Share

Mimpi Buruk

Author: Sumadi Sragen
last update Last Updated: 2022-05-07 21:43:36

Malam telah larut. Hiruk pikuk dan segala aktivitas di Padepokan Jati Jajar telah lama berhenti. Kesunyian melanda dari ujung barat sampai ujung timur Padepokan Jati Jajar. Semua orang telah tertidur pulas. Hanya tujuh orang penjaga gerbang masuk padepokan yang tidak tidur. Mereka selalu waspada. Walaupun Jati Jajar adalah padepokan yang rukun dan damai karena diisi oleh orang-orang yang berhati luhur, kewaspadaan tetap harus dijaga. Bisa jadi, orang-orang jahat dari luar padepokan tiba-tiba menyusup atau menyerbu padepokan.

Di dalam kamar, Bisawarna telah terlelap dalam tidurnya. Kekenyangan makan telah membuatnya mengantuk dan melupakan perkataan ayahnya ketika latihan memanah sore tadi.

Di tengah tidurnya, Bisawarna bermimpi.

Raja raksasa sedang bertarung dengan seorang raja di sebuah istana. Pertarungan itu sangat sengit. Di luar kerajaan, para prajurit dan senopati kerajaan juga sedang menghadapi serangan prajurit raksasa. Namun, semua wajah orang yang ada dalam pertempuran itu tidak jelas terlihat. Buram. Seperti ada kaca kotor yang menghalanginya.

Pertarungan berlangsung sangat sengit. Kedua belah pihak saling jual beli serangan. Namun, beberapa saat kemudian pertarungan itu tampak sekali tidak berimbang. Kesaktian para prajurit dan senopati kerajaan tidak mampu menandingi beberapa prajurit raksasa yang menyerang. Hal itu disebabkan pula serangan raksasa yang dilakukan pada malam hari, ketika semua orang sedang nyaman dalam tidurnya. Waktu di mana kewaspadaan berkurang secara drastis.

Di dalam istana, raja kerajaan itu juga terdesak dengan serangan raja raksasa. Segala kemampuan dan senjata pusaka kerajaan telah dikeluarkan, tetapi tidak mampu melukai sedikitpun tubuh raja raksasa.

“Keluarkan seluruh kekuatan dan senjata pusakamu! Aku tidak akan mundur selangkah pun. Hahaha....” Ucap raksasa itu sambil tertawa sombong.

Sang raja lalu mengeluarkan keris pusaka terakhirnya. Ketika keris mulai dicabut dari warangkanya, cahaya jingga kemerahan keluar dari keris tersebut.

Raja raksasa yang awalnya terlihat congkak dan sombong tampak terkejut dengan kilauan cahaya dari keris itu.

“Keris Wukir Pitu?” ucap raja raksasa sambil bertanya heran.

“Iya, inilah Keris Wukir Pitu yang melegenda itu.” Jawab sang raja.

“Apakah kamu mulai takut? Terimalah kenyataan bahwa kamu akan mati malam ini!” sang raja dengan kekuatan penuh menyerang raja raksasa yang sedang buyar konsentrasinya karena keris itu. Keris itu diarahkan tepat ke jantung raja raksasa.

“Matilah kau ...!”

“Arghh....!”

Raja raksasa jatuh berlutut. Tusukan keris itu benar-benar tepat mengenai dada dan menembus jantungnya. Dengan sekuat tenaga, ia mencabut keris itu dari dadanya. Keris itu kemudian terbang kembali ke tangan sang raja, pemiliknya.

Raja raksasa sudah tidak tahan lagi menumpu tubuhnya, akhirnya ia jatuh tertelungkup. Darah hitam keluar deras dari dada, mengalir ke segala penjuru arah. Aliran darah yang terbesar tiba-tiba berubah wujud menjadi seekor ular hitam.

Dari dalam kamar, tiba-tiba keluar seorang anak laki-laki kecil berlari menuju sang raja. Walaupun terlihat buram juga, kegembiraan wajah anak lelaki itu tidak dapat tertutupi. Ia senang melihat ayahnya memenangkan pertarungan. Sambil berlari, anak itu tersenyum gembira.

“Ayahanda...!” teriak anak itu.

“Ayahanda menang.” Lanjutnya.

“Jangan ke sini, Nak! Bahaya!” sang raja memperingatkan kepada anaknya.

Di belakang anak kecil, turut pula seorang wanita, dengan wajah yang buram pula, berlari menyusul hendak menghentikan laju lari anak itu.

“Pangeran, berhenti! Balik ke kamar!” teriak wanita itu.

“Dinda, bawa anak kita pergi menjauh dari arena pertempuran. Pertarungan ini belum usai.” Teriak sang raja kepada wanita itu, yang tidak lain adalah permaisurinya.

Anak lelaki itu tidak peduli apa yang dikatakan ayah dan ibunya. Yang ada, dia senang karena melihat ayahandanya telah menang.

Siapa menduga, ular hitam jadian dari darah raja raksasa itu menuju ke arah anak lelaki dan ibunya itu. Ular itu langsung mematuk kaki kanan anak kecil yang sedang berlari. Walaupun patukan itu sangat singkat, beberapa mililiter racun sudah berhasil merasuk ke dalam pembuluh darah anak itu. Anak itu jatuh seketika.

Melihat sang putra terjatuh, sang ibu segera mendekati anaknya. Ular hitam itu ternyata belum mau menyudahi menyakiti mangsa. Dalam hitungan detik, ular itu telah melilit kaki dari ibu anak lelaki tersebut dan mematuknya pula. Seketika, wanita itu, yang tidak lain adalah permaisuri sang raja, ibu dari putra mahkota, jatuh tidak sadarkan diri. Bisa yang dikeluarkan ular hitam itu sangat banyak. Ular itu tidak mau melepaskan gigitan dari kaki ssang permaisuri. Ular hitam itu, selain mengirimkan bisa juga menyedot darah dari permaisuri itu.

Hanya dalam waktu yang singkat, belum sempat menyunggingkan senyum atas kematian raja raksasa, sang raja sudah ditimpa nestapa. 

Demi menyaksikan kejadian itu, sang raja berteriak memanggil nama putra dan permaisurinya itu. Tapi, tidak jelas apa kata yang diucapkan. 

Sang raja segera mendekati permaisuri dan putranya. Tubuh permaisurinya sudah kaku. Bisa sudah menyebar ke seluruh tubuh. Darahnya juga sudah terserap habis oleh ular hitam jadi-jadian itu.

Pandangannya lalu ditujukan ke anak laki-laki itu. Bisa ular sudah mulai menyebar ke pembuluh darah sang anak. Pembuluh darah itu berubah menjadi hitam.

Sang raja duduk menangisi anak dan permaisurinya. Ketika itu pula, datanglah seorang paruh baya mendekati sang raja.

“Kakang ...” sapa sang raja.

 “Anak ini masih bisa diselamatkan kalau segera mendapat pertolongan.” Ucap pria paruh baya itu, memotong pembicaraan raja.

Pria paruh baya itu dengan cekatan mengambil Keris Wukir Pitu dari tangan sang raja dan menggoreskan ujung keris ke leher anak kecil itu. Darah segera keluar. Pria itu lalu menyedot sekuat tenaga bisa ular yang mengalir ke pembuluh darah anak itu.

Fokus dengan keadaan, ular hitam yang telah menyedot habis darah permaisuri raja telah kembali ke tubuh raja raksasa. Ular itu kembali menjadi darah dan menalirkan darah ke seluruh tubuh raja raksasa tersebut. Raja raksasa kembali hidup. Ia bangkit dari kematiannya.

Semua lengah.

Pria paruh baya masih menyedot racun dari tubuh pangeran kecil. Sang raja tergugu menangisi kematian permaisurinya.

Anak itu mulai tersadar dan membuka mata.

Saat itu pula, raja raksasa telah menghunuskan pedang di belakang sang raja.

“Mampuslah kau!” teriak raja raksasa.

“Ayahanda...” teriak anak kecil itu.

Di waktu bersamaan, Bisawarna bangun dari tidurnya dengan teriakan yang sama persis dengan anak kecil di mimpinya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AMBISI BISAWARNA   Paseban Agung

    Pagi menyapa dunia. Mentari bersinar cerah menerpa seluruh permukaan Bumi Katimuran. Para pejabat kerajaan, prajurit, dan abdi dalem Kerajaan Slendro Sanga telah terbangun semenjak fajar shadiq muncul. Rasa segar dialami oleh semua. Sungguh luar biasa tidur hanya sebentar tetapi terasa sangat sehat dan nyaman. Bangun pagi pun tidak merasakan kantuk lagi.‘Gong! Gong! Gong!’Gong istana dipukul tiga kali. Paseban darurat. Seluruh prajurit dan abdi dalem kerajaan segera berlari menuju istana. Para pejabat tinggi duduk di kursi masing-masing. Para prajurit dan abdi dalem duduk memenuhi halaman istana sampai alun-alun kerajaan. Rakyat jelata turut keluar rumah menyaksikan fenomena langka tersebut. Dalam hati penuh kekhawatiran, penuh tanda tanya, musibah apa yang akan terjadi.“Seluruh pejabat, prajurit, abdi dalem, dan rakyat Slendro Sanga.” Sapa Prabu Gendhing Pitu membuka pembicaraan dalam paseban.“Tujuh hari yang lalu, seorang utusan dari Kerajaan Waringin Sungsang datang menyampakan

  • AMBISI BISAWARNA   Keris Puspa Sari

    Kakang Mas,Aku tahu bahwa peperangan di Slendro Sanga tidak akan bisa dihindari.Aku tahu bahwa Kakang Mas sudah menguasai berbagai macam ilmu dan jurus yang diajarkan Bopo Resi di Jati Jajar.Namun, Kakang Mas belum pernah menghadapi perang besar sebelumnya. Kakang baru mengeluarkan jurus-jurus yang Kakang kuasai untuk mengatasi begal atau preman pasar di sekitar Jati Jajar.Musuh yang akan Kakang hadapi pasti lebih banyak dan lebih sakti daripada begal-begal dan preman-preman itu.Aku khawatir, Kakang.Namun, aku tidak bisa mencegah ataupun melarang kepergian Kakang ke Slendro Sanga. Peperangan yang akan Kakang Mas hadapi, bisa dijadikan tempat latihan yang sesungguhnya.Dunia sudah semakin tua,Di masa depan, mungkin peperangan akan sering terjadi. Bukan hanya perang-perang kecil antarkampung, tetapi perang besar antarkerajaan. Bukan hanya perang melawan musuh, tetapi bisa jadi berperang melawan saudara sendiri.Aku khawatir, Kakang.Khawatir tentang masa depan. Lebih khawatir lag

  • AMBISI BISAWARNA   Sepucuk Surat

    Penyusunan strategi pertahanan telah usai. Semua yang mendapat amanah sebagai pemimpin pasukan di setiap pos penjagaan segera menyiapkan pasukan masing-masing. Persiapan sebelum perang itu penting. Perang tidak hanya masalah adu kekuatan atau keterampilan menggunakan senjata saja. Banyak hal yang menjadi faktor penunjang keberhasilan peperangan.Hal pertama yang disiapkan sebelum berperang setelah pemilihan pasukan adalah mengecek ketersediaan senjata. Senjata berperan penting dalam perang. Perang tanpa senjata ibarat bunuh diri secara konyol. Hal berikutnya adalah perbekalan makan dan obat-obatan. Perang bisa saja terjadi dalam waktu yang lama. Bisa lebih dari sehari atau dua hari. Untuk memulihkan tenaga ketika istirahat dari peperangan, tentu makanan menjadi faktor utama memulihkannya. Di dalam peperangan, besar kemungkinan ada pasukan yang terluka. Obat-obatan berperan penting untuk menyembuhkan luka-luka yang dialami pasukan. Kalau tidak segera ditangani dengan obat yang cepat da

  • AMBISI BISAWARNA   Malam Sebelum Pertempuran

    Malam, menjelang hari pertempuran direncanakan, Prabu Panji Anom di istana kerajaan Trembesi Agung merasa bimbang. Kerajaan Slendro Sanga merupakan kerajaan yang baik dalam hubungan bilateral. Selama ini, antara Trembesi Agung dan Slendro Sanga saling melengkapi satu sama lain dalam kegiatan ekspor-impor guna memenuhi kebutuhan antarkedua kerajaan. Lebih dari itu, Patih dari kejaraan Slendro Sanga merupakan sahabat baik prabu Panji Anom. Bukan hanya sahabat terbaik, Patih Gangsa Munya adalah kakak seperguruan prabu Panji Anom sewaktu masih berlatih bela diri kala mereka masih remaja. Hubungan itu terus berlanjut sampai saat ini.Namun, Trembesi Agung saat ini sudah di bawah jajahan Waringin Sungsang. Trembesi Agung mau/tidak mau harus menuruti keinginan penguasa Waringin Sungsang jika masih ingin ada di atas bumi. Keinginan Panji Anom untuk menyerang, selalu dibayang-bayangi oleh sosok Patih Gangsa Munya yang dulunya sering mengajari Panji Anom ketika kesusahan menguasai suatu jurus.

  • AMBISI BISAWARNA   Trembesi Agung dan Cemara Sewu

    Raden Senopati Alap-alap Ireng dan Alap-alap Putih memerlukan waktu dua hari untuk melakukan perjalanan ke Trembesi Agung maupun ke Cemara Sewu. Artinya, itu merupakan hari keenam semenjak Prabu Gagak Laga mengirimkan surat ke Slendro Sanga.Di Kerajaan Trembesi Agung, Prabu Panji Anom sedang melakukan paseban dengan para pejabat pemerintahan kerajaan. Dalam paseban, mereka masih membahas tentang kekalahan yang mereka alami ketika menghadapi serangan dari Waringin Sungsang. Banyak prajurit yang gugur di medan laga. Tidak sedikit pula anak-anak, orang tua, dan wanita yang tidak ikut terlibat dalam peperangan turut menjadi korban. Anak panah dan tombak yang salah sasaran, pantulan energi serangan, dan serpihan-serpihan senjata lain yang digunakan dalam peperangan menghampiri mereka dari arah yang tidak diduga-duga dan dalam waktu yang tiba-tiba.Ketika tengah membahas hal tersebut, Alap-alap Putih datang tanpa permisi ke tengah-tengah paseban. Semua orang, termasuk Prabu Panji Anom dika

  • AMBISI BISAWARNA   Suasana di Waringin Sungsang

    Hari mulai pagi. Terpaan sinar mentari menyebar menerangi bumi. Pangeran Laras Maya, Raden Bonang Tinabuh, Gambang Rinengga, dan Bisawarna telah memacu kuda yang mereka kendarai masing-masing. Mereka berangkat tepat matahari terbit tadi.Sementara itu, di sisi bagian barat Negeri Katimuran, di Kerajaan Waringin Sungsang, Prabu Gagak Laga sedang duduk di singgasananya. Di hadapannya ada Patih Gagak Yuda, yang tidak lain adalah saudara kembar prabu Gagak Laga, tetapi Gagak Yuda lebih muda beberapa jam dari Gagak Laga. Raja dari Kerajaan Ngangrangan, prabu Semut Jrabang, juga turut hadir, memenuhi undangan prabu Gagak Laga. Selain itu, para senopati dan punggawa kerajaan Waringin Sungsang turut hadir memenuhi paseban yang diadakan Prabu Gagak Laga.“Prabu Semut Jrabang,” sapa Gagak Laga.“Hamba, Gusti Prabu.” Jawab Semut Jrabang.“Terima kasih telah mau bergabung dengan sukarela menjadi bagian dari Waringin Sungsang. Rakyat dan kerajaanmu aman sentosa, tidak ada setetes pun darah yang te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status