Share

4. Kebohongan Besar

Penulis: Velmoria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 15:53:17

Mina pikir, meski pelit memberikan informasi, setidaknya King akan menggertaknya dengan sesuatu mengenai pamannya. Dugaannya meleset? “Jadi, apa tujuanmu membawaku ke sini?”

“Aku sedang bosan.” King tertawa tanpa beban. “Masuklah.”

“Aku tidak mau.” Mina bertahan di tempat. Di dalam rumah, berduaan dengan lawan jenis, apalagi yang mau dilakukan? Mungkin akan ada orang lain di rumah King, namun melihat Red suka kesendirian, Mina yakin King pun tidak suka tinggal dengan orang lain.

King tidak heran kalau dirinya ditolak lagi oleh Mina, walau sudah diancam menggunakan pistol sekalipun. Tanpa raut marah, ditatapnya Mina dengan senyum. Bagi Mina, King persis orang gila mesum.

“Tadi aku ikut denganmu karena dipaksa. Kau juga menodong—”

“Yap, karena aku menodongkan pistolku padamu agar kau ikut denganku,” sela King, tentu dengan kembali mengancam menggunakan pistol. Cepat sekali tangan itu bergerak, tiba-tiba sudah memegang senjata api laras pendek. Kali ini, sasarannya pelipis Mina. “Masuk.”

Mina terbiasa, sungguh. “Katakan dulu padaku. Apa yang akan kita lakukan setelah aku masuk ke rumahmu?”

“Mengatasi kebosananku. Kau bisa menghiburku. Selagi kita bersenang-senang, kau boleh bertanya tentang apa yang kutahu mengenai Gabin.”

“Tidak sepadan. Enak saja. Aku tidak mau. Singkirkan pistolmu dariku, King.” Mina melirik King tanpa rasa takut. Bohong kalau dia sama sekali tidak takut. Hanya saja, Mina lebih baik mati daripada membusuk di penjara. Tidak. Jangan lagi. Rasa takut dari ancaman dan tekanan seperti yang sedang King lakukan, tidak sebanding dengan keadaan menyakitkan ketika di dalam penjara.

“Wah, aku kecewa, Mina. Rupanya rasa penasaranmu kalah dari kesetiaanmu pada suamimu?” King tertawa, menurunkan pistol, namun tidak melepaskan Mina. Dilingkarinya perut Mina dengan sebelah tangannya yang bebas.

Menahan diri karena pistol King begitu cepat bekerja, Mina bukannya tidak konsisten tentang perkataannya soal lebih baik mati, daripada membusuk di penjara. Dia hanya tidak mau mati sia-sia. “Ya. Kau benar. Terlepas apa pun tujuanku, seburuk-buruknya diriku, aku menghargai sebuah pernikahan.”

King menyibak rambut tergerai Mina menggunakan pistol, agar leher mulus itu terlihat olehnya ntuk kemudian diciumi bertubi. “Termasuk menghargai suamimu?”

Mina merinding sejadi-jadinya. King memberi efek panas di seluruh wajah dan kejut jantung seketika padanya. “Ya ...” Suara Mina berubah serak. Sialan! “Aku ... aku menghargainya sebagai suamiku.” Bohong! Mana sudi Mina memaksakan diri harus menghargai Red sebagai suaminya.

Hujan tiba-tiba turun lagi. Yang tadi itu mungkin cuma reda sejenak. Teras rumah King masih lima langkah lagi dari tempat mereka berdiri saat ini. King memeluk Mina erat-erat dari belakang, mendorongnya ke depan dengan paksaan, agar tidak terkena hujan untuk kali kedua.

Mina berada dalam kungkungan kedua lengan penuh urat menonjol King yang bisa terlihat, karena ujung lengan sweater digulung sampai sedikit di bawah siku. Dari belakang Mina, King memutar kunci pintu rumahnya. Satu lengan King masih melingkar erat di perut Mina.

“Aku tidak paham cara untuk mengatasi kebosananmu, King. Apalagi menghiburmu. Bisa antarkan aku pulang?” Serius, tenang dan santai Mina berusaha mempertahankan ketiga sikap selagi berharap semoga King membiarkannya kali ini.

“Apa yang kau harapkan dari pernikahanmu dengan adikku, Mina?” Pelan, King berhasil membawa Mina masuk ke dalam rumah. Belum jauh, masih di dekat pintu yang dibiarkan tetap terbuka.

Sementara Mina sedang tercengang. Pertanyaan yang bahkan tidak terpikirkan sama sekali. Mina diam, tidak bergerak sanking dia pun tidak berharap mendapatkan hal lain selain bahwa dirinya tidak akan diseret paksa untuk pulang bersama Gabin. Perlindungan yang diberikan oleh Logan berharga mahal, namun setimpal dengan apa yang harus Mina lakukan.

“Entahlah.” Mina menyerah untuk mencari tahu apa yang dia mau dari pernikahannya dengan Red. Memang sepertinya tidak ada.

King menyimpan pistolnya, kedua tangan memutar pinggang Mina agar tubuh wanita itu menghadap padanya. Dicengkeramnya rahang si adik ipar menggunakan satu tangan besarnya. “Kau sungguh ingin punya anak darinya?”

“Anak?”

King tertawa, menarik wajah Mina dalam cengkeramannya agar lebih mendekat padanya, lalu dicium kasar, brutal sampai-sampai Mina menendang kakinya. Bisa tepat di tulang kering.

Tidak marah, cuma terkejut. King terkekeh merasai bahwa tendangan dari kaki kecil Mina berefek padanya. Sakit. Membuatnya senang, lalu melepas ciuman kasarnya pada istri sang adik.

“Kau menipu ibuku dengan berita kehamilanmu. Ibuku sangat bahagia sekarang.”

Mampus! Mina benar-benar tanpa sadar mengaku hamil pada Jemima hanya untuk membalas perlakuan Red padanya. Dia baru ingat bahwa Logan sudah memperingatkannya untuk jangan melakukan hal yang tidak perlu, terutama bila bersangkutan dengan ibunya King dan Red.

Serius, Mina tidak berpikir panjang saat mengaku bahwa dirinya hamil karena Red. “Dari mana kau tahu aku menipu ibumu?” Meski bersalah, Mina tidak mau terlihat lemah dan berharap dimaafkan. Dia punya cara untuk mengatasi kebohongannya tanpa harus minta maaf. Pembunuh seperti mereka tidak pantas mendengar permintaan maaf.

Mata King yang tajam menyipit memandangi wajah Mina. Raut sombong tidak kenal takut milik Mina membuat King selalu ingin tertawa setiap kali melihatnya. “Mustahil kau hamil, Mina.”

“Sekarang memang tidak, tapi aku bisa. Aku bisa hamil sesegera mungkin.” Mina mundur selangkah. Tidak nyaman berdiri terlalu dekat dengan King. Dia selalu berusaha menekan segala perasaan tidak menentu setiap kali bersama pria yang apabila sedang beraksi saat membantai manusia itu sungguh mengerikan.

“Baguslah. Karena aku pasti akan menggantungmu dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas, kalau sampai berani mematahkan harapan ibuku. Karena rupanya kau bernyali sekali untuk membohongi ibu.”

Mina sadar seketika bahwa perbuatannya salah. Mulutnya asal, padahal dia tahu berhadapan dengan siapa. Terlalu senang dan waspada memang membuatnya tidak waras.

Tiba-tiba King tertawa. Baru ingat kalau memang sepertinya mustahil Mina bisa hamil dari adiknya. “Baiklah. Coba saja, Mina.” King menangkap Mina, kembali membawa wanita itu ke dalam dekapannya dengan paksaan. “Atau kau mau punya anak dariku? Kita bisa—akh!”

Pelukan King yang longgar memudahkan Mina untuk menyikut perut King dengan sikunya. Melepas cepat dirinya dari sana.

Mina berlari keluar. Menuju mobil. Seingatnya, tadi King tidak melepas kunci mobil sebelum turun.

King tidak mengejar. Cuma terus terkekeh di tempat sambil menatap kepergian Mina yang rupanya membawa lari kendaraannya.

“Ingat jalan pulang, jalan pulang.” Mina bergumam sambil sekilas menoleh ke belakang, memastikan apakah King mengejarnya atau tidak. “Tidak. Dia tidak mengejar! Bagus.”

Tidak peduli jalanan di depan berlubang, Mina tetap melajukan mobil curiannya dengan kencang. Pikiran terburuk menguasai kepalanya. Bisa saja bajingan itu mengejar menggunakan sepeda motor. Bisa saja. Mungkin saja! Terus-terusan jeritan di kepalanya memperingati, seolah bukan King yang mengejarnya, melainkan Gabin sialan!

Meski Mina tidak melihat ada sepeda motor terparkir di garasi King—tetap saja terbiasa berpikir segala kemungkinan dapat terjadi, membuatnya waspada. Mau tidak mau. Dia terbiasa.

Butuh tiga kali mondar mandir di jalan yang sama—tersesat, sampai Mina bisa tiba di jalanan besar. Begitu menemukan keramaian yang telah menjauhi arah hutan menuju rumah King, Mina menepikan mobil.

Turun terburu-buru, muntah di samping mobil tanpa bisa ditahannya lagi. Mina terus mengeluarkan isi perutnya sampai perasaannya menjadi lebih baik.

***

Red tidak ada di rumah saat Mina tiba. Mina merasa bebas, sedikit senang, lalu pergi ke kamar mandi. Sampai dia selesai berendam pun, Red tidak terlihat.

Perasaan damai yang hampir tidak pernah dirasakannya selama beberapa tahun terakhir, seakan menyelimutinya begitu erat, enggan pergi.

Mina kembali ke kamar, selesai minum sedikit air. Berbaring telentang, melebarkan kedua lengan seolah akan terbang. Memejamkan kedua mata, lalu menarik dan mengembuskan napas. Dilakukan berulang. Sampai akhirnya Mina bisa tertidur. Tidur paling nyaman setelah bertahun-tahun nyaris tidak dapat tidur nyenyak.

Tengah malam, Red masuk ke kamar. Baru kembali dari rumah ayahnya. Ada banyak pembicaraan yang perlu dibahas bersama. Lelah, sakit kepala, Red naik ke tempat tidur setelah berendam dengan air hangat.

Mengganti penerangan kamar dengan lampu tidur, Red memperhatikan Mina yang terlelap. Posisi tidur Mina berubah. Tidak serapi saat pertama kali Red melihatnya kemarin malam.

“Sepertinya, kemarin dia pura-pura tidur,” gumam Red dalam hati, sambil angkat bahu tidak peduli. Berbaring, menarik selimut untuk dirinya sendiri.

***

Jika biasanya mengigau pasti menangis atau berteriak, maka Mina akan menendang atau memukul-mukul udara dalam keadaan kedua mata terpejam. Red terkena tendangan ketiga kalinya dan satu tinju sampai akhirnya memutuskan untuk membangunkan Mina yang seperti tengah berkelahi.

“Hei, bangun!” Red menendang pelan kaki Mina. Namun langsung mendapat tendangan balasan.

Melompat dari tempat tidur karena kesal bukan main, Red menarik kedua kaki Mina, tapi tidak sampai menghempaskannya ke lantai. Dibuatnya terduduk, lalu dia sendiri membungkuk untuk menepuk-nepuk wajah istrinya.

“Bangun!”

Kerasnya suara bentakan Red, membuat Mina tersentak, membuka mata. Refleks pertahanan dirinya memperingati untuk bertindak. Kedua lengan terulur, mencekik leher Red kuat-kuat.

“Mati kau, Gabin berengsek bajingan!” Mata merah melotot Mina nyaris keluar sanking marahnya dia.

Red pun refleks menampar Mina sampai wanita itu merasakan denging di telinga, perih di pipi dan pusing di kepala secara bersamaan. Detik itu juga Mina sadar sesadar sadarnya.

Sudah pagi ternyata. Belum terlalu terang, masih gelap. Jam empat pagi. Red mengangkat tubuh Mina yang terbaring miring diam, kaku karena tamparannya.

Mina tidak melawan. Terlalu lemas, lelah setelah bertarung dalam mimpinya yang memberi efek sampai ke dunia nyata.

Bahkan Mina sudah menduga kalau Red akan menyiraminya dengan air. Memandikannya tanpa melepas pakaiannya.

Red berhenti, saat melihat Mina sudah tidak lagi dengan tatapan kosongnya. Dia berjongkok di sisi Mina, lalu berbisik. “Buat dirimu sadar. Kita perlu membicarakan tentang kebohonganmu pada ibuku.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   85. Bukan Akhir yang Sempurna

    Red terlihat terkejut, lalu menunduk, menghindari tatapan Mina. “Mina ... aku minta maaf. A-aku tidak pernah bermaksud begini. Aku tidak mau kau pergi. Aku cuma ... butuh waktu untuk ini.”“Waktu?” Mina melangkah lebih dekat. “Waktu tidak akan menunggu anak-anak kita tumbuh. Mereka butuh stabilitas sekarang, Red. Kita harus jadi tim. Kalau kalian mencintaiku, kalian akan mencintai mereka juga. Menerima keputusan dan rencana yang ingin kulakukan untuk kita semua.”Sunyi melingkupi ruangan beberapa detik sebelum King mendekat, memegang erat tangan Mina. “Aku akan melakukan apa pun yang kau katakan, Mina. Tapi jangan coba-coba mengambil keputusan untuk meninggalkanku.”Mina menarik napas dalam, menatap King dan Red. “Bukan aku yang harus memutuskan, King. Itu ada di tangan kalian berdua. Ikuti aturanku atau tidak sama sekali. Aku bebas pergi, jika kalian memutuskan tidak setuju dengan aturanku.”***Mina merasa kontradiksi saat kontraksi pertama datang. Di satu sisi, dia merasa ketakutan

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   84. Akhir?

    King menarik napas panjang sebelum tiba-tiba menyeringai penuh kepuasan. “Aku tahu ini akan terjadi. Aku tahu kau akan memilihku. Kau pun tidak tahan untuk tidak mengandung bayi dariku.” Nadanya menggoda, tapi jelas sangat bangga.Namun, momen itu segera terganggu oleh suara pintu lain yang terbanting. Red masuk dengan wajah kecewa, menekan semua emosi sekuat tenaga. Dia memang masih Red Blackwood yang dulu, namun sejak Ophelia hadir, hubungan King dan Mina yang terlalu intim di matanya, tidak lagi terasa mengganggu.“Begitu rupanya.” Suaranya sedikit bergetar, tapi Red tertawa. “Aku dengar dari ibu, kalau kau mau mengandung bayi hasil dari hubungan dengan pria yang paling kau cintai. Itu artinya dia?”Mina berdiri, mencoba memberi penjelasan. “Red, ini bukan cuma soal cinta. Karena aku pun menyayangimu. Kalau kau ingin kita berpisah, aku tidak bisa melakukannya, karena itu artinya Ophelia harus bersamaku.”Mina menambahkan, agar tidak ada lagi kesalahpahaman. Sejak awal, bukan dia ya

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   83. Tidak Sanggup Menahannya Lagi

    King tentu menggunakan kesempatan itu untuk menyusup masuk.King memasuki kamar Jemima tanpa ragu, hampir tanpa suara. Dia ahli dalam bertindak begini. Sebelum pada tujuannya, ditatapnya sejenak bayi Mina dan Red.“Ophelia, jangan sampai terbangun, apalagi berisik kalau tidak ingin aku marah dan membawamu pada ayahmu. Tetap tenang,” ucap King dalam suara pelan dan berat.Kini matanya langsung tertuju pada Mina yang terlelap di sisi ranjang. Wajah si istri terlihat begitu tenang, rambutnya sedikit berantakan menyentuh pipi. Sesuatu di dalam dada King bergemuruh, seperti kebahagiaan kecil yang sulit dijelaskan. Belakangan, entah kapan tepatnya, ada banyak perasaan ‘brutal’ pada Mina jadi melemah, bukan berkurang, tapi seakan melembut dengan sendirinya.King berjalan mendekat, mengatur langkahnya agar tidak terlalu berat.Duduk di tepi ranjang, membiarkan ujung jarinya dengan lembut menyentuh rambut Mina, menyelipkannya ke belakang telinga. Reaksi Mina sedetik kemudian—menggeliat pelan,

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   82. Menyelinap Masuk

    Sudah dua hari berlalu dari seks agak lama di mobil dan kembali hal serupa terulang.Kali ini, tangga. Tangga menuju kamar atap, menjadi saksi selanjutnya. Mina sedang naik duluan, membawa sekeranjang pakaian kotor, saat King tiba-tiba menarik pinggangnya dari belakang.Mina hampir jatuh, tapi King memegangnya erat-erat, mendorong sampai punggung Mina menempel ke dinding tangga.King menarik celana Mina dengan cepat, tangannya masuk ke dalam, menyentuh Mina sampai si istri mengerang pelan. Mina mencengkeram pegangan tangga, mencoba menahan diri.King tidak bicara, langsung membuka celananya sendiri. Dia mengangkat satu kaki Mina, meletakkan di bahunya, lalu masuk ke dalam Mina dengan gerakan keras.Selain tangganya sempit, mereka harus cepat karena situasi tidak mendukung. Mina menggigit bibirnya agar tidak bersuara, tapi King menarik dagunya, mencium bibirnya kasar ketika akhirnya ada desah yang sempat lolos sedetik lalu.Mereka bergerak bersama, membawa getaran hebat yang menjalar p

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   81. Mobil Suci yang Ternoda

    Mina tahu perasaannya tak sederhana. Antara King dan Red. Ada dorongan yang tak bisa dibendung, perasaan yang terjebak antara dua dunia, dua suami yang sangat berbeda. Kali ini lebih menantang karena mereka berbaur bersama di satu atap. Beruntung sekarang Jemima sering berada di tengah-tengah mereka, mengurangi kegiatan sosialnya demi untuk cucu tercinta.Jemima-lah yang membuat jarak di antara King, Mina dan Red benar-benar punya celah. Dan itu sungguh bagus.Red sedang keluar, katanya bertemu Logan sementara Jemima tengah membawa Ophelia jalan-jalan di seputaran rumah—halaman depan, juga memamerkan si cucu pada tetangga.Mina ditarik King ke sini. Ditatapnya ke depan, mata terfokus pada pintu garasi yang tertutup rapat.Suasana di dalam mobil terasa sunyi. Cuma ada suara debar jantung Mina yang berdetak lebih cepat. King duduk di sampingnya, jarak mereka begitu dekat, namun tidak ada kata-kata yang keluar seperti kenakalan dan kebrutalan King yang biasa. Mungkin belum.“Kenapa harus

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   80. Perubahan Besar

    Red dan Mina masih duduk. Tanpa jarak di antara mereka. Mina menyandarkan kepalanya ke bahu Red, sementara pria itu menggenggam tangan si istri begitu erat—tidak menyakiti. Mereka menunggu, terus menanti.“Harusnya aku selalu ada di sisinya,” gumam Mina akhirnya, suaranya dipenuhi rasa bersalah. Dalam situasi dan kondisi begini, segala perasaan marah serta bencinya pada Zara, benar-benar hilang entah ke mana.Red menoleh, menatap Mina dengan sorot yang lembut tetapi tegas. “Sekarang kau sudah di sini. Kita akan melewati ini bersama."Sebelum Mina sempat menjawab, pintu ruang bersalin terbuka, dan seorang perawat keluar. Mereka berdua langsung bangkit serempak.“Bagaimana dia?” tanya Mina, nadanya nyaris panik.“Zara melewati masa kritisnya. Perdarahannya sudah teratasi, dan kondisinya mulai stabil,” kata perawat itu dengan senyum menenangkan. “Bayi perempuan, sehat dan sempurna.”Mina menutup wajah dengan kedua tangannya, terisak lega. Sementara Red entah bagaimana merasa sangat berbe

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   79. Gelisah Menanti Akhir Perjuangan

    “Mina.” Suara King terdengar tegas dari luar mobil. Pria itu membuka pintu pengemudi dengan gerakan cepat, membuat Mina terkejut.“Hei, ada apa, King?” King menatapnya dalam, mata kelamnya dipenuhi ketegasan yang tidak bisa dibantah. “Kau tidak akan menyetir dalam kondisi seperti itu,” katanya sambil menarik tubuhnya menjauh dari pintu. “Pindah ke kursi penumpang.”“Seperti apa?” Mina tertawa, tawa yang kering.“Tanganmu gemetar, kau gelisah.”“Aku baik-baik saja.” Mina tetap bergeming, meski tahu argumennya tidak akan bertahan lama—King tidak pernah bisa dibantah.King mendekat lebih jauh, satu tangannya bersandar pada atap mobil, menciptakan bayangan besar di atas Mina. “Aku tidak akan mengulanginya, Mina. Pindah sekarang.” Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat Mina segera menyerah tanpa banyak perlawanan.Mina menelan sisa protesnya, membuka sabuk pengaman, dan keluar dari mobil. “Kenapa tiba-tiba kau berubah pikiran?” tanyanya, menatap King yang kini mengambil alih posisi p

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   78. Bukti Perjuangan

    Langkahnya terseok-seok menuju tempat tidur, mencoba meraih kursi dekat jendela, berpegangan pada meja kayu yang sudah mulai terlihat lusuh. Semua terasa begitu mencekam. Seperti ada banyak hal yang terpendam dalam dirinya, tapi rasa sakit itu memaksa dia untuk mengabaikannya. Semua terfokus pada satu hal—bayi yang semakin mendekat.Detik demi detik terasa lambat. Dia mengumpulkan kekuatan, meskipun lututnya hampir tak mampu menopang tubuhnya yang lelah. Sejak awal hamil, dia sudah terbiasa mandiri—tanpa bantuan Logan, tanpa banyak orang. Tapi ini berbeda. Inilah ujian terberatnya.Pikiran tentang Logan kembali menghantui. Bayangan wajahnya muncul di pikirannya, tetapi segera dia buang jauh-jauh. Tidak ada gunanya. Tidak ada gunanya menunggu sesuatu yang tidak pasti.Hingga akhirnya, sebuah teriakan keluar dari tenggorokannya. Sebuah teriakan yang penuh keputusasaan, namun di saat yang sama, penuh dengan kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dengan setiap tarikan napas ya

  • Aku Dipaksa Menikahi Dua Pria   77. Pernikahan

    “Em, sepertinya begitu.” Berusaha tidak memperlihatkan kekesalan beserta kekecewaan, Red mengangguk, merelakan istrinya pergi menemui kakaknya. Mina sudah melepas diri sepenuhnya dari Red, tapi kemudian mengingat Zara. Didekatinya Red dengan cepat sambil berkata, “Jaga dia. Ingat, bayi kita ada padanya. Pastikan semua yang dia butuhkan terpenuhi. Andai kau keberatan, beritahu aku.”Red mengangguk, merebut wajah Mina sambil dihadiahkan sebuah ciuman kilat.Red menahan napas sejenak setelah bibirnya meninggalkan Mina. Matanya menelusuri wajah istrinya, mencoba menghafal setiap detail sebelum harus melepaskannya lagi—meskipun ini bukan pertama kalinya.“Pergilah,” katanya akhirnya, suaranya terdengar datar, tapi genggaman di pinggang Mina sedikit lebih erat sebelum dia benar-benar melepaskan.Mina menatap si suami pertama sejenak, seperti ingin memastikan semuanya baik-baik saja, lalu akhirnya berbalik, meninggalkan Red seperti biasa.Red menatap punggung Mina yang menjauh. Berat di dad

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status