Share

5. Tidur Denganku

Author: Velmoria
last update Huling Na-update: 2025-01-26 18:45:11

Mina keluar kamar setelah satu jam mengurung diri. Maksudnya, mandi selama mungkin sambil berpakaian sengaja dilambat-lambatkan.

Red rupanya tidak mau menunggu. Mina senang karena batal membicarakan apa yang seharusnya dipertanggungjawabkan. Nanti. Biarkan dia bernapas lega dulu sejenak setelah insiden melarikan diri dari singa jantan dan mimpi buruk.

Memastikan bahwa Red benar tidak berada di dalam, Mina pergi keluar rumah. Sepi. Mobil Red tidak ada di garasi, justru Mina baru ingat, mobil King-lah yang saat ini terparkir asal di halaman depan rumah Red. Dia benar-benar lupa telah mencuri mobil si berengsek itu kemarin.

Berniat mendekat, sekitar dua puluh meter, Mina sama sekali tidak tahu apalagi menduga kalau ada seseorang di dalam mobil. Barulah dia sadar ketika kendaraan roda empat itu bergerak, maju dalam kecepatan tinggi.

Tidak menghindar, Mina yakin si pengemudi cuma menggertak—walau entah siapa di dalam sana. Tidak akan menabrak, pasti berniat memperingatinya.

“Jangan mati sia-sia!”

“Menghindar, Mina!”

“Jangan! Kau tidak akan kalah! Kau dilindungi oleh tuan Logan dan putranya, ingat?”

Mina bahkan tidak menutup mata, meski seluruh tubuh gemetar hebat. Sambil membiarkan teriak-teriakan itu di dalam kepalanya.

Sejengkal lagi. Sedekat itu jarak yang nyaris membuat Mina terguncang dan kehilangan keseimbangan. Pintu mobil terbuka, Red melangkah cepat ke arah Mina. Menarik kedua pundak Mina dan membaringkan setengah bagian atas tubuh Mina di kap mesin mobil. Sementara Red ada di atas tubuh Mina, membungkuk, mencengkeram kedua pergelangan tangan Mina di sisi kepala.

“Kemarin kau bersama King?” Sebenarnya Red tidak perlu bertanya. Mobil kakaknya dibawa pulang oleh Mina. Apalagi kalau bukan mereka bersama? Semalam sudah larut. Red juga lelah tanpa mau mempertanyakannya.

“Ya. Dia memaksaku. Menodongku dengan pistol untuk ikut ke rumahnya.”

Red berusaha untuk tidak memberi peringatan menggunakan kekerasan. “Kesalahanmu, kau tahu?”

Terakhir kali King membahasnya kemarin, Mina tahu hanya satu. “Membohongi ibumu tentang kehamilanku.”

Red melepaskan Mina. Benar-benar dilepas namun pria itu tidak pergi ke mana-mana. Tetap tegak di sana, menunggu Mina menegakkan diri setelah ditimpa di atas kap mesin mobil.

“Minta maaflah pada ibuku. Katakan sejujurnya—”

“Kau bisa donorkan spermamu padaku,” sela Mina spontan. Sedetik kemudian menyesal. Mulut dan perintah otak yang tidak sinkron.

Melalui inseminasi buatan. Red menduga, itu yang diinginkan Mina.

“Belum tentu berhasil dalam sekali mencoba.”

Mina mengangguk, mengiyakan. Memang tidak semudah yang diucapkan. Sebenarnya, bukan cuma Jemima yang senang mendengar berita kehamilannya, tapi Logan justru yang paling bergembira bila benar terjadi.

Logan nyaris tidak memiliki harapan untuk dapat menggendong cucu. King, tidak tertarik menikah. Padahal seharusnya si sulung sudah memberi Logan sedikitnya tiga orang cucu. King keras kepala. Tidak bisa dipaksa atau bisa jadi berbahaya bila Logan bersikeras.

Lewat bantuan medis pun King menolak. Kata King, “Jangan repot-repot, Ayah. Nanti, aku bisa memiliki anak atas usahaku sendiri.”

Nanti kapan? King tidak pernah bersedia memberikan Logan kepastian.

Pada putra bungsunya pun Logan tidak bisa berharap banyak. Red sama sekeras baja seperti kakaknya. Sebelas dua belas. Di kesempatan beberapa hari lalu-lah Logan menemukan ide. Memaksa putra keduanya menikah dengan Mina lewat alasan yang dibuat sedemikan rupa.

Menggunakan cara memaksakan pernikahan dalam kepanikan mereka, menumbuhkan harapan di hati Logan agar penerus keluarga Blackwood tidak berakhir tanpa generasi selanjutnya.

“Kita bisa terus mencoba.” Rasanya terlalu kurang ajar bila Mina mendatangi Jemima, mengatakan pada wanita itu bahwa ucapannya kemarin tentang kehamilannya cuma bohong—bercanda. Seharusnya dia tidak boleh bermain-main pada keluarga Blackwood, bukan? Kapan saja nyawanya bisa melayang, apalagi bila mengingat bahwa biasanya kedua putra Logan tidak menyisakan saksi mata.

“Dan ibuku seketika curiga?” Red menyindir. Ibunya mana mungkin tidak curiga, bila usia kehamilan Mina tidak sesuai dengan pengakuan wanita itu pada ibunya.

“Lalu kau suka cara yang lebih mudah?”

“Maksudmu?” Red sungguh tidak paham, bukan pura-pura bodoh.

Mina mendekati Red, menarik dasi hitam yang terpasang rapi di sana, hingga wajah mereka berhadapan. “Kita bisa bercinta. Tidak perlu repot, tinggal menunggu hasil.”

Red merebut dasi dari genggaman tangan Mina, sebelum wanita itu berhasil mencekiknya. “Ayo, lakukan. Jangan coba melarikan diri saat sudah di atas ranjangku.”

“Jangan sekarang,” tolak Mina. Mundur, lalu menatap Red guna meminta pengertian. “Nanti malam. Bagaimana?”

Menganalisa sikap manis dan suara lembut Mina, Red sadar kalau si saksi tengah bersandiwara atau merencanakan sesuatu. “Okay. Meski tidak ada jaminan kau bisa langsung hamil keesokan harinya, kita harus mencoba. Kau wajib bertanggung jawab untuk menjelaskan kejanggalan yang bisa ditemukan oleh ibuku.”

“Aku paham.” Mina sungguh patuh, langsung mengangguk, tidak meledak-ledak seperti kemarin.

Red sudah berjalan mendekati mobilnya King—tidak berencana mengembikan kendaraan itu pada pemiliknya—ketika ada yang terlupa. Mengeluarkan dari balik pinggang, dia menyerahkan pistol miliknya pada Mina.

“Untukku?”

“King tidak bisa ditebak. Dia akan terus mengganggu dan mengancammu. Kau bisa menggertaknya tanpa ragu-ragu.” Red sudah melepaskan pistolnya, meski tahu kalau Mina memiliki rencana yang bisa membuatnya mendapat kerugian besar. “Bisa menggunakannya?”

“Tidak terlalu mahir.” Mina cuma ahli menggertak, tidak sebenar-benarnya mampu menggunakan senjata api.

Red tanpa memberitahu, langsung bergerak cepat dan sekejap sudah berada di balik punggung Mina. Membimbing kedua lengan wanita itu memegang pistol dengan benar, memposisikan tubuh yang tepat saat akan menembak.

***

Mina sedang mempersiapkan diri untuk melakukan ritual ‘membuat anak’ dengan bicara sendirian di depan cermin.

“Apa salahnya punya bayi lucu?”

“Tidak. Tidak salah. Tapi orangnya tidak tepat. Dia si gila Red Blackwood.”

“Daripada King, Red lebih baik.”

“Masalah belum selesai, malah menambah masalah!”

“Salahmu sendiri, Mina! Kenapa kau mengatakan kebohongan? Kau yang memulai!”

Mina berteriak, melompat, menjambak rambut. Jangan heran, dia jelas mengalami depresi. Banyak hal secara tidak terduga lepas begitu saja dari mulut yang tidak sejalan dengan isi kepalanya.

Mina sakit, sebenarnya. Sakit mental. Hanya mungkin, tidak ada yang menyadarinya, termasuk dirinya sendiri. Berada di lingkungan yang penuh tipu muslihat, membuat Mina tertekan. Belum lagi keadaan bibinya yang menderita sakit parah, menjadikannya seketika merasa bersalah sekaligus tidak berguna.

Kematian, kehilangan, dilecehkan, melarikan diri, ketakutan, menjadi saksi mata, diancam bahkan berbaur pada lingkungan yang lebih keras menyiksa di kawasan berkuasanya Blackwood, seharusnya menjadi alasan terkuat Mina merasa tidak waras. Dia bertahan selama ini, sendirian.

Terlalu sibuk bicara di depan cermin, berdebat dengan dirinya sendiri, sampai-sampai tidak disadarinya kalau King sudah selesai memanjat ke jendela yang terbuka, tapi tertutup tirai putih. Duduk di sana, sambil terkekeh memandangi adik iparnya.

“Jangan tidur dengannya.”

Mina tersentak. Buru-buru bersikap kuat, memasang benteng pertahanan diri. Berbalik menatap King yang hampir selalu tertawa saat menghadapinya. Apa Mina selucu itu? Sampai-sampai menjadi bahan tertawaan seorang King setiap mereka bertemu?

Karena di saat seharusnya marah, King malah tertawa. Cuma Mina yang tidak tahu kalau King tidak suka memperlihatkan atau memperdengarkan tawanya pada orang lain. Hanya pada Mina seorang.

King malah lebih sering tarik urat, berwajah menakutkan meski tampan, tetap saja menyeramkan!

Namun Mina mana mau repot peduli, apalagi mencari tahu.

“Tidur denganku, Mina. Biarkan aku yang membuatmu hamil.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   85. Bukan Akhir yang Sempurna

    Red terlihat terkejut, lalu menunduk, menghindari tatapan Mina. “Mina ... aku minta maaf. A-aku tidak pernah bermaksud begini. Aku tidak mau kau pergi. Aku cuma ... butuh waktu untuk ini.”“Waktu?” Mina melangkah lebih dekat. “Waktu tidak akan menunggu anak-anak kita tumbuh. Mereka butuh stabilitas sekarang, Red. Kita harus jadi tim. Kalau kalian mencintaiku, kalian akan mencintai mereka juga. Menerima keputusan dan rencana yang ingin kulakukan untuk kita semua.”Sunyi melingkupi ruangan beberapa detik sebelum King mendekat, memegang erat tangan Mina. “Aku akan melakukan apa pun yang kau katakan, Mina. Tapi jangan coba-coba mengambil keputusan untuk meninggalkanku.”Mina menarik napas dalam, menatap King dan Red. “Bukan aku yang harus memutuskan, King. Itu ada di tangan kalian berdua. Ikuti aturanku atau tidak sama sekali. Aku bebas pergi, jika kalian memutuskan tidak setuju dengan aturanku.”***Mina merasa kontradiksi saat kontraksi pertama datang. Di satu sisi, dia merasa ketakutan

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   84. Akhir?

    King menarik napas panjang sebelum tiba-tiba menyeringai penuh kepuasan. “Aku tahu ini akan terjadi. Aku tahu kau akan memilihku. Kau pun tidak tahan untuk tidak mengandung bayi dariku.” Nadanya menggoda, tapi jelas sangat bangga.Namun, momen itu segera terganggu oleh suara pintu lain yang terbanting. Red masuk dengan wajah kecewa, menekan semua emosi sekuat tenaga. Dia memang masih Red Blackwood yang dulu, namun sejak Ophelia hadir, hubungan King dan Mina yang terlalu intim di matanya, tidak lagi terasa mengganggu.“Begitu rupanya.” Suaranya sedikit bergetar, tapi Red tertawa. “Aku dengar dari ibu, kalau kau mau mengandung bayi hasil dari hubungan dengan pria yang paling kau cintai. Itu artinya dia?”Mina berdiri, mencoba memberi penjelasan. “Red, ini bukan cuma soal cinta. Karena aku pun menyayangimu. Kalau kau ingin kita berpisah, aku tidak bisa melakukannya, karena itu artinya Ophelia harus bersamaku.”Mina menambahkan, agar tidak ada lagi kesalahpahaman. Sejak awal, bukan dia ya

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   83. Tidak Sanggup Menahannya Lagi

    King tentu menggunakan kesempatan itu untuk menyusup masuk.King memasuki kamar Jemima tanpa ragu, hampir tanpa suara. Dia ahli dalam bertindak begini. Sebelum pada tujuannya, ditatapnya sejenak bayi Mina dan Red.“Ophelia, jangan sampai terbangun, apalagi berisik kalau tidak ingin aku marah dan membawamu pada ayahmu. Tetap tenang,” ucap King dalam suara pelan dan berat.Kini matanya langsung tertuju pada Mina yang terlelap di sisi ranjang. Wajah si istri terlihat begitu tenang, rambutnya sedikit berantakan menyentuh pipi. Sesuatu di dalam dada King bergemuruh, seperti kebahagiaan kecil yang sulit dijelaskan. Belakangan, entah kapan tepatnya, ada banyak perasaan ‘brutal’ pada Mina jadi melemah, bukan berkurang, tapi seakan melembut dengan sendirinya.King berjalan mendekat, mengatur langkahnya agar tidak terlalu berat.Duduk di tepi ranjang, membiarkan ujung jarinya dengan lembut menyentuh rambut Mina, menyelipkannya ke belakang telinga. Reaksi Mina sedetik kemudian—menggeliat pelan,

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   82. Menyelinap Masuk

    Sudah dua hari berlalu dari seks agak lama di mobil dan kembali hal serupa terulang.Kali ini, tangga. Tangga menuju kamar atap, menjadi saksi selanjutnya. Mina sedang naik duluan, membawa sekeranjang pakaian kotor, saat King tiba-tiba menarik pinggangnya dari belakang.Mina hampir jatuh, tapi King memegangnya erat-erat, mendorong sampai punggung Mina menempel ke dinding tangga.King menarik celana Mina dengan cepat, tangannya masuk ke dalam, menyentuh Mina sampai si istri mengerang pelan. Mina mencengkeram pegangan tangga, mencoba menahan diri.King tidak bicara, langsung membuka celananya sendiri. Dia mengangkat satu kaki Mina, meletakkan di bahunya, lalu masuk ke dalam Mina dengan gerakan keras.Selain tangganya sempit, mereka harus cepat karena situasi tidak mendukung. Mina menggigit bibirnya agar tidak bersuara, tapi King menarik dagunya, mencium bibirnya kasar ketika akhirnya ada desah yang sempat lolos sedetik lalu.Mereka bergerak bersama, membawa getaran hebat yang menjalar p

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   81. Mobil Suci yang Ternoda

    Mina tahu perasaannya tak sederhana. Antara King dan Red. Ada dorongan yang tak bisa dibendung, perasaan yang terjebak antara dua dunia, dua suami yang sangat berbeda. Kali ini lebih menantang karena mereka berbaur bersama di satu atap. Beruntung sekarang Jemima sering berada di tengah-tengah mereka, mengurangi kegiatan sosialnya demi untuk cucu tercinta.Jemima-lah yang membuat jarak di antara King, Mina dan Red benar-benar punya celah. Dan itu sungguh bagus.Red sedang keluar, katanya bertemu Logan sementara Jemima tengah membawa Ophelia jalan-jalan di seputaran rumah—halaman depan, juga memamerkan si cucu pada tetangga.Mina ditarik King ke sini. Ditatapnya ke depan, mata terfokus pada pintu garasi yang tertutup rapat.Suasana di dalam mobil terasa sunyi. Cuma ada suara debar jantung Mina yang berdetak lebih cepat. King duduk di sampingnya, jarak mereka begitu dekat, namun tidak ada kata-kata yang keluar seperti kenakalan dan kebrutalan King yang biasa. Mungkin belum.“Kenapa harus

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   80. Perubahan Besar

    Red dan Mina masih duduk. Tanpa jarak di antara mereka. Mina menyandarkan kepalanya ke bahu Red, sementara pria itu menggenggam tangan si istri begitu erat—tidak menyakiti. Mereka menunggu, terus menanti.“Harusnya aku selalu ada di sisinya,” gumam Mina akhirnya, suaranya dipenuhi rasa bersalah. Dalam situasi dan kondisi begini, segala perasaan marah serta bencinya pada Zara, benar-benar hilang entah ke mana.Red menoleh, menatap Mina dengan sorot yang lembut tetapi tegas. “Sekarang kau sudah di sini. Kita akan melewati ini bersama."Sebelum Mina sempat menjawab, pintu ruang bersalin terbuka, dan seorang perawat keluar. Mereka berdua langsung bangkit serempak.“Bagaimana dia?” tanya Mina, nadanya nyaris panik.“Zara melewati masa kritisnya. Perdarahannya sudah teratasi, dan kondisinya mulai stabil,” kata perawat itu dengan senyum menenangkan. “Bayi perempuan, sehat dan sempurna.”Mina menutup wajah dengan kedua tangannya, terisak lega. Sementara Red entah bagaimana merasa sangat berbe

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   79. Gelisah Menanti Akhir Perjuangan

    “Mina.” Suara King terdengar tegas dari luar mobil. Pria itu membuka pintu pengemudi dengan gerakan cepat, membuat Mina terkejut.“Hei, ada apa, King?” King menatapnya dalam, mata kelamnya dipenuhi ketegasan yang tidak bisa dibantah. “Kau tidak akan menyetir dalam kondisi seperti itu,” katanya sambil menarik tubuhnya menjauh dari pintu. “Pindah ke kursi penumpang.”“Seperti apa?” Mina tertawa, tawa yang kering.“Tanganmu gemetar, kau gelisah.”“Aku baik-baik saja.” Mina tetap bergeming, meski tahu argumennya tidak akan bertahan lama—King tidak pernah bisa dibantah.King mendekat lebih jauh, satu tangannya bersandar pada atap mobil, menciptakan bayangan besar di atas Mina. “Aku tidak akan mengulanginya, Mina. Pindah sekarang.” Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat Mina segera menyerah tanpa banyak perlawanan.Mina menelan sisa protesnya, membuka sabuk pengaman, dan keluar dari mobil. “Kenapa tiba-tiba kau berubah pikiran?” tanyanya, menatap King yang kini mengambil alih posisi p

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   78. Bukti Perjuangan

    Langkahnya terseok-seok menuju tempat tidur, mencoba meraih kursi dekat jendela, berpegangan pada meja kayu yang sudah mulai terlihat lusuh. Semua terasa begitu mencekam. Seperti ada banyak hal yang terpendam dalam dirinya, tapi rasa sakit itu memaksa dia untuk mengabaikannya. Semua terfokus pada satu hal—bayi yang semakin mendekat.Detik demi detik terasa lambat. Dia mengumpulkan kekuatan, meskipun lututnya hampir tak mampu menopang tubuhnya yang lelah. Sejak awal hamil, dia sudah terbiasa mandiri—tanpa bantuan Logan, tanpa banyak orang. Tapi ini berbeda. Inilah ujian terberatnya.Pikiran tentang Logan kembali menghantui. Bayangan wajahnya muncul di pikirannya, tetapi segera dia buang jauh-jauh. Tidak ada gunanya. Tidak ada gunanya menunggu sesuatu yang tidak pasti.Hingga akhirnya, sebuah teriakan keluar dari tenggorokannya. Sebuah teriakan yang penuh keputusasaan, namun di saat yang sama, penuh dengan kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dengan setiap tarikan napas ya

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   77. Pernikahan

    “Em, sepertinya begitu.” Berusaha tidak memperlihatkan kekesalan beserta kekecewaan, Red mengangguk, merelakan istrinya pergi menemui kakaknya. Mina sudah melepas diri sepenuhnya dari Red, tapi kemudian mengingat Zara. Didekatinya Red dengan cepat sambil berkata, “Jaga dia. Ingat, bayi kita ada padanya. Pastikan semua yang dia butuhkan terpenuhi. Andai kau keberatan, beritahu aku.”Red mengangguk, merebut wajah Mina sambil dihadiahkan sebuah ciuman kilat.Red menahan napas sejenak setelah bibirnya meninggalkan Mina. Matanya menelusuri wajah istrinya, mencoba menghafal setiap detail sebelum harus melepaskannya lagi—meskipun ini bukan pertama kalinya.“Pergilah,” katanya akhirnya, suaranya terdengar datar, tapi genggaman di pinggang Mina sedikit lebih erat sebelum dia benar-benar melepaskan.Mina menatap si suami pertama sejenak, seperti ingin memastikan semuanya baik-baik saja, lalu akhirnya berbalik, meninggalkan Red seperti biasa.Red menatap punggung Mina yang menjauh. Berat di dad

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status