Share

Scapegoat

"Setelah ditutupnya kasus kematian Tuan David Alexander, kini para polisi kembali bergerak setelah mendapat laporan dari Tuan Alvin Alexander, mengenai identitas pembunuh Tuan David Alexander."

Alvin yang melihat itu menyeringai lantaran rencananya hampir berhasil untuk menangkap Clara. 

'Kau akan menyaksikan penderitaan putrimu di penjara, David. Dengan begitu, tidak ada lagi orang yang akan merebut kekayaanku.' Seringaian Alvin semakin lebar saat foto Clara terpampang di layar televisi.

"Pelaku bernama Clara Alexander diduga telah melakukan pembunuhan terhadap Tuan David demi mendapatkan harta warisan Tuan David. Pelaku juga melarikan diri saat dipergokki oleh Tuan Alvin yang menyaksikan pembunuhan di hadapannya. Untuk itu, Tuan Alvin memerlukan bantuan dari para masyarakat setempat. Selain untuk meringankan pekerjaan polisi, beliau akan memberikan hadiah bagi siapapun yang menemukannya. Bagi siapapun yang menemukannya, hubungi nomor yang tertera di layar kaca TV anda segera."

"Wah, benar kata pepatah. Kita tidak boleh menilai buku dari sampulnya saja." Alvin mengalihkan pandangannya dari televisi dan menatap putrinya.

"Kenapa kau mengatakan itu, Calista sayang?" Ia merangkul bahu putrinya dan mengecup kening putrinya.

"Dia biasanya selalu berpenampilan layaknya gadis cupu dan polos di sekolah. Tapi, dia membuat semua orang kagum dengannya karena kepolosan dan kebaikan hatinya. Tidak kusangka, itu semua hanya topeng untuk menutupi kejahatannya. Menakutkan sekali," Calista memeluk tubuhnya sendiri dan bergidik ngeri.

"Untung saja, aku tidak pernah dekat dengannya meskipun dia sepupuku," sambungnya.

Alvin tertawa melihat tingkah putrinya tersebut.

"Setidaknya, kau melakukan hal yang benar. Jika kau berteman dengannya, akan sangat membahayakan." Calista tersenyum miring menatap ayahnya.

"Seru sekali bicaranya. Ayo kita sarapan," seru Risa.

"Ayo, Pa, kita sarapan. Calista sudah lapar." Calista merangkul tangan ayahnya menuju ruang makan. 

"Pelaku bernama Clara Alexander diduga telah melakukan pembunuhan terhadap Tuan David demi mendapatkan harta warisan Tuan David. Pelaku juga melarikan diri saat dipergokki oleh Tuan Alvin yang menyaksikan pembunuhan di hadapannya. Untuk itu, Tuan Alvin memerlukan bantuan dari para masyarakat setempat. Selain untuk meringankan pekerjaan polisi, beliau akan memberikan hadiah bagi siapapun yang menemukannya. Bagi siapapun yang menemukannya, hubungi nomor yang tertera di layar kaca TV anda segera."

Clara menatap datar pada layar kaca TV tersebut. 

'Demi menemukanku, dia membuatku menjadi buronan.' Clara menggelengkan kepalanya.

"Karena Clara dikenal sebagai buronan, dia tidak bisa ikut bersama Felix dan Naomi untuk menyelesaikan misi ini. Akan terlalu bahaya jika sampai tertangkap." Mendengar pernyataan Albert, Naomi menyeringai. Sedangkan Clara memasang ekspresi tidak terima.

"Aku tidak terima ini, Tuan Albert. Biarkan aku ikut dalam misi ini meskipun menggunakan penyamaran." Naomi menatap tajam pada Clara.

"Kau hanya akan menjadi beban jika kau ikut misi ini, Clara. Sebaiknya, tinggallah di rumah daripada mati sia-sia." Clara mendengkus.

"Justru aku lebih khawatir dengan Felix jika bekerja denganmu, Naomi." Naomi pun mulai emosi dan menarik kerah baju Clara.

"Apa kau bilang?!" Clara tersenyum remeh.

"Untuk ukuran orang yang tidak menyelesaikan tugas dengan benar dan berakhir terluka kemarin, aku yakin. Felix berujung melindungimu sementara kau tidak melakukan apapun." Naomi tidak tahan mendengar perkataan Clara pun melayangkan wajahnya.

Grep....

Clara dengan sigap menahan tangan Clara dan menggenggamnya kuat hingga sang empu meringis kesakitan.

"Hentikan!" Albert pun kehabisan kesabaran karena pertengkaran Clara dan Naomi.

"Cukup dengarkan perintahku demi kebaikanmu, Clara! Dan kau Naomi!" Albert menunjuk wajah Naomi yang kesakitan,

"Jika tidak bisa mengendalikan emosimu, aku akan mencari partner lain untuk mendampingi Felix. Paham?!" Clara pun melepaskan tangan Naomi dengan kasar. 

"Paham," ujar Naomi lesu. Ia tidak mau melawan lebih banyak dan tidak jadi menjalankan misi bersama Felix.

"Bagus. Bubar sekarang kecuali kau, Clara." Clara membuang wajah ke samping karena kesal. Kini, tinggal ia dan Albert di hadapannya.

"Aku tahu, kau kesal karena tidak bisa menjalankan misi ini. Misi yang berhubungan langsung dengan pembunuh ayahmu." Clara hanya diam tak menanggapi.

"Kau tidak bisa gegabah, Clara. Jika kau di penjara, kau tidak akan bisa membalaskan dendam ayahmu pada pamanmu itu." Clara menghela napas.

"Jadi, aku harus apa sekarang?!" Clara bertanya ketus.

"Aku akan memesan tiket dan pergilah ke luar negeri untuk sementara waktu." Clara kembali menghela napas. 

'Bagus, keinginanku untuk balas dendam, hancur sudah.' Clara mendecih.

"Baiklah, kupercayakan semuanya padamu. Aku permisi." Clara membungkuk dan melangkah ke kamar.

Ting tong....

Bunyi bel mansion membuat Albert mengernyitkan dahinya. Ia membuka pintu dan membelalakkan matanya. 

"Selamat pagi, Tuan Albert." Albert merasakan firasat buruk hari ini. 

'Bagaimana bisa Polisi datang ke sini?' batin Albert. Pasalnya, mansion miliknya memang jarang dijangkau oleh polisi dan wartawan.

"Selamat pagi. Ada keperluan apa anda datang kemari?" Albert bertanya dengan tenang.

"Kami kemari untuk menangkap Nona Clara, pelaku pembunuhan terhadap Tuan David." Albert tertawa remeh.

"Ingin menangkap? Jika ingin menangkap, keluarkan dulu surat izin penangkapan kalian." Polisi itu mengeluarkan surat izin penangkapan Clara di hadapan Albert.

"Saya harap, anda tidak berusaha menyembunyikan Nona Clara. Tolong panggil dia kemari atau kami geledah tempat ini." 

"Sebelum kupanggilkan, aku ingin bertanya." Polisi itu mengangguk mempersilakan.

"Dari mana kalian tahu rumahku? Sebelumnya, tempat ini tidak pernah terjangkau oleh polisi dan wartawan." Polisi itu tersenyum.

"Maafkan kami, Tuan Albert. Kami tidak bisa memberitahu darimana kami tahu rumah anda. Sang pelapor tidak mengizinkan kami dan kami menghargai privasinya. Anda hanya perlu membawa Nona Clara ke hadapan kami." Albert tersenyum miring.

"Aku izinkan kalian menangkap Clara dengan satu syarat. Kalian harus memberitahu kami identitas pelapor dan Clara akan kuserahkan." Polisi itu memudarkan senyumnya.

"Tuan Albert. Sekali lagi, saya tidak bisa memberitahu identitas pelapor. Jika anda tidak menyerahkan Clara maka, kami terpaksa menyeretnya sendiri." Polisi itu memberi kode pada anggotanya untuk menggeledah seluruh ruangan. 

"Tidak perlu!" Albert menoleh kebelakang dan membelalak.

"Clara, apa yang kau lakukan?! Masuk sekarang!" Clara tidak menghiraukan perintah Albert.

"Kalian ingin menangkapku, bukan? Kalau begitu, tangkap saja." Albert merasa dongkol dengan ucapan Clara. Anggota-anggota polisi itu mendekat pada Clara dan memborgol tangan Clara.

"Kami permisi, Tuan Albert." Polisi berpangkat inspektur itu pergi diikuti dengan kedua anggota yang membawa Clara di tengah mereka.

Dorr....

Crasshhhh....

Para polisi dan Clara berhenti melangkah. Mereka menatap Pot keramik yang hancur berkeping-keping dan membalikkan tubuh mereka.

"Turunkan pistol anda, Tuan Albert. Jika tidak, kami akan menangkap anda atas penggunaan senjata secara ilegal." Albert memainkan pistol tersebut dan menatap datar para polisi.

"Semakin dekat kalian ke pintu maka, nyawa kalian melayang saat itu juga." Clara menggeleng-geleng.

"Jangan bersikap seperti anak kecil, Tuan Albert. Bukankah itu yang anda ajarkan pada kami?" ujar Clara. Clara berjalan mendekat ke Albert dan hendak ditahan oleh anggota polisi, jika tidak dihentikan oleh atasannya.

"Biarkan mereka menangkapku. Aku punya rencana bagus untuk membalas dendam. Kalian bisa mendukungku dibalik layar, oke?" bisik Clara. Clara berjalan mundur dan meninggalkan mansion mewah tersebut.

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status