Tanda Pemberontak Langit

Tanda Pemberontak Langit

last updateLast Updated : 2025-11-20
By:  LannUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
28Chapters
25views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

​Ji Yun (孤云 - Awan Sendirian) lahir dengan noda yang disebut 'Tanda Sanghyang'—sebuah kutukan yang membuat Akar Spiritualnya lumpuh dan memberinya batas hidup kultivasi yang singkat. Ia adalah yang terbuang dari Sekte Pedang Gerbang Utara, yang hanya menganggapnya sebagai pelayan, bukan murid. Di dunia Xianxia yang didominasi oleh kekuasaan dan tingkat kultivasi, kelemahan ini adalah hukuman mati. Dalam upaya putus asa untuk memperpanjang hidupnya (Ticking Clock), Ji Yun menemukan warisan tak terduga: sisa-sisa kesadaran seorang alkemis kuno yang pernah dikutuk oleh Kaisar Surgawi karena menentang Dao Agung. Alkemis ini mewariskan kepadanya pengetahuan terlarang: seni kultivasi Primal Qi yang melampaui energi Qi normal dan filosofi Taois kuno tentang penyempurnaan tiga harta: Jing (Esensi), Qi (Energi), dan Shen (Roh). ​Perjalanan Ji Yun dimulai bukan hanya untuk mencari kekuatan, tetapi untuk mencari kebenaran di balik kutukannya. Ia menemukan bahwa leluhurnya dituduh mencuri fragmen dari Sembilan Kuali Surga (Tripods of the Firmament)—artefak kuno yang mampu mengontrol energi kosmik Tiga Alam. ​Dipaksa untuk meninggalkan sektenya dan melarikan diri dari pengejaran Sekte Naga Giok (yang secara diam-diam bekerja untuk Surga), Ji Yun harus menaiki Tangga Kultivasi dengan kecepatan yang menakutkan, mengatasi Turnamen Regional dan menjelajahi Gua Warisan kuno. Ia berkonflik dengan Kaisar Surgawi dan birokrasi langit, yang memandang semua kultivator sebagai subjek yang harus tunduk pada Wu Wei (Non-Tindakan) mereka sendiri. Ji Yun harus memilih: menerima takdirnya dan mati damai sesuai Mandat Langit, atau menentang seluruh tatanan kosmik untuk menulis ulang Dao (Jalur) miliknya sendiri.

View More

Chapter 1

Bab 1: Delapan Nafas yang Lumpuh

Kematian memiliki aroma yang berbeda bagi setiap kultivator. Bagi Ji Yun, kematian berbau seperti Qi (energi) yang stagnan dan lumut tua di batu fondasi yang dingin.

​Seluruh Sekte Pedang Gerbang Utara didirikan di atas keyakinan bahwa kekuatan adalah takdir, dan takdir tertulis pada saat kelahiran, terwujud dalam Akar Spiritual. Gunung yang diselimuti kabut dan arsitektur kayu pinus yang megah Sekte ini selalu terasa seperti sarang lebah yang berdengung dengan energi, tetapi hanya bagi mereka yang memiliki hak waris. Jika seseorang terlahir dengan Akar Spiritual lima elemen yang sempurna, masa depannya cerah dan mulia; jika Akar mereka tercemar, mereka ditakdirkan untuk menjadi debu.

​Ji Yun adalah debu itu.

​Duduk bersila di atas tikar jerami yang telah usang di bilik yang sempit dan remang-remang, Ji Yun menyelesaikan sesi kultivasi paginya. Itu adalah upaya menyedihkan yang telah ia lakukan setiap fajar selama tujuh tahun sejak ia mencapai tahap Qi Condensation tingkat pertama—sebuah pencapaian minimal yang hanya bisa menopang kehidupan fana, bukan membawanya menuju Keabadian.

​Ia membuka matanya, nafasnya bergetar. Udara di sekitarnya yang kaya Qi Spiritual Langit dan Bumi, yang seharusnya diserap oleh lautan Dantian (pusat energi) para kultivator, seolah-olah menjauh darinya. Setelah dua jam meditasi yang menyakitkan, ia hanya berhasil menyerap delapan nafas energi spiritual.

​Delapan nafas. Jumlah yang memalukan.

​Rekan-rekan seperguruan sering menyebutnya “Tanda Sanghyang”. Bukan karena ia seorang jenius kosmik, tetapi karena sebuah tanda merah samar seperti bekas terbakar di tulang selangka kirinya, yang katanya melambangkan kutukan Langit.

​“Kutukan leluhur,” cibiran Tetua Qing, pengawas kultivasi Sekte, seolah-olah bergema di benaknya. “Bahkan Surga pun menolak darahmu.”

​Kutukan itu lebih dari sekadar tanda; itu adalah Akar Spiritualnya yang lumpuh, yang menolak menyerap Qi Spiritual biasa. Seluruh upaya yang ia habiskan hanya cukup untuk sekadar menghangatkan tubuhnya dan memperlambat laju penipisan Jing (Esensi) tubuhnya.

​Jing adalah fondasi kehidupan, materi dasar yang secara bertahap menipis seiring bertambahnya usia, yang diwariskan dari orang tua dan disimpan di Ginjal.

Itu adalah lilin kehidupan yang perlahan terbakar.

Bagi kultivator normal, penyempurnaan Qi seharusnya meningkatkan Jing, memperpanjang umur, dan menguatkan tubuh. Namun, bagi Ji Yun, setiap nafas Qi yang dipaksakan masuk adalah perjuangan yang sia-sia, dan lilinnya terbakar dua kali lebih cepat dari yang seharusnya.

​Dia tidak akan mencapai Foundation Establishment. Dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Itu adalah nasib yang ia sadari sejak lama.

​Tok tok tok!

​Suara ketukan keras di pintu bilik kayunya memecah kesunyian. Kali ini, ketukan itu diikuti oleh tendangan, mengguncang dinding kayu yang ringkih.

​“Ji Yun! Apa kau mati di dalam?” Suara itu milik Li Mu, seorang murid luar dengan Akar Spiritual air kelas menengah. Li Mu, dengan aura Qi Condensation tingkat empat yang arogan, menyukai penghinaan. "Gerbang Utara tidak menoleransi pemalas. Tetua Qing memerintahkanmu membersihkan Paviliun Warisan Lama sebelum matahari terbit. Jangan sampai setitik debu pun tertinggal! Jika kau gagal, kau akan kehilangan jatah pil nutrisi bulan ini!”

​Ji Yun bangkit, melipat tikar jerami yang tipis. Ia tahu, Paviliun Warisan Lama adalah gudang tua yang ditinggalkan, tempat sampah historis yang jarang disentuh. Pekerjaan itu dirancang untuk menghina, memaksanya menyentuh kotoran fana, alih-alih Qi surgawi.

​Li Mu berdiri di ambang pintu, menghalangi cahaya pagi. Ia menyeringai. “Ingat Tanda Sanghyang-mu, sampah. Jangan sentuh artefak apa pun. Kau tidak pantas. Tetua bilang, darah kotor sepertimu bisa mencemari Qi di dalamnya.”

​Pandangan Ji Yun tetap datar, tanpa emosi. "Aku mengerti, Li Mu."

​“Bagus. Sekarang pergi. Aku harus berkultivasi. Tidak seperti bejana perunggu yang gagal sepertimu, aku akan mencapai Foundation Establishment tahun ini.” Li Mu berbalik, jubah Sektenya berkibar dengan angkuh.

​Ji Yun menunggu beberapa saat, memastikan Li Mu benar-benar pergi. Ia mengambil sapu dan ember. Keheningan adalah pelindungnya. Ia telah lama belajar bahwa dalam dunia kultivasi, jawaban terbaik terhadap penghinaan adalah keheningan, dan keheningan adalah pedang terkuatnya. Memperdebatkan takdirnya hanya akan membuang energi langka yang ia butuhkan hanya untuk bertahan hidup satu hari lagi.

​Ia melangkah keluar, menatap ke langit timur yang mulai memerah. Di atas sana, jauh di dalam lautan awan, terletak Istana Surgawi—tempat Kaisar Surgawi bersemayam, yang diyakini telah menjatuhkan kutukan pada dirinya. Kaisar Surgawi dan birokrasi langit memandang Kultivasi sebagai hak prerogatif, jalur yang harus diikuti di bawah Dao yang mereka tetapkan. Bagi mereka, Wu Wei, atau Non-Tindakan, berarti menerima nasib yang telah ditentukan.

​Aku tidak meminta takdir ini, pikir Ji Yun pahit, sambil melangkah menuju Paviliun Warisan. Aku hanya ingin hidup. Jika Langit menolak, maka aku akan mencari jalan yang lain.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
28 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status