SELAMAT MAMBACA
SEMOGA BERKENAN
“Besok, kita ajak Kartika jalan ke mall, nanti saya cerita disana, besok kebetulan hari ulang tahun Kartika Lee.” Kata Juna.
“Hari ini adalah hari ulang tahun saya. Mau ke Mall ah, happy happy, sudah dua kali ulang tahun Mikung tidak bersama saya, teringat pada saat ulang tahun saya setelah kami berdua setahun pacaran, sambil merayakan ulang tahun saya , kami juga merayakan satu tahun pacaran.” Batin Kartika Lee.
******
“Kar, besok ulang tahun kamu, kamu mau saya belikan apa, sebagai hadiah?” Tanya Mikung dengan sabar dan penuh kasih sayang sambil membelai rambut Kartika Lee yang hitam mengkilap itu, biarpun rambutnya agak tipis dan halus, tidak seperti rambut ibu Kartika Lee yang tebal su
“Terlambat, Jenny Wu sudah ada disini dan sudah berhadapan dengan Kartika. Dan sekarang dia sedang dibawa ke kantor polisi,” Kata Sari santai . “Apa yang terjadi? Ceritakan ke saya.” Kata Juna. “Datanglah kemari, cepat ke kampus, kita ajak Kartika Lee makan di mall, untuk merayakan kemenangannya.” Kata Sari misterius, Setelah Jenny Wu dibawa oleh para pemuda itu, Sari mengajak Kartika Lee ke Mall seberang kampus mereka dan Sari mengajak Kartika Lee ke restoran yang memiliki ruangan pribadi. Di dalam ruangan itu mereka menunggu Juna untuk menceritakan kemeriahan pesta pernikahan Jenny wu dan Sari juga mau menceritakan kehebatan Kartika Lee menghadapi para pengawal dan kemarahan Jenny Wu. Tidak lama me
SELAMAT MEMBACA JANGAN LUPA KOMENTAR DAN LIKE NYA YA. “Sudah , jangan dipikirin, Jenny Wu telah menerima karmanya.”Kata Juna. “Kenapa?” Tanya Sari. “Besok, kita ajak Kartika jalan ke mall, nanti saya cerita disana, besok kebetulan hari ulang tahun Kartika Lee.” Kata Juna. *** Ya, hari ini Kartika Lee ulang tahun, jadi sudah dua tahun , Kartika Lee tidak mendapat kabar dari Mikung. Jika saja Kartika Lee tidak pindah fakultas, sekarang dia pasti sudah lulus dari sarjana kedokteran, sungguh sayang. Hanya karena ibunya takut dia drop out, karena katanya jika tidak lulus satu mata kuliah bisa drop out, tapi kenyataannya tidak, sayang
SELAMAT MEMBACAPESTA PERNIKAHAN jUNA TAKASAWA DAN SARI DJOKOVIC.Suatu pagi di langit yang cerah di pelataran parkir kampus yang mewah terlihatlah dua orang gadis yang saling berjalan dan menyusul gadis yang ada di depan dengan kecepatan yang terlihat berusaha menjauhi gadis yang dibelakangnya tapi......“Kar, tunggu dulu, jangan jalan cepat cepat. Kamu marah ya, saya undang ke wisuda saya, sorry ya.” Kata Merry , saudara sepupu Sari dan juga teman kuliah kedokterannya dulu.“Tidak, untuk apa saya marah sama kamu, sorry saya tidak dapat menghadiri wisuda kamu, karena disana saya melihat kegagalan saya karena ketidak mandiri saya sehingga bisa membuat ibu saya dengan gampangnya memindahkan saya ke fakultas lain.
DEWA YANG MENJANJIKANAda juga mereka para dewa dewi yang selalu mengikuti Kartika Lee. makhluk tidak kasat mata, tapi pasti dapat dilihat oleh Kartika Lee hehehe.Kebanyakan mereka adalah dewa kecil yang masih senang bermain dan memcicipi makanan dunia manusia, ya mereka suka memakai badan Kartika untuk mencicipi makanan enak di dunia manusia.Jika mahkluk yang tidak kasat mata yang baik, mereka tidak membuat sakit, jika kita makan bersama mereka.Bicara soal dewa dewi, teringat Kartika Lee ketika ibunya selesai tugas di daerah Jawa Barat sebagai dokter PTT.Setelah tempat tugasnya melakukan pesta perpisahan dan segala kebutuhan Santi yang ada disana di bawa pulang, mereka bermaksud mampir ke salah satu tempat rekreasi.
SELAMAT MEMBACA DAN MENIKMATINYA Kalau membicarakan Kartika Lee tidak menceritakan para dewa nya tidak sip lah. Jadi dalam bab ini kita lebih banyak menceritakan para dewanya. Ya, sejak Santi selesai PTT dan mereka pulang dari pantai itu. Rumah Gunadi dipenuhi oleh makhluk tidak kasat mata yang dapat memakai badan Kartika Lee. tapi jika ada Gunadi mereka menghilang, takut dimarahi, sungguh aura yang menakutkan bagi mereka. Jadi di saat tidak ada Gunadi, Santi baru bisa bertemu dan berkomunikasi dengan mereka. Diantara keempat dewa kecil itu Santi senang dengan yang merah, gampang diajak komunikasi, jadi disaat sedang sedih Santi suka memanggil mereka dengan panggilan y
POV ZHANG TI WU Penyesalan selalu datang terlambat. Itu adalah pepatah kuno yang kadang kadang suka dilupakan oleh kami yang senang dengan kekuasaan dan kekayaan Disaat penyesalan itu datang rasa sakit yang luar biasa itu sangat menyakitkan dan sangat menderita, tidak dapat dihapus dengan linangan air mata. Dan tidak ada perbuatan apapun yang dapat membetulkannya. Itulah yang selalu ditakuti oleh sebagian manusia. Dan juga selalu dilupakan oleh sebagian manusia, setelah hal yang menyedihkan baru timbul sesal yang besar yang sudah tidak dapat dihilangkan dari kehidupan dan perasaan diri sendiri. Sekali salah langkah sampai ajal menjemput akan selalu salah dan itulah yang saya alami sekarang.
POV ROBERT ZHANG. Hari ini saya mau ke rumah sakit mengambil hasil DNA antara saya dengan paman Hendrik Zhang dan juga antara saya dengan kakek Zhang Ti Wu. Jadi dengan senang saya turun dari lantai dua menuju meja makan untuk sarapan dengan kakek. Saya dari kecil tinggal bersama kakek, sejak saya diangkat menjadi cucu angkatnya. Sebenarnya sayalah yang selalu ada bersama kakek, saya lebih besar setahun dari Takumi dan saya sejak kecil selalu bermain dan belajar bersama dengan Takumi, bahkan ada yang mengatakan kami seperti saudara kembar, kok bisa ya, cucu angkat persis seperti cucu kandung. Karena seringnya mereka berkata saya cucu angkat jadi saya menempatkan diri saya sebagai seorang anak yang tidak memiliki apapun dan selalu menjauhkan diri dengan keramaian dan
Kami menuju ruang makan paman, sebuah ruangan yang sederhana biarpun dengan perabotan yang mewah. Ruangan dengan lantai marmer dan dinding yang penuh lukisan pelukis ternama. Di tengah ruangan terlihat meja persegi empat dengan delapan kursi, semuanya dari kayu jati kuno dan pinggirannya penuh dengan ukiran yang indah. Diatas meja tertata berbagai hidangan mewah seperti masakan kepiting jumbo ala kerajaan, masak bebek panggang, dan berbagai makanan khas kerajaan yang jarang dimakan oleh Robert dan di belakang kami terlihat beberapa pelayan yang siap melayani kami. Dengan sungkan Robert makan bersama paman dan bibinya. Sambil tersenyum pamannya berkata:” Jangan terlalu tegang, kamu sekarang sudah termasuk keluarga Zhang, Keluarga Zhang tidak ada yang rendah diri.” “Iya, paman, saya akan coba membiasakan diri dan akan mencontoh Takumi.” Kata Robert Zhang. “Sudahlah, mari kita makan dulu, yang santai Robert.” Kata bibinya juga tersenyum. Mereka makan dengan diam dan terasa kehen