Kayla, atau biasa disapa dengan Key, memergoki suaminya berselingkuh dengan seorang perempuan di sebuah hotel berbintang. Tak terima dikhianati, ia pun berencana untuk membuat suami dan perempuan jalang tersebut tewas dalam sebuah kecelakaan. Namun apesnya, hari sial tak pernah ada di dalam kalender. Bukannya membuat suami dan sang pelakor tewas, Key justru mengalami kecelakaan tunggal hingga menyebabkan dirinya tewas di tempat. Sayangnya, Key tidak menyadari jika dirinya sudah mati. Sebab pasca insiden maut itu terjadi, ia justru terbangun dan tahu-tahu sudah berada dalam sebuah kamar hotel bersama suaminya. "Morning, sayang. Maaf ya, aku tadi harus balas pesan dari istriku dulu," terang Brayan seraya menyapu wajah Key dengan bibirnya. "Istri?" Key terkejut mendengarnya. Seingatnya, sebelum kecelakaan terjadi, dia dan Brayan sudah menikah resmi secara agama dan negara. Itu artinya, ia adalah istri sahnya Brayan, kenapa tiba-tiba berganti menjadi ani-ani? Menyadari jika ia berubah menjadi perempuan selingkuhan suaminya sendiri, Key pun memanfaatkan keadaan. Satu persatu rahasia tentang Brayan pun akhirnya terbuka. Mulai dari alasan sang suami berselingkuh, hingga penyebab kecelakaan Key yang ternyata ulah sosok misterius yang selama ini menjadi duri dalam rumah tangga Key dan Brayan. Lalu, apa yang akan Brayan katakan saat ia tahu jika yang menjadi selingkuhannya adalah istrinya sendiri? Sampai kapan Key akan bertahan dalam tubuh selingkuhan suaminya? Apakah ia akan kembali hidup dalam tubuhnya, atau justru mati seperti saat kecelakaan terjadi?
View MoreKamar Hotel 444
Perempuan itu menggedor pintu dengan cukup keras seraya berteriak kencang. "Buka ...! BUKA ...!" Suaranya begitu menggelegar, hingga membuat beberapa penghuni kamar lainnya terkejut. Tak berselang lama, pintu itu pun terbuka. Tampak seorang pria dan wanita berdiri hanya mengenakan kimono dengan ekspresi wajah terkejut. "Sayang ...?" lirih sang pria. Ia lalu melempar pandang kepada wanita yang ada di belakangnya. "Hah? 'Sayang' katamu? Masih berani kau memanggilku 'Sayang' setelah berselingkuh di belakangku dengan pela-cur murahan ini? Dasar laki-laki tak tahu diri! Penjahat ...!" teriak Key. "Key, tahan dulu." Pria itu mencoba untuk membuat Key tenang. "Apa?! Jadi ini, perempuan itu? Iya? Sini kamu!" Key maju dan langsung menarik rambut wanita yang ada di depannya dengan sangat kuat. Persis seperti macan yang sedang menerkam mangsanya dan siap menelannya hidup-hidup. "Aw ... sakit, sakit Mas! Bantuin ...!" Jambakan tangan Key di rambutnya, membuat perempuan dengan kimono putih itu mengerang kesakitan. Ia bahkan sampai kesulitan untuk melepaskan diri karena cengkraman tangan Key yang begitu kuat. "Key! Lepaskan! Lepas kataku!" Sang pria tak tinggal diam. Ia pun berusaha untuk melepaskan wanita yang disinyalir sebagai selingkuhannya itu dari amukan Key. Meski sulit, tapi akhirnya ia berhasil juga memisahkan dua perempuan beda generasi tersebut. "Apa-apaan kau ini?! Kenapa datang-datang menyerang Lisa?" tanya sang pria seenak jidatnya. "Aku? Apa-apaan? Aku yang apa-apaan atau pelacur tak tahu diri ini yang apa-apaan?" tuding Key seraya menunjuk tajam ke arah wanita yang ia maksud. "Teganya kau menjambak rambut Lisa. Apa kau tidak tahu jika itu sangat menyakitkan?" tutur pria itu lagi. "Kau juga, teganya kau mengkhianati ku? Dasar pria brengsek!" ucap Key sembari menolak tubuh sang pria hingga mundur selangkah ke belakang. Air mata mulai jatuh membasahi wajah pilunya. Sungguh tak terpikirkan olehnya, jika laki-laki yang saat ini ada di depannya sampai hati bermain api di belakangnya. "Aku bisa jelasin, Key." Pria yang ada di hotel itu bernama Brayan. Dia adalah suami sahnya Key. Namun entah apa yang ia pikirkan, Key justru memergoki dirinya sedang bercinta dengan wanita lain. "Apa?! Kau mau menjelaskan apa lagi, hmm? Semua sudah cukup jelas, Brayan. Kau ... tidak lebih dari seorang keparat sampah yang menjijikkan?" ucap Key dengan suara bergetar karena menahan tangis. Ingin rasanya ia menjerit sekuatnya, melepaskan semua beban yang menghimpit jiwanya saat ini. Namun ia tahu, jika sampai hal itu terjadi, hanya akan membuat dirinya terlihat semakin menyedihkan. "Aku punya alasan, Key." Brayan masih mencoba untuk membenarkan tindakannya itu. Seolah ia tidak mau tahu dengan apa yang Key rasakan. Benar-benar tidak punya perasaan. Padahal Key adalah istrinya yang baru dua bulan ini ia nikahi. Seharusnya, dua bulan adalah waktu untuk menghabiskan bulan madu bersama pasangan, tapi ia justru main serong dengan perempuan lain. "Alasan katamu? Alasan apa yang membenarkan perselingkuhan, hah? Apa kau sedang playing victim di depanku? Dengan mengatakan jika pela-cur ini yang sudah menggoda mu? Atau pela-cur ini tiba-tiba saja nyasar dan salah masuk kamar hotelmu? "Pela-cur, pela-cur. Dia punya nama, Key! Namanya Lisa! Dan dia bukan pelacur! Dia wanita yang berarti di hidupku! Kau puas?" Brayan membela wanita bernama Lisa itu di depan istrinya sendiri, tanpa memikirkan sedikitpun tentang perasaan Key yang sudah ia khianati. Mendengar tutur suaminya, Key pun mangut-mangut seraya tertawa getir, hingga membuat Brayan dan Lisa menjadi tidak mengerti. Untuk kali ini, ia memilih tersenyum meski batinnya hancur lebur. Sebab dari kata atau pun sikap yang suaminya tunjukkan, jelas ... wanita bernama Lisa itu begitu spesial di mata suaminya. "Ok ... tanpa perlu bertanya lagi, aku sudah tahu pada siapa kau berpihak." Key mundur perlahan dengan hati yang begitu sakit. Saking tak percayanya, ia sampai nyaris kehilangan keseimbangan. Melihat hal itu, Brayan pun mencoba untuk memegangnya, tapi Key menepis cepat tangan suaminya itu dan berkata, "Don't touch me!" teriaknya ke wajah Brayan. Key lalu berbalik dan segera meninggalkan kamar hotel dengan nomor 444 tersebut. Kemudian segera menuju lift untuk turun ke lantai dasar. Langkahnya begitu gontai, mirip seperti orang yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Ditambah dengan air mata yang tak berhenti mengalir, Key tampak begitu menyedihkan. "Badjingan ...!" Kayla, atau yang biasa di panggil dengan nama Key, menendang tempat sampah yang ada di depannya hingga isinya tumpah dan berserakan di mana-mana. Ia begitu gusar, sampai-sampai melampiaskan amarahnya kepada benda kaleng tak berdosa itu. "Dasar laki-laki buaya, keparat, iblis, Fir'aun, semuanya ...!" Key mengacak-acak rambut panjangnya hingga terlihat kusut dan penampilannya jadi centang-perenang. Napasnya naik turun tak beraturan. Mata memerah dan sedikit berkaca-kaca. Tangan gemetaran dengan tubuh yang mulai panas dingin. Sepertinya apa yang baru saja terjadi berhasil membuat hormon kortisol dan epinefrin di dalam tubuhnya berkolaborasi dengan sempurna. "Brayan, berani sekali kau bermain api di belakangku. Lihat saja, aku pasti akan membuatmu menyesal. Bahkan kalau perlu, akan aku kirim kau ke neraka hari ini juga bersama pela-curmu itu." Tangan Key mengepal erat, menandakan jika ia tidak main-main dengan ancamannya. Sakit hati karena memergoki suaminya berselingkuh membuat Key gelap mata dan nekat ingin membuat suaminya mati mengenaskan. Bahkan tak hanya suaminya, ia juga berharap kalau suaminya itu bisa sehidup semati dengan sang wanita simpanan itu. "Kau sangat mencintainya, kan? Kau juga sangat ingin sehidup semati dengan perempuan itu. Baiklah, akan aku buat cinta kalian abadi dan kekal di neraka." Key berteriak keras hingga menarik perhatian pengunjung hotel lainnya. Namun perempuan berkaos hitam polos dengan celana jeans lebar itu seolah tidak perduli dengan apa yang ia lakukan. Orang-orang juga tidak ada yang mau menegurnya. Sebagian dari mereka bahkan mengira jika Key sedang mabuk sehingga meracau tak karuan. Dasar bedebah, playboy, cowok bangsat, pengkhianat. Lihat saja, aku kirim kau ke akhirat hari ini juga. Monolog Key, seraya terus melangkah ke arah parkiran dan mencari di mana mobil suaminya berada. Tampaknya ia benar-benar akan merealisasikan niat jahatnya saat ini juga. Tak main-main, ia bahkan sampai rela searching di internet CARA MEMUTUS TALI REM MOBIL demi melancarkan aksinya itu. Sungguh gila sekali. Nah, ini dia. Pasti ini tali rem mobilnya? Aku harus segera memotongnya, batin Key seraya menyunggingkan senyum sinis."Iya, rahasia. Kamu dan Brayan pasti punya rahasia kan yang tidak Kayla tahu. Ngaku kamu!" Elena terus maju sedang Key mulai mundur perlahan. "Tidak ada rahasia apa-apa, Mbak. A—aku ...." "Tega banget ya kamu sama Kayla. Salah apa Kayla sama kamu? Jawab!" Elena terus mendorong pundak Lisa hingga membuat Kayla takut. Selama ini, Key tidak pernah melihat asisten pribadinya bersikap seperti itu kepada orang lain, apalagi kepadanya. Mungkin karena Elena sudah benar-benar muak melihat Lisa yang sampai hati merebut suami sahabatnya. "Mbak ... tahan dulu. Aku benar-benar tidak menyimpan rahasia apa pun dari Ibu Kayla. Kalau Mbak marah karena go public kami hari ini, Mbak sebaiknya tanyakan ke Mas Brayan. Ini semua atas kemauan Mas Brayan, bukan aku. Sumpah." Elena menghentikan langkah kakinya dan menyunggingkan senyum sinis kepada Lisa. Untuk kali ini, ia sedikit setuju dengan kata-kata sang pelakor. Memang benar, dalam setiap hubungan perselingkuhan, acap kali yang menjadi sasar
"Kamu?" tanya Key tak percaya. Rava menyorot tajam dan penuh kebengisan ke arah wajah Lisa. Punggung perempuan itu tampak masih menempel di dinding lift, dengan kedua tangan yang berada dalam cengkeraman tangan sang pacar. "Tolong jelaskan kepadaku, Lisa. Apa maksud dari semua itu tadi?" tanya Rava sembari menggigit gigit. Geram. "Rava, sakit. Tolong lepasin," mohon Kayl "Sakit katamu, hah? Sakit mana dengan hatiku, hmm? Bertahun-tahun aku berjuang, hanya untuk bisa melamarmu suatu hari nanti, tapi apa yang aku dapat? Kau malah mau menikah dengan Pak Brayan?" "Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Rava. A—aku ...." Key mencoba untuk menjelaskan tapi terhenti. "Tidak seperti yang aku bayangkan bagaimana? Jelas-jelas tadi Pak Brayan bilang, jika kalian akan segera menikah. Apa kau mau bilang jika itu hanya lelucon saja?" Kayla menggeleng dengan kepala yang menunduk. Ia benar-benar bingung dengan situasi ini. Bagaimana cara menjelaskan kepada laki-laki yang ada di depannya
"Perkenalkan, ini Lisa, calon istri saya," ucap Brayan santai. "What?!" Elena dan semua yang mendengar pengakuan Brayan terkejut luar biasa. Mereka sampai ricuh dan saling lihat satu sama lain. Tak terkecuali Rava. Pria berjas abu-abu itu bahkan sampai tak mengedipkan matanya sejak dari Key melangkah naik ke atas panggung dan berdiri sembari tersenyum manis di sisi sang CEO. 'Lisa? Dia akan menikah dengan Pak Brayan? Bagaimana bisa? Semalam aku baru bertemu dengannya dan dia tampak baik menyambut kedatangan dan niat baikku. Apa itu semua hanya sandiwaranya untuk menutupi perselingkuhannya selama ini?' Tangan Rava menggenggam erat. Dengan penuh kekecewaan, ia pun berbalik dan langsung berlalu, keluar dari ruangan itu. Entah ke mana ia akan pergi? Yang jelas, ia ingin meluapkan kekesalannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan acara tersebut. Begitu menyesakkan, saat melihat pengkhianatan yang Lisa lakukan di depan matanya. Bagaimana tidak, selama ini ia telah berjuang hab
Key duduk sembari terus menatap ke arah gedung tinggi yang ada di depannya. Memainkan tangan Lisa demi menghilangkan rasa gugupnya yang kian membuncah. Itu kantor milikinya, tapi rasanya seperti neraka bagi dia yang masih terjebak di dalam tubuh sang pelakor. Kalau saja raganya bukan raga Lisa, melainkan raga perempuan lain, mungkin ia tidak akan se-nervous ini. Terlebih saat mengingat bagaimana dulu ia dan Lisa berseteru di depan semua karyawan, ia yakin, para karyawannya belum amnesia dengan kejadian itu. 'Bagaimana jika saat mereka melihatku, aku justru di perlakukan kasar. Diserang seperti saat Elena menyerangku waktu itu? Astaga, aku bisa mati di sana.' Key membuang napas kasar. Bersamaan dengan kekhawatiran Kayla, Brayan pun sudah kembali ke mobil. "Maaf ya aku lama. Nih, untukmu." Brayan menyodorkan sekaleng coffee dingin yang baru saja ia beli dari mini market kepada Lisa. "Terima kasih, Mas." Key memasang raut wajah datar di wajah selingkuhan suaminya itu. Melihat
Lima bulan yang lalu .... "Kau sudah atur jadwal pertemuan kita dengan pihak ketiga pada proyek yang kemarin?" tanya Kayla pada bawahannya yang sedang mengikuti langkahnya yang tergesa. Ia ada meeting dadakan sebentar lagi, jadi harus segera tiba di ruangan sebelum kliennya tiba. "Sudah, Bu. Saya sudah atur jadwalnya. Pukul delapan malam ini di Hotel Ocean," jawab sang bawahan. "Bagus. Terus soal proposal kita yang akan diantar kepada Pak Ridwan, apa sudah kamu selesaikan." "E ... untuk itu, saya ... saya belum ...." Key menghentikan langkahnya saat mendengar jawaban terbata dari bawahannya. Ia pun berbalik dan melihat tajam kepada pria berkemeja putih dengan dasi biru dongker tersebut. "Kenapa kamu belum menyelesaikannya?" tanya Key dengan raut wajah kesal. "E ... maaf, Bu. Saya kemarin harus mengerjakan yang lain, jadi ...." "Astaga, Brayan! Kamu tahu kan kalau proposal itu harus diantar besok sebelum pukul dua. Kalau telat, mereka tidak akan mau menerimanya lagi. Ka
Selang dua puluh menit, mobil Brayan sudah tiba di depan rumah Lisa. Bersamaan dengan itu, tampak Hendra yang juga baru pulang dengan langkah sempoyongan. Berjalan ke arah Brayan dan berhenti tepat di depan selingkuhan anaknya itu. "Selamat malam, Pak," sapa Brayan sopan. "Eum, malam juga. Mau jemput Lisa kau?" tanya Hendra sinis. "Iya ... soalnya besok ...." Belum selesai Brayan dengan kata-katanya, Key sudah lebih dulu keluar dan langsung menyapa sang suami. "Maaf ya, Mas, aku lama." sandiwaranya. "Tidak apa-apa sayang. Justru harusnya aku yang minta maaf, karena sudah buat kau nunggu lama. Tadi ada meeting dengan klien, jadi aku pulangnya agak malam," jelas pria yang masih memakai setelan jas kantornya itu. "Tidak apa-apa kok, Mas. Aku juga sudah kangen sama kamarku. Malah tadi aku pikir Mas tidak akan datang dan aku bisa menginap di sini." Key melepas senyum palsunya. "Ya tidak dong sayang. Lagian besok kan ada acara penting yang harus kita hadiri," jelas Brayan yang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments