“Karena aku mempunyai kuasa, jadi aku berhak melakukannya.” gadis biru itu menyahut.

“Kerajaanmu— maksudku kerajaan ayahmu tidak lebih besar dari Kerajaan Fantasia. Bersikap sombonglah jika kau adalah Putri Fantasia yang hilang itu.” tukas Amatera.

“Apa? Hahaha, yang ada dia dilenyapkan Pangeran Jayden karena keangkuhannya.” sambar Kareen, mengejek.

“Kalian—”

“Ck. Tidak bisakah kalian menyingkir?” suara dingin seseorang menginterupsi. “Perempuan memang menyusahkan.” lanjutnya.

Airélle menoleh seperti murid lainnya. Bersamaan ke satu titik yang sama. Laki-laki dengan rambut berwarna silver, maniknya yang berwarna senada terlihat menawan. Wajahnya datar, namun tidak dipungkiri bahwa parasnya sangat tampan.

“Aaric!” si ‘Biru’ berseru sok manis, tangannya kini sibuk memilin rambut birunya.

“Antre ke belakang, Putri Lyra.” kata laki-laki itu, dingin. Si ‘Biru’ atau kini kalian mengenalnya Lyra mengerucutkan bibirnya. Ia menghentak kakinya sambil berlalu ke belakang untuk mengantre.

Saking kesalnya, ia bahkan sampai menabrak bahu Airélle, membuat gadis itu kehilangan keseimbangannya. Dengan spontan dalam degupan jantung yang memacu lebih cepat, Airélle menutup mata. Ia bersiap akan menanggung malu apabila terjatuh dengan tidak etisnya di keramaian kantin saat ini.

Namun yang Airélle rasakan bukan bokong yang sakit karena mencium lantai dingin yang keras, melainkan sebuah tangan yang menyangga punggungnya.

Seketika, suasana kantin menjadi ricuh. Detik berikutnya Airélle membuka mata. Maniknya berbentur tatap dengan manik silver indah itu. Tatapan yang dalam, seakan membuat Airélle tenggelam di sana.

“APA-APAAN!” Lyra memekik keras dan langsung melepaskan tangan Aaric yang menyangga tubuh Airélle. Beruntung Kareen dan Amatera segera menarik tubuh Airélle, menyelamatkannya.

“Kau!” Lyra menunjuk Airélle dengan tatapan menyalangnya. “Jangan mencari perhatian dengan Pangeran Aaric, murahan!”

Airélle tersentak saat Lyra membentaknya, bahkan mengatainya. Oh Tuhan, ingin rasanya ia menampar mulut tidak beradab itu saat ini juga.

“Kau tidak apa?”

Hening.

Seketika suasana ricuh kantin berubah hening ketika dia— maksudnya Aaric bersuara. Lebih tepatnya bertanya kepada gadis asing di depannya, Airélle.

“Aku bertanya.” sambungnya, menyadari lawan bicaranya tidak memberikan jawaban.

Airélle berdehem kecil. “Y-ya.”

ㅤㅤㅤㅤㅤ〔 TO BE CONTINUE 〕

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   18 . The Lios is Nice

    “Aku tidak jadi izin ke Mr. Grevin.” putus Airélle.Sontak saja dua sahabatnya itu menoleh padanya.“Kau serius?” Amatera memastikan, dan dijawab dengan anggukan kepala Airélle.“Tidak takut jadi santapan singa itu?” tanya Kareen, sedikit menggoda Airélle. Setidaknya ia harap bisa menggoyahkan Airélle, karena bagaimana pun, dia juga cemas akan keselamatan sahabatnya itu.Menanggapi pertanyaan Kareen, Airélle bergidik. Semoga saja dia tidak benar dijadikan santapan sarapan singa itu.“Itu sihir, ya? Singanya tidak habis-habis.” celetuk Airélle.Kareen di sebelahnya terkekeh. “Iya, itu ilusi mata.”“Menyenangkan....” gumam Airélle.“Bagaimana kau akan membunuh singa itu nantinya?” Amatera bertanya lagi.Airélle mengendikkan bahunya. “Aku tidak berpikir akan membunuhnya.”

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   17 . Fight Class

    Airélle menghadap cermin, menguncir rambutnya dengan sedikit tricky sehingga hasilnya terlihat lebih cantik.“Wow, bagaimana kau menguncirnya seperti itu, Airélle? Lebih tinggi dan cantik.” Kareen berkomentar.“Mau kulakukan juga ke rambutmu?” tawar Airélle. Maka, Kareen tidak akan menyia-nyiakan dengan menolaknya.Airélle meminta Kareen duduk menghadap cermin rias, lalu ia akan mengambil alih rambut coklat dengan sedikit helai berwarna hijau bergelombang itu.Amatera baru selesai dengan seragamnya. Ia mengamati Airélle yang menguncir rambut Kareen. Sedikit lebih menyusahkan dilihat dari caranya, tapi hasil tidak mengkhianati usaha.“Kalian berdua tampak lebih segar dengan bentuk kuncir itu.” Amatera berkomentar tepat setelah Kareen memekik senang atas hasil rambutnya.“Ame!” Kareen berseru, masih senang. “Kau juga harus mencoba ini. Ayolah, kita bertiga

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   16 . Aaric’s Room

    Gadis itu melangkah dengan tergesa - gesa menyusuri rak demi rak buku menjulang yang memadati perpustakaan.Karena ia tidak bisa berteleportasi seperti penduduk Fantasia lainnya, dengan bermodalkan ilmu komunikasinya yang menanyai setiap orang yang ia temui di koridor mengenai keberadaan Pangeran Orion akhirnya membuahkan hasil.Langkah itu semakin cepat ketika melihat punggung familiar di depan sana tengah membolak - balikkan lembar tiap lembar buku usang.“Aaric!” Airélle berseru.Laki-laki itu menoleh. “Ada apa?”Airélle mencebik. “Kau bilang untuk menemuimu—”“—jika kau sadar ada sesuatu yang kau butuhkan. Jadi, apa yang hilang dan kau butuhkan?” sela Aaric dengan wajah tanpa dosanya.Airélle menggeram kecil. “Kalungku hilang! Kalung yang kutunjukkan padamu hari itu. Aku butuh... siapa tahu kalung itu bisa membawaku kembali lagi ke Chicago!&rdqu

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   15 . The Necklace

    “AIRÉLLE!!”Kedua gadis itu, Kareen dan Amatera, berseru bersamaan ketika melihat satu bagian dari mereka menunjukan pergerakan pasti.Kelompak mata itu perlahan terbuka. Maniknya yang segelap malam justru seakan berkilauan diterpa sinar mentari.Airélle kembali mengerjapkan matanya.“Oh Gods! Airélle, akhirnya kau sadar!” Kareen langsung berhambur memeluknya.Amatera dengan sigap menarik Kareen agar melepaskan pelukannya pada Airélle.“Jangan membuatnya sesak napas, Reen.” katanya, sukses mengundang kekehan dari Airélle.“Kau sudah tidak apa-apa?” Amatera bertanya, mengabaikan gerutuan Kareen yang merajuk padanya.“Badanku... terasa lemas.” jawab Airélle pelan.“Serius, Airélle!” Kareen menatap lekat-lekat pada Airélle, memberitahu ia tak ingin dibantah. “Jangan tinggalkan sarapanmu, maka

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   14 . Healings

    Azrival akhirnya izin pamit undur diri, dia beralasan akan menemui Panglima Fantasia, meskipun niat sebenarnya adalah memberikan waktu berdua kepada dua orang yang paling dihormati di Fantasi, Raja dan Ratu.Sepeninggal Azrival, Raja Galant berjalan lebih mendekat lagi pada Ratu Eliza. Di jarak dekat, beliau bisa melihat wajah khawatir istrinya yang belum pernah Eliza tunjukkan padanya lagi selama belasan tahun.Raja Galant menyampirkan lengannya pada pundak Ratu Eliza. Mengusapnya, menghantarkan ketenangan di sana.“Kau akan menemuinya?” tanya Raja Galant, pelan dan dalam.Ratu Eliza menggeleng sekali lagi. “Tidak, suamiku. Aku belum siap.”“Berikan dia pengertian perlahan. Kau harus menemuinya, Eliza.” Raja Galant memberitahu.“Aku hanya takut, dia tidak bisa menerimaku sebagai ibunya. Dia sangat menyayangi Giovany dan Federick, dia pasti sulit menerima kenyataan ini.” ungkap Ratu Eliza.

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   13 . The Bad Plan Has Failed

    Aaric memutuskan untuk benar - benar pergi dari sekitar air mancur halaman sisi barat akademi ketika melihat Airélle beranjak dari duduknya. Gadis light blonde itu menepuk-nepuk bagian belakangnya yang ia pikir kotor. Aaric membalik badannya, berniat berjalan dengan arah yang berlawanan dengan Airélle. Memberikan waktu sendiri bagi gadis itu. Tentunya, sebelum insting istimewanya menyala. Aaric kembali berbalik, dan melihat Airélle tengah kewalahan menjaga keseimbangannya. Gadis itu tumbang. Hampir jatuh dan merasakan sakit di badannya apabila Aaric tidak segera menangkap tubuhnya. “Airélle? Kau mendengarku? Hey, bangun.” Aaric menepuk - tepuk pelan pipi itu, tetapi Airélle hanya diam menutup mata rapat. Dia pingsan. Dengan segera Aaric mengangkat tubuh Airélle di gendongannya. Membawa Airélle sesegera mungkin ke unit kesehatan. Koridor - koridor akademi nampak sepi. Dan tiba - tiba suara gadis menyerukan namanya. Aaric melihat di depa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status