"Betul Tuan Muda. Kita tunggu saja. Bawahanku pasti akan segera kembali dan membawa Siska kepadamu, Tuan. Haha!" tambah pria bertubuh besar satunya lagi. Big Buster. Wakil pengawal keluarga Bringtong.
Mereka tertawa terbahak-bahak sebelum kemudian dikejutkan dengan kedantangan dua orang pria bertudung hitam, membuka pintu utama Villa dan berlari menghampiri mereka dengan nafas terengah-engah.
"M-Maaf Tuan Muda, kami gagal membawa Siska, Tuan." Kedua pria bertudung itu menghampiri Jacob, kemudian berlutut di hadapannya dengan ekpresi ketakutan.
"APA! KALIAN GAGAL MEMBAWA SISKAAA?"
Raut wajah Jacob seketika berubah merah padam. Rahangnya mengeras serta alis menyatu, menatap tajam ke arah dua pria bertudung itu.
Jacob mengepalkan tangan lalu mengambil botol anggur di meja dan melemparkan botol itu ke lantai!
Pranggkkk...
Botol
Mendengar penjelasan komandanya, Denis terkejut! Ternyata ada keluarga sekejam itu di Kota Bandung City? Yang Denis tahu, Bandung City adalah kota maju. Tetapi, di balik kemajuan kota itu ternyata ada kejahatan ternyembunyi di dalamnya. "Iya Denis. Atasan menyuruhku untuk mengganti misimu. Karena kamu dekat dengan kota Bandung City, kamu di tugaskan untuk menyelidikinya. Bagaimana, Siap?" "Baik Komandan. Siap!" jawab Denis dengan tegas. "Baiklah kalau begitu. Mulai besok, kamu sudah bisa menjalankan misi ini." Komandan Andri tampak senang mendengar Denis bersemangat. "Oh, satu lagi, menurut informan, ada orang-orang misterius yang membuat pasar gelap di Bandung City" "Dengan adanya pasar gelap di sana, dunia bawah semakin tak terkendali! Kamu selidiki itu juga, ya!" lanjutnya. "Oke, komandan!" "Baiklah. Sudah dulu Denis." Denis kemudian menutup panggilan lalu memasukan ponselnya ke saku celana. Dia benar-b
"Hei? Apa yang kau bicarakan? Pria itu ingin melihat tas edisi khusus?" tanya Rio sambil tangannya menunjuk Denis dengan congkak. Ini pasti hanya lelucon! Rio memandang Denis dengan tatapan merendahkan. Denis merasa malu karena pengunjung lain juga memperhatikannya. Bella pun tidak bisa menyembunyikan rasa kesal. "Wanda! Apa kau benar-benar yakin pria itu akan mampu membeli barang di toko ini? Ayolah, jangan bercanda!" "Aku sedang tidak bercanda, Bella. Dia memiliki kartu black-gold. Dia pengunjung VIP." "Hahaha!" Sekali lagi Rio tertawa keras. " Pengunjung VIP kau bilang!? Hei, dengar, dia cuma seorang gembel di desa ini!" Salma memandang Denis dengan tatapan jijik, "Denis, Tidakkah kau malu pada dirimu sendiri? Kenapa kau tidak pergi saja dari sini?" "Hahahahaha!" Pengunjung lain ikut menertawakan Denis. Kejadian di toko i
Denis baru menyadari bahwa dia tidak mungkin membawa belanjaan dan tas Hermes ke acara reuni. Dia memutuskan kembali ke toko dan berniat mengganti pakaian dengan yang sudah dia beli di sana, sekaligus menitipkan tas Hermes nya.“Selamat datang kembali, Tuan. Apa ada lagi yang bisa kami bantu." Bella dan Wanda keheranan melihat Denis kembali ke toko.“Maaf. Bolehkah aku ikut mengganti pakaianku di sini. Aku ada urusan mendadak," ucap Denis sambil menatap kedua wanita itu di depanya.“Oh, silahkan Tuan. Di sebelah sini," jawab Wanda dan Bella secara bersamaan sambil menunjuk sebuah ruangan khusus untuk berganti pakaian.Denis tersenyum melihat Bella yang sekarang tampak lebih sopan. Mungkin dia masih malu karena kejadian tadi.“Terimakasih. Oh, ya. Aku ingin menitip tas ini. Nanti aku ke sini lagi." Denis memberikan tas Hermes edisi khususnya pada Bella.“Baik, Tuan. Dengan senang hati." Bella membungkuk hormat, m
“Hai semuanya. Perkenalkan, namaku Rio Martin. Dan ini ...." Rio beralih menatap Salma dan melanjutkan, “Aku yakin kalian sudah mengenalnya. Dia adalah pacar baruku, Salma."Semua orang terkejut mendengar perkataan Rio. Ternyata benar! Salma sudah putus dengan Denis!“Aku anak kedua dari keluarga Martin. Senang berkenalan dengan kalian," lanjut Rio sambil tersenyum menyeringai.“Hah! Keluarga Martin? A-Apa aku tidak salah dengar? Dia adalah Tuan Muda ke dua dari keluarga Martin!"Sekali lagi, semua orang dikejutkan dengan perkataan Rio. Mereka langsung berdiri dan bersorak kegirangan sambil memandang Rio dengan penuh takjub. Apa ini mimpi? Seorang tuan muda dari keluarga Martin sekarang ada dihadapan kita? Mereka sungguh tidak menduga dan tentu sangat bahagia bisa bertemu dengan Rio.Seketika suasana menjadi ricuh.Pantas saja, seorang gadis yang sangat cantik seperti Salma bisa berpacaran denganya! Tuan Muda Rio adal
“Bagaimana, boleh gak?" tanya Siska bersemangat. “Emm ..." Denis berpikir sejenak. Setelah menghembuskan nafas panjang, dia menatap Siska lalu menjawab, “Baiklah. Terserah kamu saja." Mendengar persetujuan Denis, Siska senang. Dia langsung memeluk Denis sambil berkata, “Terimakasih, Denis. Kamu memang sabahat terbaikku." “Emm, sudah sudah." Karena Denis merasa canggung dipeluk oleh orang secantik Siska, dia melepaskan pelukanya dan melanjutkan, “Kalau begitu, aku pergi sekarang. Dahh ...." Denis kemudian pergi meninggalkan Siska. Sementara Siska, dia memandang punggung Denis yang pergi menjauh sambil tersenyum. Tentu dia merasa senang. Di sisi lain, Denis benar-benar khawatir kalau kakaknya akan pulang malam ini. Untuk itu, dia berhenti sejenak di persimpangan jalan dan buru-buru memanggil kakaknya. “Hallo, kak?" “Hallo Deni
“S-Siapa kalian? Ada perlu apa kalian kepadaku!?" Siska yang masih ketakutan memaksakan diri untuk bertanya.Sementara Denis yang melihat tudung hitam yang digunakan dua pria itu, seketika dia teringat dengan apa yang dikatakan kakaknya. Mungkinkah mereka pria bertudung yang mengikuti Siska malam itu?Dua pria bertudung tersebut membuka tudungnya lalu menatap tajam sambil menyeringai ke arah Siska, “Aku yakin kau sudah tahu siapa kami, Siska."Melihat wajah mereka, ekspresi wajah Siska tiba-tiba berubah. “K-Kau ... Jameson! Mau apa lagi kalian?" tanya Siska tergagap. Rasa takutnya seketika hilang setelah mengetahui siapa mereka.Denis yang keheranan, dia menoleh pada Siska dan bertanya,“Kamu kenal mereka, Siska?"“Ya" Siska mengangguk. “Mereka adalah pengawal keluarga Brington."Denis mengangkat alis. Hah? Pengawal keluarga
“Siap bos!" Wade beralih pada Denis lalu memandangnya dengan tajam, “Kau bocah tengik! Aku akan-"Sebelum Wade menyelesaikan bicaranya, Denis segera maju ke arahnya dan tiba-tiba ...*Bug...Denis memukulnya cukup keras sehingga membuat Wade mundur beberapa langkah ke belakang. Badannya yang besar dan berotot sama sekali bukan masalah bagi Denis. Dia memukulnya sangat keras sehingga Wade mengeluarkan sepercik darah dalam mulutnya.“Ciuhh ... Bajingan!" kelakar Wade. Dia meludahkan darah lalu mengusap pipi menggunakan punggung tangan kirinya.Sementara Jameson yang melihatnya, dia tercengang. Denis bahkan berhasil melukai Wade yang berbadan besar! Mustahil!“Wade! Kita serang dia bersama!" tegas Jameson.Jameson lalu beralih pada Denis dan menunjuknya sebelum kemudian berkata, “Harga diriku telah dipermalukan olehmu, Denis. Akan kupastikan kau takkan selamat malam ini!" Jameson meraung. Kemarahannya
“Em ...." Denis berpikir sejenak sambil memegang dagu nya menggunakan tangan kiri, setelahnya dia menjawab, “Kelihatanya dia memang benar-benar memiliki teknik rahasia itu. Kamu tenang saja, Siska. Aku akan baik-baik saja," jawab Denis menenangkan Siska sambil senyum.Pada saat yang sama, Jameson berkata pada temanya, “Wade, mundur!"“T-Tapi bos, bukankah kau belum bisa menguasainya? Aku takut kau cedera lagi gara-gara itu, bos!" Wade merasa khawatir. Kecemasan terpancar dari wajah sangarnya sehingga membuatnya menjadi terlihat konyol.“Aku tak peduli. Cepat mundur!"“B-Baik bos."Wade segera berlari terbirit-birit seperti halnya orang ketakutan, lalu dia bersembunyi di belakang pohon beringin besar yang sebelumnya, kemudian dia memperhatikan semua dari sana sambil bergumam,“Bersiaplah bocah! Kali ini bos pasti akan menghancurkanmu!"