Share

Bab 41

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-02-15 16:25:55

Tok tok tok.

Terdengar suara ketukan pintu kamar, sesaat kemudian pintu pun dibuka.

Yogi pun tersenyum.

Yunda sedikit terkejut melihat Yogi yang datang.

"Hay, sudah aku bilang aku akan datang lagi ke sini, ini," Yogi memberikan paperbag ditangannya.

"Apa ini?" Ayunda tidak langsung menerimanya, dia bertanya terlebih dahulu sekaligus merasa tidak enak untuk menerimanya.

"Sedikit buah tangan untuk si tampan, kalau kamu menolak aku tersinggung," kata Yogi lagi, dia benar-benar tidak ingin ditolak.

Akhirnya Ayunda pun memilih untuk menerimanya.

"Terimakasih sudah repot," ucap Ayunda.

"Nggak papa, keadaan kamu gimana?"

"Udah lebih baik."

"Syukurlah, kalau gitu aku pamit. Tapi aku pasti datang lagi untuk ketemu kamu," ucap Yogi.

"Ketemu aku?" tanya Yunda bingung.

"Maksudnya, ketemu anak kamu yang tampan itu," Yogi pun kembali tersenyum.

"Baiklah, terimakasih ya," ucap Ayunda lagi.

Tapi saat Yogi akan pergi malah terdengar suara tangisan baby Ken.

"Sebentar ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Susantri Kahitela
Kok gak up lagi Thor
goodnovel comment avatar
Susantri Kahitela
betul, berharap Yunda juga bahagia bersama Yogi
goodnovel comment avatar
Nurul
setuju dgn kamu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 240

    "Santai saja," kata Zidan setelah melepaskan tautan mereka. Santai? Bagaimana mungkin Tere bisa santai? Yang ada dia sangat panik karena ulah Zidan. Kemudian dia pun menangis karena tidak tahu bagaimana caranya mengatakan bahwa dirinya belum siap dan sangat takut. Tapi Zidan justru tertawa melihatnya menangis. "Kamu ini lucu sekali, kesannya Mas seperti sedang melecehkan seorang wanita," katanya sambil diiringi dengan tawa kecil. Seketika itu Tere pun berhenti menangis, mungkin dia sedang mencerna apa yang telah dikatakan oleh Zidan. Kemudian Zidan pun mulai mengusap wajahnya yang basah dengan kedua tangannya. Lalu menangkup wajah Tere dengan kedua tangannya. "Kenapa kamu harus takut? Kita sudah pernah melakukannya kan?" Tere pun tercengang, bagaikan tidak percaya mendengar pertanyaan Zidan. Tapi Zidan masih menunggu jawabannya. "Aku takut, kamu seperti orang kesurupan," kata Tere. Zidan pun mengacak rambutnya sendiri karena merasa malu. Kemudian kembali

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 239

    Keduanya pun berbelanja di supermarket dan Zidan yang mendorong troli, sedangkan Tere memilih beberapa barang yang akan dia beli. Sesaat kemudian mereka pun kembali ke rumah, Tere tampak sibuk memasak, sedangkan Zidan hanya duduk di kursi sambil terus memperhatikan dirinya. Sebenarnya dia sedang menahan diriku untuk tidak memeluk Tere dari belakang. Bayangkan saja jika itu dia lakukan? Ah kacau! Entah kenapa akhir-akhir ini otaknya agak soak dan menjadi tidak beres. Hingga dia pun mencoba untuk mendekati Tere. "Mas, butuh sesuatu?" tanya Tere. "Enggak, cuma mau tanya, apa ada yang bisa Mas bantu?" Ah, bukan itu. Sebenarnya dia ingin memeluk Tere, tapi tidak jadi karena malu dan Tere terlanjur menyadarkan dirinya dari pikirannya. "Kayaknya nggak usah deh, Mas duduk aja. Lagian Tere cuma masak yang gampang aja," ucap Tere. "Memangnya kamu masak apa?" "Udang goreng, Mas suka udang kan?" tanyanya sambil terus berkutat dengan masalahnya. "Kayaknya sekarang Mas l

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 238

    "Bukannya, Mas pulangnya sore?" tanya Tere yang melihat Zidan sudah kembali. "Kamu tidak suka?" tanyanya. "Bukan begitu, Tere cuma tanya aja, kan sebelumnya Mas bilang pulang sore," kata Tere. Zidan masih ingat dengan apa yang dia katakan sebelumnya. "Kita ke rumah lama kamu sekarang bagaimana?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Tere. Mata Tere seketika berbinar, dia tidak menyangka jika Zidan akan mengajaknya lebih cepat. "Mas, serius?" tanyanya seakan tak percaya. "Tapi kamu harus kiss di sini?" kata Zidan tiba-tiba. Glek. Senyuman manis berubah menjadi tegukan saliva yang sangat sulit, dia benar-benar tidak menyangkan Zidan akan berkata demikian. "Kenapa? Kalau kamu tidak mau sekalian saja kita tidak usah pergi," kata Zidan lagi. "Mas," Tere panik tapi dia juga bingung harus bagaimana. "Cepat, atau aku benar-benar berubah pikiran!" Tere pun mulai mendekatinya tapi dia masih begitu tegang untuk melakukan perintah Zidan. Tere pun memegang dasi Zidan karen

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 237

    "Apa dia berulangtahun?" tanya Zidan sambil menatap layar laptopnya. Kemudian dia pun segera menghubungi adiknya, dia yakin Ayunda pasti tahu. "Halo, Kak," jawab Ayunda. "Apa Tere ulang tahun?" tanyanya secara langsung. "Iya," jawab Ayunda. Kemudian panggilan pun terputus, Zidan yang memutuskannya. Dia pun meletakkan ponselnya pada meja sementara matanya terus menatap layar laptopnya dimana ada Tere disana. *** Tok tok tok. Tere pun segera meletakkan foto sang Mama pada tempat sebelumnya, kemudian dia pun membuang lilin ke tempat sampah. Setelah itu meletakkan sepotong kue yang masih di atas ranjang pada meja nakas. Tok tok tok. Tere pun mengusap wajahnya dengan cepat dan segera membuka pintu. Ternyata Wina dan Ayunda yang datang dengan membawa kue dengan lilin menyala di atasnya. "Happy birthday to you!!!!" seru Ayunda. Tere tak percaya tapi dia sangat bahagia dengan kejutan yang diberikan oleh Ayunda dan Wina. "Bukannya Mama sama Yunda arisan?" tanyan

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 236

    Jangankan untuk mandi, untuk mencuci wajahnya saja dia tidak bisa setelah mendengar ucapan Zidan. "Satu Minggu?" Tere pun mengacak rambutnya karena bingung harus bagaimana. Apakah sebaiknya dia melarikan diri saja? Ah, itu tidak mungkin, kemana dia akan pergi. Tanpa uang dan tanpa tujuan. Lagi pula Zidan pasti akan menemukannya dengan sangat mudah. Lalu bagaimana caranya untuk bisa menjalankan tugas yang diinginkan oleh Zidan? Dia istri. Tapi, apakah ada kewajiban menjalankan dengan keadaan pernikahan yang seperti ini? "Tere!" panggil Zidan dari luar sana. "Ya, Mas," jawabnya. "Kenapa lama sekali, Mas ada rapat," kata Zidan. Tere pun segera keluar dari kamar mandi masih dengan pakaian lengkapnya. Zidan bingung sambil menatapnya dari atas hingga ke bawah. "Kamu belum mandi juga?" "Belum, Mas hari ini Tere di rumah aja ya," pintanya. Zidan pun terdiam sejenak menimbang keinginan Tere. "Tere mau belajar masak sama Mama." "Baiklah." Akhirnya Zidan pun

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 235

    Tere pun terbangun dari tidurnya dan ternyata saat itu hari sudah pagi. Dia mencoba untuk bangun tapi sulit karena Zidan memeluknya dengan sangat erat. Bahkan seperti dijadikan sebagai bantal guling. Dia sendiri bingung bagaimana caranya untuk bisa lepas. Namun dia juga tidak ingin seperti ini terus-menerus. Perlahan mencoba untuk melepaskan diri, sayangnya dia sangat kesulitan. "Jangan banyak bergerak," kata Zidan tiba-tiba. Apakah sebenarnya Zidan sudah bangun? Tapi matanya masih tertutup rapat. Dia mengigau atau bagaimana? Tere bingung sendiri dibuatnya. Dia pun kembali mencoba untuk lepas, tapi lagi-lagi dia kesulitan. "Aku bilang jangan banyak bergerak!" kata Zidan lagi dengan suaranya yang khas bangun tidur tapi terdengar tegas. "Tapi, aku mau bangun," kata Tere. "Nanti saja, diluar juga hujan," balas Zidan. "Sepertinya udah tinggal gerimis, lagian ini udah pagi." Tapi Zidan benar-benar tidak perduli dengan ucapan Tere. Dia masih saja nyaman mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status