Share

Bab 3 | Penghinaan

Author: Didi Mawadah
last update Last Updated: 2022-06-14 21:26:36

Hati wanita mana yang tidak merasakan sakit, ketika suaminya dianjurkan untuk menikah lagi, bahkan oleh keluarga sendiri, aku tahu, keturunan memang belum bisa kuberikan untuk menyambung trah keluarga Mas Damar, namun itu sungguh bukanlah keinginanku, Mas Damar sendiri yang tidak menginginkannya, bukan aku yang tidak mampu.

Pernah suatu kali, karena sudah bosan mendapat sindirian dari tantenya Mas Damar, karena aku yang tak kunjung hamil. Aku mencoba memintanya, merendahkan harga diriku sebagai wanita hanya untuk bisa disentuh oleh suamiku sendiri, namun apa yang kudapatkan? Hanya penolakan yang dibalut dengan kata-kata pedas. Sangat menyakitkan.

“Jangan harap saya mau tidur denganmu, berdekatan saja rasanya saya jijik, jangan fikir karena kamu seorang dokter, kamu bisa menarik perhatian saya, cih, enggak sudi, lagipula, selama ini kami tau, kalau selain sebagai anak asuh bapak, kamu juga menjadi simpanannya, kan? Makanya dia selalu mensupport segala kebutuhanmu, kecil-kecil sudah murahan!” makinya begitu tajam.

Jangan tanya bagaimana perasaanku saat itu, selain malu karena penolakan, hatikupun hancur, bagaimana bisa orang yang memiliki wajah sempurna sepertinya, bisa mengeluarkan kata-kata yang sangat buruk dan menyakitkan, kepada seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. Mungkin aku memang beruntung karena bisa menjadi anak asuh pak Aldian, namun sungguh, tidak sekalipun aku melacurkan diri kepadanya.

Dia begitu peduli kepadaku laiknya seorang ayah kepada anaknya, begitupun caraku memperlakukannya, aku tidak pernah menggodanya apalagi menjadi simpanan orang sebaik pak Aldian. Cukup sudah harga diriku diinjak olehnya, sejak saat itu aku bersikap bagai orang asing di rumah suamiku sendiri.

Aku akan bicara seperlunya saja, kalau dulu saat di rumah aku suka berpakaian sedikit terbuka untuk menarik perhatiannya, sejak saat itu aku selalu memakai pakaian yang agak tertutup, cukup sudah dia merendahkanku, tidak akan ku biarkan sekalipun diriku untuk kembali mengemis sentuhan darinya, sekuat apapun pesonanya terpancar.

Aku lebih rela di hina sebagai wanita mandul, daripada difitnah sebagai wanita murahan, sungguh, aku tidak akan pernah melupakan kata-kata menyakitkan yang dia berikan kepadaku. Sampai kapanpun.

==========

Semua terdiam saat mendengar tante Yunita menghinaku, mengatakan aku hanya wanita mandul yang wajib menerima jika suamiku ingin menikah lagi. Sudah biasa, walaupun rasanya tetap sakit, lebih menyakitkan karena selama ini tidak pernah ada sedikitpun pembelaan yang Mas Damar berikan untukku. Dia hanya diam melihat istrinya dihina yang bahkan karena ulahnya.

Aku mencoba untuk menguatkan hatiku sekali lagi, mengingatkannya untuk tetap sabar dan memerintahkan mataku untuk tidak menangis, setidaknya jangan sekarang, mungkin nanti, beberapa saat lagi, asal jangan dihadapan semua orang.

Aku memilih terus melanjutkan langkah memasuki ruang tamu Eyang Uti, kemudian menghampirinya yang sedang duduk menatapkku dengan tatapan nanar, aku tau, Uti pasti ikut sedih karena melihatku selalu dihina oleh tantenya Mas Damar yang berarti adalah anaknya. Namun, bagai tidak berkutik, Uti hanya diam, sesekali mengusap bahuku untuk memberikan penguatan.

Uti memiliki tiga orang anak, yang pertama adalah ibu mertuaku, yang kedua tante Yunita, dan yang ketiga om Farhan. Di usia Uti yang sudah menginjak angka tujuh puluh dua tahun, Uti masih cukup terlihat sehat, meski ketika berjalan harus menggunakan tongkat, karena penyakit asam urat yang di deritanya, namun Uti bisa dikatakan contoh orang dulu yang sehat meski sudah tua.

Hubunganku dengan ibu mertua selama ini tidaklah hangat, terkesan hambar, beliau tidak pernah menunjukan respon suka atau tidak kepadaku, ibu juga tidak menolak atau menerima ketika bapak meminta anaknya menikahiku, datar, tapi yang jelas, aku merasa jika ibu termasuk yang menilaiku sebagai simpanan suaminya, sehingga membuatnya bersikap seperti ini kepadaku.

“Jangan diambil hati ya, Nak, Uti tau Saf dan Damar pasti sudah berusaha, urusan anak itu rejeki dari Allah, kalau memang belum dikasih yaudah, berarti kalian disuruh pacaran dulu, ya!” ucapan Uti selalu mampu membuat hatiku yang terhimpit menjadi sedikit lebih lega.

“Pacaran kok lama banget sampai dua tahun, Bu, ini sih memang si Safeea nya aja yang mandul, gabug, enggak bisa ngasih keturunan buat Damar. Ibu liat sendirikan, keluarga kita semuanya subur-subur, minimal punya anak dua, enggak ada tuh riwayat mandul kayak Safeea gini,” lagi-lagi Tante Yunita menghinaku dengan perkataan yang menyakitkan.

Cukup, aku sudah tidak tahan, aku memutuskan permisi ke kamar mandi, tidak sanggup rasanya berlama-lama berada di sana. Ku tumpahkan segala sesak di dadaku, aku menangis sepuas yang kumau, tanpa takut ada yang mendengar atau melihatnya. Sakit, sakit sekali, lebih sakit dari saat aku mendapat makian seorang senior ketika sedang ospek dahulu.

“Ayah, ibu, kenapa kalian ninggalin Safeea sendirian, kalau boleh meminta, ajak Saf untuk ikut kalian. Ayah, keberuntungan yang mengikuti Saf sepertinya sudah habis, hilang bersama kepergian pak Aldian. Di sini tidak ada yang sayang sama Saf. Aku sendirian, hu hu hu . . .” tangisku pecah karena merasakan sesak tiada tertahan.

Andai motor ayah tidak ditabrak seseorang yang tidak bertanggung jawab, pasti ayah dan ibu tidak akan meninggal, aku tidak akan terjebak pada hutang balas budi karena kebaikan yang pak Aldian berikan, aku tidak akan ada diposisi ini sekarang, menjadi istri yang tidak dianggap, menjadi menantu yang dimusuhi dan selalu dihina.

Jika boleh mengulang, ingin rasanya aku memperbaiki semuanya, tidak akan kubiarkan ayah mengajak kami berkeliling sore dengan motor kebanggaannya, tidak akan kubiarkan tubuh kecilku diabawa ke panti asuhan, tidak akan kubiarkan pak Aldian menjadikan ku anak asuhnya.

Tok tok tok!

“Saf, kamu di dalam?” tanya suara pria diluar kamar mandi.

Aku berusaha menekan suaraku agar berhenti menangis, tapi tidak bisa, sesaknya belum hilang, makin terasa jika kupaksa berhenti, tapi, aku tidak ingin seorangpun tau jika aku selemah ini. Allah, berikanku kekuatan.

“Saf! Kamu baik-baik aja di dalam? Buka pintunya, Saf!” siapa sebenarnya yang memanggilku, karena itu bukan suara mas Damar.

“Ya, sebentar!” ucapku akhirnya.

Aku bergegas mengapus air mataku, mencuci wajahku dengan air, tidak lupa aku membenarkan makeup yang sedikit rusak karena terkena air mata. Setelahnya aku menggunakan kacamata yang biasa kugunakan jika sedang bekerja, fungsinya selain untuk memfokuskan pandangan, juga bisa berfungsi untuk menutupi mataku yang sembab sehabis menangis. Sehabis itu baru aku membuka pintu kamar mandi yang sejak tadi diketuk.

“Hey, are you okay?” ternyata om Farhan orangnya, dia yang sejak tadi mengetuk pintu kamar mandi.

“Om, Farhan? Ya, saya baik-baik saja,” sahutku canggung, karena bagaimanapun dia adalah om dari suamiku, walaupun usianya hanya terpaut lima tahun dari mas Damar.

“Kamu habis nangis, Saf?”

“Ah, enggak, Om, maaf saya permisi dulu!” aku sengaja mengakhiri percakapan kami, tidak ingin rasanya jika sampai ada yang melihat kami sedang bicara hanya berdua saja, bagaimanapun, aku harus menjaga nama baik suamiku.

“Saf,” cegahnya.

“Lepaskan jika kamu sudah tidak kuat!” lanjutnya saat aku menghentikan langkah, masih dengan membelakanginya.

“Maksud om Farhan apa?” tanyaku bingung.

“Saya tau Saf, kamu tidak bahagia dengan Damar, kan? Lepaskan dia, biar kamu juga bisa bahagia dengan hidupmu,”

“Maaf, Om, Saf enggak ngerti,” tanyaku masih berpura-pura, aku tidak boleh terpancing, selama ini tidak pernah ada yang tau kehidupan rumah tanggaku kecuali mbok Minah.

“Saya tau kalau Damar masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya, saya yakin kamu juga mengetahuinya, kan?”

Bagai tersambar petir saat mendengarnya, aku berusaha menenangkan detak jantungku, tidak ingin bersikap seolah aku istri yang patut dikasihani. Aku memilih mengabaikannya dan masuk kembali ke ruang tamu di mana semua sedang berkumpul.

“Darimana kamu? Mojok sama om Farhan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 106 | Extra Part

    Damar Pramudya BayanakaDisinilah aku sekarang, duduk membungkuk di dalam tahanan yang busuk, menatap pilu pada jeruji besi yang menahanku untuk menghirup udara kebebasan di luar sana. Sudah enam bulan lamanya aku mendekam di sini, tepatnya setelah aksiku yang berusaha untuk membalaskan dendam kepada Safeea dan Adriyan.Aku tidak menyangka jika akhirnya akulah yang terbakar dan hancur dalam kisah ini, kisah yang awalnya aku menjadi superior karena harta yang kumiliki, nyatanya akhir menyayat yang kualami.Selain harus mendekam selama lima tahun di penjara, aku juga kehilangan perusahaanku yang akhirnya di lelang. Aku masih tidak menyangka, perusahaan yang almarhum ayahku rintis dari nol, kini benar-benar kembali menjadi nol karena ulah dan kebodohanku yang mendarah daging.Andai dapat kuulang waktu, aku tidak akan melakukan segala kesalahan yang kulakukan dulu. Setidaknya, aku tidak akan menyakiti Safeea hingga segitu parahnya, sehingga membuat wanita yang selalu hadir dalam mimpiku t

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 105 | Akhir

    “Safeea!! Buka!!” teriaknya lagi, kali ini menggunakan kakinya untuk mendobrak pintu kamar.Safeea yang mendengar suara gebrakan dari luar membuatnya berjingkat ketakutan. Mulutnya tidak henti berdoa dan menangis, berharap bantuan segera datang untuk membantunya terlepas dari manusia yang paling tidak ingin dirinya temui di muka bumi ini.“Safeea!! Buka! Jangan buat aku murka! Kamu harus tanggung jawab sekarang juga!!”“Tanggung jawab apa yang anda maksud, Bapak Damar?”=========== Berbekal ijin yang dia dapatkan dari Adriyan untuk membawa Safeea ke Mall, Tiara datang bermaksud untuk menjemput Safeea bersama Gianira dan ketiga anaknya. Namun, saat turun dari mobil dan mendapati pintu rumah Safeea terbuka, membuat Tiara curiga jika ada hal buruk yang terjadi.Dirinya berjalan cepat ke dalam rumah bersama Gianira, setelah sebelumnya meminta ketiga anak-anak Riza tersebut menunggu di dalam mobil. Tiara khawatir terjadi sesuatu di dalam rumah, sehingga dirinya berinisiatif menyuruh anak-

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 104 | Serangan

    Pagii semuaa 😍🤗Maaf Euy baru bisa up lagi, qodarullah keadaan kurang fit ditambah file bab baru yang siap up malah hilang karena enggak sengaja ketiban file baru jadi harus ngumpulin niat dulu untuk ketik ulang kemarin kemarin tuh 🤭Oia, ini satu bab menjelang bab terakhir yang Insya Allah ku posting besok atau lusa ya ..Selamat membaca ✌️✌️========= Benar kata pepatah yang mengatakan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bukan kurir yang datang melainkan tamu tidak diundang, pria yang ingin paling tidak ingin kutemui di dunia ini justru datang menemuiku di rumah.“Hai, Saf. Apa kabar?”============ Tanpa menjawab aku langsung berusaha untuk menutup pintu rumah, tetapi tenaga Mas Damar lebih kuat, sehingga dengan mudah menerobos masuk hanya dengan sedikit dorongan yang dia lakukan.Aku yang sadar saat ini hanya seorang diri di rumah tidak dapat berbuat apapun, asisten rumah tangga yang mas Essa pekerjakan baru saja pulang hampir setengah jam yang lalu. Lingkungan

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 103 | Hamil

    Hai, ada sedikit bocoran. Ini sudah mendekati akhir lho 🤗=====Jangan tanya aku mendapatkan info darimana, karena tentu dengan mudah aku mengakses informasi tersebut dari sepupuku yang seorang bisnisman ulung namun kurang beruntung di dunia percintaannya.“Mas,”“Ya, ada apa, Sayang?” tanyaku, saat mendapati Zahra keluar dari toilet kamar kami.“I have surprise for you,” bisiknya, sambil memberikan sebuah kotak beludru berwarna biru. Kurasa isinya jam tangan? ========= “Apa nih, Sayang?” tanyaku heran, seingatku aku tidak sedang berulang tahun maupun ada hari spesial hari ini, lalu mengapa tiba-tiba Zahra memberikan surprise? Ditambah lagi dirinya memegang kamera dan menyalakan fitur merekam saat memberikan kotak beludru tersebut.“Buka aja!”“Aku sedang tidak melewatkan hari spesial kita, kan?” selidikku, karena heran melihat Zahra terus tersenyum ke arahku. Sebelah tangannya masih sibuk memegang ponsel yang diarahkan ke arahku.“Enggak, Sayang. Ini surprise spesial dari aku buat

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 102 | Bangkrut

    Aku kembali menghubungi Jerryan, memintanya untuk mendesak Safeea menghentikan kegiatan bodohnya tersebut. Namun, aku justru mendapat berita yang lebih mencengangkan. Jerryan mengatakan tidak dapat mengubungi Tiara karena panggilannya selalu dialihkan. Selain itu, Jerryan memberitau jika ada seseorang dengan akun Instegrem Adl.ya membuat pengakuan jika dia adalah saksi dari seluruh kebenaran yang Safeea katakan. Dan aku sangat hafal, siapa orang di balik akun Adl.ya tersebut. ============= Kurasakan seluruh persendianku melemas karena kabar yang Jerryan sampaikan. Bagaimana bisa Adelya bersekongkol dengan Safeea untuk menyerangku malam ini? Bukankah selama ini Adelya begitu membenci Safeea? Bahkan menurut Bagus, dirinya mendapat informasi jika Adelya sempat menyerang Safeea ketika di rumah sakit kemarin, karena menganggap Safeea sebagai penyebab aku menjatuhkan talak kepadanya.Dengan mata membulat aku menyaksikan lagi live dari layar ponselku yang lain, melihat bagaimana kali ini

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 101 | Serangan Balik

    “Selama pernikahan juga mas Damar tidak pernah sekalipun memberikan nafkah bathin kepada saya, kecuali di malam terakhir sebelum akhirnya saya putuskan untuk menyerah. Dia meminta saya melayaninya tapi ...,” kalimatku terputus, rasanya aku tidak sanggup untuk mengungkit kembali kisah pahit pada malam itu. Tangisku mulai pecah, Mas Essa sibuk menenangkanku, merangkulku dengan hangat.=============== Mbak Gia memberikan ku segelas air putih yang langsung kuteguk hingga habis setengahnya. Tubuhku masih bergetar tiap kali mengingat peristiwa jahanam yang mas Damar perbuat kepadaku. Perbuatan tidak tau malu yang dilakukan dengan penuh pemaksaan. Memperlakukanku laiknya binatang jalang yang sesuka hatinya dia perlakukan sekasar dan sehina yang dia inginkan.[Lanjutin dong ceritanya! Penasaran, nih][Gila, jadi hampir sepekan ini kita di bohongin sama si Damar?][Dasar cowok playing victim, manipulatif!][Spill selingkuhannya dong, Kak!][Keluarganya enggak tau kalau kelakuan anaknya kay

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 100 | Membuka Luka Lama

    Aku masih terus menggulir akun sosmedku, mencari informasi mengenai ke-viral-an aksi Damar sore tadi. Hingga tidak sengaja mataku menangkap sebuah postingan yang memberitakan jika Zahra meminta cerai dari Damar dan lebih memilih menikah denganku di saat Damar dalam keadaan lumpuh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Fu*k, apa-apaan ini? Berita-berita ini benar-benar sudah kelewatan.=========== POV SafeeaAku tidak menyangka jika kecelakaan dua hari yang lalu berbuah buntut panjang, akan kewarasan mentalku yang seakan diuji oleh maraknya berita-berita hoax yang bertebaran di jaga dunia maya. Berita mengenai pernikahan dan perceraianku dengan mas Damar tersebar begitu massive, padahal selama ini aku tidak pernah memposting apapun mengenai pernikahan dan kehidupanku bersama mas Damar, setahuku begitupun sebaliknya.Lalu mengapa kini banyak tersebar berita tentang kami berdua? Bahkan aku dianggap mencampakan mas Damar karena bercerai dengannya di saat dia sedang sakit kala itu dan menikah

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 99 | Viral

    Sekuat tenaga aku menggerakan kaki ku agar mau terangkat, namun nihil susah sekali rasanya, hingga saat jaraknya semakin dekat, aku seakan mendapat dorongan kuat untuk kembali mencoba menggerakan kaki ku dan berlari menghampiri Safeea. Mendorongnya hingga kami jatuh berpelukan.Brakkk!!Suara reklame berdebam saat jatuh menimpa lantai beton rumah sakit. Kudengar Safeea berteriak karena kaget mendengar suara reklame jatuh, kemudian banyak orang berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.============= Riuh ramai suara orang berdatangan mencoba memastikan keadaanku dan Safeea. Kuabaikan pertanyaan dari pihak keamanan rumah sakit yang mencoba mencari info keadaan kami.Namun, dadaku masih berdegup begitu kencang, karena selain baru saja mengalami peristiwa berbahaya, tapi juga karena Safeea saat ini masih dalam dekapanku. Tubuhnya bergetar, mungkin dirinya merasakan takut dan kaget bersamaan karena reklame jatuh barusan.Aku coba menenangkannya, mengatakan jika semua baik-baik saja. Kem

  • Aku Istri yang Tidak Dianggap   Bab 98 | Resmi Bercerai

    Benar yang Jerryan katakan, mengapa Adelya bisa berubah secepatnya ini? Apakah tidak ada sedikitpun tersisa rasa cintanya untukku? Hampir dua belas tahun kami menjalin hubungan dan hilang hanya dalam waktu tiga pekan?“Bagus bukan? Aku jadi bisa fokus untuk berusaha merebut kembali Safeea ke dalam pelukanku jika sudah resmi bercerai dari Adelya,” ucapku akhirnya, yang membuat Jerryan hanya bisa menepuk kepalanya. Memang apa yang salah dengan yang kukatakan barusan? Aneh!============== POV SafeeaDua bulan sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai seorang istri dan tentu saja aku merasa benar-benar menikmatinya. Walaupun sebenarnya aku sudah pernah mengalaminya selama dua tahun lebih sebelumnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda.Jika dulu pergi dinas ke Rumah sakit merupakan tempat pelarianku untuk menenangkan diri dari perlakuan buruk mas Damar di rumah, kini setelah menikah dengan mas Essa, pulang ke rumah adalah sesuatu yang kunanti-nantikan. Karena di sana aku benar-benar m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status