Share

Barisan yang Ganjil

Resi Sabda Jati terbangun dari tidurnya demi mendengar teriakan Bisawarna.

“Anak itu. Pasti mimpi itu lagi.” Ucap Resi Sabda Jati.

Mimpi yang dialami Bisawarna itu ternyata bukan pertama kalinya. Itu sudah ketiga kalinya. Pertama, mimpi itu terjadi enam tahun yang lalu, ketika Bisawarna memasuki usia remaja. Saat itu usianya dua belas tahun.

Mimpi yang kedua terjadi tiga tahun kemudian, atau tiga tahun yang lalu, saat usianya lima belas tahun. Dan yang ketiga, malam ini, ketika usianya menginjak delapan belas tahun.

Bisawarna sudah tidak bisa tidur lagi setelah mimpi buruk itu. Hari juga sudah fajar. Semburat cahaya putih telah tampak di ufuk timur. Mentari sebentar lagi akan terbit.

Di halaman rumah utama padepokan, Resi Sabda Jati menyuruh salah seorang muridnya menabuh kentongan. Apel pagi segera dimulai. Para murid Padepokan Jati Jajar segera berdatangan dan berbaris rapi di halaman rumah. Bak prajurit, para murid itu sigap dalam berbaris. Mereka membentuk barisan sepuluh berbanjar, masing-masing banjar ada tujuh saf. Kecuali saf terakhir, hanya berisi enam murid. Resi Sabda Jati menyuruh Bisawarna melengkapi kekurangan barisan para murid itu.

Barisan yang ganjil itu bukan pertama kali terjadi. Itu terjadi setiap para murid dikumpulkan untuk berbaris. Jumlah murid Resi Sabda Jati tidak genap sempurna tujuh puluh orang, melainkan enam puluh sembilan orang. Satu kekurangannya dilengkapi oleh putranya, Bisawarna.

Bisawarna menjadi pelengkap barisan murid Padepokan Jati Jajar karena dianggap juga sebagai seorang murid oleh Resi Sabda Jati. Meskipun, pelatihannya berbeda dengan murid-murid yang lain. Latihan yang diberikan oleh Resi Sabda Jati kepada Bisawarna lebih keras dibandingkan dengan murid-murid yang lain. Ketika ditanya mengapa demikian, Resi Sabda Jati menjawab bahwa “Anakku sebagai penerus kepemimpinan, harus paling sakti di antara yang lain.”

Tidak jarang pula ada pertanyaan yang timbul, mengapa Bisawarna ikut dalam barisan para murid? Resi Sabda Jati selalu menjawab dengan: Aku tidak mau memanjakan anakku, sehingga kuperlakukan sama dengan para murid yang lain. Itulah mengapa, dia selalu menjadi penggenap tujuh puluh murid Padepokan Jati Jajar ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status