Adik Ipar Malang
Bab 34 A Ke BaliPOV DevanAku mendekati Lilis yang sedang membongkar paket hadiah dari Mama. Isinya adalah baju-baju bayi. Dia terlihat sangat menyukainya, membolak-balik baju itu, melihat bagian depan dan belakang. Apa lagi berwarna-warni seperti itu."Sayang, kalau kita berlibur, bagaimana?" tanyaku setelah duduk di sebelahnya.Dia menghentikan gerakannya. "Berlibur? Ke mana?""Aku juga belum menentukan tempatnya.""Apa tak apa-apa?" Lilis mengusap perutnya."Nanti kita coba konsultasi dulu pada dokter. Kalau diijinkan, kita langsung pergi. Hitung-hitung ini liburan kamu sebelum melahirkan. Setelah melahirkan, kamu pasti akan sibuk mengurus bayi kita.""Baiklah, Kak. Kita liburan berdua." Lilis memelukku dengan erat. "Terima kasih untuk semua yang sudah Kakak berikan untukku. Aku tak mungkin bisa membalasnya.""Balas terima kasih dengan cintamu. Itu sudah lebih dari cukup."Adik Ipar MalangBab 34 B Ke BaliPOV Devan"Kabar yang kedua ... Laras hamil.""Apa? Kak Laras hamil?" Aku mengangguk sebagai jawaban. "Alhamdulillah. Akhirnya Allah mengabulkan doa kita selama ini." Mata Lilis berbinar dan wajahnya semakin ceria."Kamu bahagia?""Sangat. Aku ingin menghubungi Kak Laras.""Jangan! Sudah malam. Laras sedang dalam masa-masa mual. Nanti kamu malah mengganggunya.""Betul juga, Kak.""Kalau begitu, sekarang waktunya ibu hamil tidur. Kamu harus banyak istirahat untuk persiapan kita liburan minggu depan. Kemari!"Aku berbaring di sebelah Lilis, kemudian mengusap perut buncit menggemaskan miliknya. Lilis mulai terlihat nyaman, sampai terdengar suara dengkuran halus.dari bibir mungilnya.'Ya Allah, jagalah janin yang ada di perut istriku. Lahirkanlah dalam keadaan utuh dan sempurna, sehat, cerdas, sholeh atau sholeha, dan suka mengamalkan ajaran-Mu.'Kita
Adik Ipar Malang Bab 35 A BaliPOV DevanSetelah makan malam aku dan Lilis berniat untuk istirahat, supaya besok badan tetap bugar untuk melakukan perjalanan. Tanpa sepengetahuan Lilis, aku memasukkan beberapa dokumen ke dalam koperku untuk dikerjakan selama liburan nanti.Terdengar pintu kamar diketuk dari luar. Aku dan Lilis sama-sama menghentikan pekerjaan kami yang sedang memasukkan pakaian ke dalam koper."Biar aku saja," usul Lilis. Dia kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya."Maaf, Non. Itu di luar ada Den Fero." Terdengar suara Mbok Urip berbicara dengan Lilis."Buatkan saja minuman untuknya, dan suruh menunggu sebentar, ya, Mbok."Setelah Mbok Urip pergi, Lilis menutup pintu kemudian berjalan ke arahku. "Ada Kak Fero di ruang tamu, Kak.""Dia lagi," gumamku lirih. "Aku akan menemuinya. Kamu mau menyelesaikan ini atau ikut?" tanyaku seraya berjalan ke arah pintu."Aku mau menyelesaikan in
Adik Ipar MalangBab 35 B BaliPOV Devan Pagi harinya setelah berpamitan dengan Mbok Urip dan Mas Tejo, kami langsung menuju bandara. Dilanjutkan dengan perjalanan udara selama kurang lebih dua jam. Kemudian kembali menaiki mobil untuk sampai di resort milik keluarga Elan.Aku sama sekali tak memberitahu Lilis kalau tempat yang kita tinggali adalah resort milik Elan. Bahkan semua biaya liburan dia yang tanggung, dengan imbalan menjalankan tugas yang dia beri. Memata-matai Evan dan orang yang berusaha merusak rumah tangganya.Sampai di kamar yang kami tinggali, wajah Lilis sedikit pucat. Mungkin dia terlalu lelah karena melakukan perjalanan jauh dengan kondisi hamil seperti itu. Aku jadi merasa bersalah. Andai aku bisa menolak permintaan mama kemarin."Sayang, kamu sangat lelah, ya?" Aku mendudukkan dia di pangkuanku. Memijat lembut di bagian pinggangnya."Lumayan, Kak." Lilis mengalungkan tangannya di leherku. Kepalanya disandarkan di dadaku dengan mata terpejam.Aku melihat jam di d
Adik Ipar MalangBab 36 A Makan di RestoranPOV Devan"Aku sudah siap. Ayo, Kak, kita makan siang!" Lilis sudah keluar dari kamar mandi. "Loh, Kakak habis telfon?""Enggak, kok. Cuma melihat-lihat saja. Siapa tahu ada pesan dari kantor, atau dari orang rumah." Buru-buru aku menyimpan gawai ke dalam saku. "Ayo kita cepat makan siang. Kasihan baby di perut, dia pasti sudah lapar."Kami segera keluar menuju restoran, salah satu sarana dan fasilitas yang ada di restoran ini. Begitu sampai di pintu masuk, aku melihat Evan yang sedang makan siang bersama dua orang laki-laki. Mungkin kliennya, dilihat dari mereka mengenakan pakaian formal.Aku memilih tempat duduk yang agak jauh dari Evan, tetapi dengan jarak masih bisa mengawasinya. Lilis yang melihat gerak gerikku juga mengikuti arah pandangku."Itu ... Kak Evan?" Wajah Lilis terlihat sangat terkejut. Matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. Untung kita sudah dalam posisi duduk, sehingga tidak akan jadi tontonan orang-orang."Iya. It
Adik Ipar MalangBab 36 B Makan di RestoranPOV Devan Sore hari aku sudah terbangun. Mendapati Lilis sedang berdiri di dekat jendela yang terbuka. Memang Lilis tidak berdiri di balkon, tapi angin sore tidak baik untuknya. Aku langsung mengambil selimut, berjalan ke arah orang yang sudah menguasai hatiku saat ini."Kakak." Lilis sedikit terkejut saat aku membalut tubuhnya dengan selimut yang aku bawa."Hm? Angin kencang seperti ini tidak baik untukmu. Ayo masuk!" Aku mengajak Lilis untuk duduk di sofa. "Nanti kita makan malam di restoran yang tadi siang saja, ya?""Iya, Kak. Memang kenapa?""Siapa tahu, kamu pengen makan-makanan restoran di luar resort ini?""Enggak perlu. Di sini juga sudah lumayan bagus."Kami sepakat untuk makan malam seusai melaksanakan shalat maghrib. Aku juga menawari untuk makan malam di dalam kamar saja, tapi Lilis menolak.Sebelum itu, aku meminta Lilis untuk membersihkan diri l
Adik Ipar Malang Bab 37 A Mandi Air DinginPOV Devan"Siapa kamu?" tanya wanita itu dengan wajah sinisnya."Seharusnya aku yang tanya padamu. Siapa kamu dan mau dibawa ke mana kakak iparku ini?""Kakak ipar?" Dia tertawa kecil. "Jangan menggertakku! Kamu pikir aku percaya? Kalian terlihat seumuran."Aku melihat ke arah Evan. Wajahnya memerah, keringat dingin mulai keluar di dahi, nafasnya juga memburu. Sepertinya dugaanku benar, dia sudah memakan makanan yang dicampuri obat perangsang."Cepat lepaskan! Atau aku akan melaporkanmu," ancamku dengan gigi terkatup rapat. "Kamu pikir, kamu siapa? Hanya seorang wanita murahan, yang berusaha menghancurkan rumah tangganya."Cengkeraman tanganku pada wanita itu semakin kencang. Bahkan dia terlihat meringis, tapi tetap tak melepaskan pegangannya pada Evan."Berani-beraninya mencari masalah dengan seorang Evan Pramudya Sakti, anak bungsu dari pemilik resort ini. Dengan
Adik Ipar MalangBab 37 B Mandi Air DinginPOV LilisDi tempat lain dan di waktu yang bersamaan.Aku sedang dalam perjalanan menuju kamar. Sampai di area taman, langkahku berhenti karena merasa ada seseorang yang memanggil."Lilis!""Kak Fero!" Kak Fero berlari menghampiriku dengan berlari kecil. Senyum kecil sebagai ciri khas dirinya, tersungging di bibir tipisnya itu."Kak Fero di sini juga? Sejak kapan?" tanyaku sangat penasaran."Aku baru saja sampai, dengan penerbangan siang hari ini. Tadinya aku mau makan malam, malah melihat kamu sendirian di sini.""Kalau begitu, Kak Fero makan malam saja dulu.""Aku masih kenyang. Sebenarnya aku mau menemui adikku di restoran, tapi dia bilang sedang ada urusan dengan temannya. Jadi dari pada aku enggak ngapa-ngapain. Iya, kan?" Suasana hening untuk beberapa saat. Sampai Kak Fero kembali bertanya padaku."Kamu sedang apa sendiria
Adik Ipar Malang Bab 38 A Devan CemburuPOV Lilis"Kamu ini unik. Perempuan kalau ditraktir, dia akan memilih semua barang-barang yang mahal dan branded, tapi kamu malah ingin permen kapas." Kak Fero terkekeh kecil."Makanan manis itu bisa membuat mood kita yang buruk jadi lebih baik, Kak. Jadi jangan meremehkannya," ucapku sambil mencubit kecil bagian permen kapas, kemudian memasukannya ke dalam mulut.Aku menghentikan suapan saat melihat Kak Fero yang terus memperhatikanku. Itu membuatku risih dan sedikit malu. Sedang makan, tapi malah diperhatikan terus menerus. Mataku bergerak ke kanan dan ke kiri, mencoba lepas dari rasa malu. Atau mungkin Kak Fero ingin permen kapasnya juga."Kakak kenapa melihat ke arahku terus? Kakak mau permen kapasnya?" Aku menyodorkan permen kapas ke arah Kak Fero."Enggak. Aku enggak suka makanan manis," tolaknya. "Kecuali ..." Kak Fero menghentikan ucapannya."Kecuali?" tanyaku sedikit penasaran."Ra-ha-si-a," j