Share

Bab 6

Di tempat lain, Denis bersiap-siap untuk menjemput Siska.

Denis membuka pintu depan rumah dan hendak pergi saat itu juga. Dia membawa sebuah Headlamp (senter kepala) di tanganya untuk menerangi jalanan yang gelap.

Rumah Denis terletak di sebelah kiri jalan yang di mana jalanan itu agak menurun karena memang rumahnya berada di atas kaki gunung. Tepat di samping kanan jalan adalah jurang yang sangat terjal. Kalau melihat ke bawah, siapapun bisa melihat pemandangan seluruh desa Western Cily dari atas sana. Dari ujung desa Westren Cily, terlihat ada sebuah danau luas yang membatasi antara desa Western Cily dan desa lain. Sejauh mata memandang, seluruh desa Westren Cily di kelilingi oleh pegunungan-pegunungan besar yang menjulang tinggi.

Tepat di atas rumah Denis adalah gunung Prau. Gunung Prau memiliki ketinggian yang cukup tinggi, yaitu sekitar 2500 MDPL.

Setelah keluar rumah, Denis langsung memakai sandal capitnya dan berjalan melewati halaman depan. Halaman itu masih terbuat dari tanah. Meskipun begitu, seluruh halamannya terlihat bersih, tidak ada satupun rumput yang tumbuh di sekitarnya.

Denis berjalan melewati halaman yang cukup luas. Bisa dibilang, halaman depan bahkan lebih besar daripada rumahnya sendiri.

Denis membuka pintu pagar yang membatasi halaman dan jalan. Pagar itu terbuat dari kayu yang tingginya sekitar satu meter, terlihat sudah cukup rapuh dan juga berlumut.

Pada saat Denis hendak beranjak pergi, tiba-tiba dia melihat cahaya putih yang menyorot dari sebelah kanan jalan. Cahaya itu cukup terang sehingga menerangi halaman rumah yang sebenarnya cukup gelap saat itu.

Beberapa detik kemudian, cahaya tersebut semakin terang dan lama kelamaan muncul sebuah mobil mewah, melaju dari bawah. Ternyata cahaya itu berasal dari mobil.

Mobil itu melaju kencang dan tiba-tiba berhenti tepat di depan Denis. Betapa terkejutnya dia setelah melihat mobil mewah itu!

Mobil itu milik kakaknya!

Denis mengerutkan kening. ‘Kakak? Kenapa dia ke sini lagi?’

Beberapa detik kemudian, keluar dua orang gadis cantik yang sangat familiar dalam mobil dalam mobil itu. Ya, tentu saja, salah satu dari mereka adalah Jessica.

Namun, Denis terkejut setelah melihat gadis cantik yang bersama kakaknya adalah orang yang dia kenal!

Siska! Itu Siska!

Kenapa Siska bisa bersama kakaknya? Apa yang terjadi?

Denis kebingungan. Jangan-jangan kakaknya sudah membocorkan identitas aslinya pada Siska?

"Hallo, Denis ...," seru Siska sambil tersenyum halus.

Siska menutup pintu mobil, lalu berjalan menghampiri Denis, sembari menjinjing kantong keresek berisi nasi goreng di tangan kiri.

"H-Haii ...." Denis tergagap. Dia membeku di tempat, menatap Siska dengan ekpresi melongo. Keringat dingin mulai mengucur dari punggungnya.

"K-Kenapa ... kamu bisa bersama ...."

Denis kemudian melihat ke arah kakaknya yang sedang berdiri di samping mobil. Dia sangat ketakutan. Takut kakaknya sudah memberitahu Siska siapa dia sebenarnya!

Di sisi lain, Jessica hanya tersenyum kecut sambil menyilangkan tangan di dada.

"Oh, kakak Jessica," seru Siska.

Siska melihat Jessica, lalu tersenyum dan kembali menatap Denis. “Tadi saat aku lagi jalan ke sini, aku bertemu dengan kakak Jessica.”

"Kak Jessica sangat baik. Dia bahkan rela mengantar aku ke sini."

Denis mengerutkan kening.

Setelah berpikir sejenak, Denis merasa aneh. Kelihatanya, Siska sama sekali tidak merasa curiga pada Denis. Kalau seandainya kakaknya sudah memberitahu identitas asli Denis, setidaknya Siska akan bertanya siapa dia sebenarnya!

Denis yang masih keheranan, dia melihat ke arah Jessica. Di sisi lain, Jessica menatap Denis, lalu mengedipkan matanya sambil tersenyum kecut.

Melihatnya, Denis akhirnya menyadari sesuatu. Rupanya, kakaknya belum memberitahu identitas asli Denis pada Siska.

"Huhhhhhhh..." Denis mengembuskan nafas lega. Syukurlah! Beruntung kakaknya tidak memberitahu Siska.

"Ya, sudah. Siska, Kakak pergi dulu ya." Jessica kemudian berseru pada Siska sambil tersenyum.

Siska membalas senyuman Jessica lalu menganggukan kepala. "Oke kak. Terimakasih banyak ya, sudah mengantar aku."

"Iya, sama-sama dek Siska. Byee." Jessica kemudian masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan mereka.

"Kakak itu sangat baik ya, Denis," ucap Siska.

Sebagai tanggapan, Denis hanya tersenyum, tidak tahu harus mengatakan apa. Untung saja kakaknya berpura-pura tidak mengenal Denis. Kalau seandainya Jessica memberitahu kalau dia kakaknya Denis, Siska pasti akan curiga.

Dibandingkan Siska, Denis yang paling tahu kepribadian kakaknya. Walaupun terkadang Jessica cukup mengerikan kalau lagi marah, tetapi sebenarnya Jessica adalah orang baik. Denis sangat tahu itu. Makanya, tidak heran kalau kakaknya mengantar Siska ke rumah.

"Ya, sudah. Ayo masuk!" ajak Denis, kemudian berbalik kembali ke rumah.

"Ayo!"

Keduanya pun akhirnya masuk ke dalam rumah Denis.

Rumah Denis memang tidak terlalu besar dan tampak biasa saja. Hanya ada tiga ruangan di dalamnya, yaitu ruang tamu, satu kamar tidur, dan satu lagi kamar mandi.

Setelah masuk, ruangan pertama yang mereka masuki adalah ruang tamu seperti pada umumnya. Dinding-dinding rumah sudah banyak yang retak bahkan warna catnya sudah agak pudar. Di sana terlihat ada tiga kursi yang tebuat dari kayu dan merekapun duduk di kursi itu sambil makan malam bersama.

Setelah itu, keduanya berbincang-bincang sampai larut malam.

Hari semakin gelap. Jam dinding di rumah Denis sudah menunjukan pukul sepuluh malam.

Denis merasa agak sedikit canggung kalau ada Siska di rumahnya malam-malam. Apalagi mereka hanya berdua dan tidak ada siapa-siapa lagi. Walaupun keduanya hanya sebatas teman, untuk seukuran remaja seperti mereka, bisa bahaya kalau berduaan malam-malam.

Meski begitu, Denis berbeda dengan pria lain. Tidak ada sedikitpun pikiran kotor yang muncul dari otaknya. Denis sudah menganggap Siska seperti saudara sendiri.

Saat yang bersamaan, di bawah kaki gunung tepatnya di pusat desa Westren Cily, terlihat ada sebuah Villa besar yang sangat luas dan begitu megah.

Villa tersebut adalah villa milik keluarga terkaya nomor satu di antara tiga keluarga kaya di desa Westren Cily, yaitu Keluarga Brington.

Dari seluruh pintu masuk dan gerbang Villa, terlihat banyak sekali penjaga-penjaga yang bertubuh kekar, memakai pakaian jas serba hitam. Mereka adalah anak buah keluarga Brington, yang ditugaskan berjaga pada malam itu.

Dalam ruangan utama Villa, terlihat tiga orang pria sedang duduk di kursi utama sambil asik berbincang-bincang dan mabuk-mabukan.

Dua di antara pria itu adalah pria bertubuh besar dan berotot. Wajahnya yang terlihat sangar membuat siapa saja yang melihat mereka akan ketakutan. Keduanya adalah pengawal eksekutif tertinggi keluarga Brington.

Kedua pria itu sedang berbicara dan berhadapan dengan seorang pemuda yang cukup tampan dengan gaya rambut Undercut. Baju yang dipakai pria itu terlihat mahal dan mewah. Terlihat juga sebuah arloji emas melingkari pergelangan tangan kananya.

Pemuda itu adalah Jacob Bringtong. Seorang Tuan Muda pertama keluarga Bringtong.

"Aku tidak sabar ingin menikmati tubuh si cantik Siska. Sudah lama aku ingin memilikinya, tapi dia malah menolakku berkali-kali. Kali ini, dia pasti akan jadi milikku. HAHAHA!" Jacob tertawa lepas.

Salah seorang pria bertubuh besar di hadapannya berkata, “Tuan Muda tenang saja. Malam ini, Tuan pasti akan bersenang-senang dengan Siska. Siska akan menjadi milikmu Tuan. HaHaHa.” Big Bear.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status