Share

Bab 10

Author: Brandon
"Dia omong kosong! Kami datang untuk bermain! Dia yang mengganggu kami!" bantah Cherry.

Melisa menoleh pada Kelvin. "Jujur padaku! Benar nggak kamu yang mengganggu mereka lebih dulu? Kalau kamu berani membohongiku, hmph, awas kamu!"

Kelvin menciut. Kelvin tidak takut pada Melisa, melainkan takut pada Yogi! Sudah bertahun-tahun Keluarga Fernandez bekerja untuk Yogi, mereka tahu betul bahwa Yogi adalah orang kejam yang membunuh orang tanpa ampun. Melisa adalah putri bungsu yang paling disayangi dan dimanjakan oleh Yogi. Dengan satu ucapan dari Melisa, jangankan Kelvin, seluruh Keluarga Fernandez pun akan dibantai.

"Nona, aku hanya ingin berteman, tapi ... tapi dia sadis sekali. Lihat, saudara-saudara yang lain ... sudah lumpuh," sanggah Kelvin dengan suara rendah.

"Karena kamu penyebabnya, nggak ada yang perlu dibicarakan lagi." Melisa melambaikan tangan pada Doni, Cherry, dan Helen. "Keluarga Bonardi bukan diktator. Masalah hari ini adalah kesalahan kami, maaf. Kalian boleh pergi!"

Doni tersenyum pada Melisa, lalu membawa Helen berjalan keluar. Cherry bergegas menyusul. Para tuan muda yang sudah merasa lebih baik membantu satu sama lain dan pergi dengan tertatih-tatih.

"Nona ... mereka dibiarkan pergi begitu saja?" Pria hitam itu heran. Sejak kapan Melisa si siluman begitu baik hati?

"Ya, kurasa pria cantik itu enak dipandang."

"Enak ... dipandang?" Pria hitam termangu dan kebingungan.

"Kamu nggak merasa dia mirip artis?" Melisa memutar mata. "Kita beda generasi, nggak nyambung!"

Pria hitam itu sudah terbiasa dengan kesembronoan Melisa sehingga memilih untuk diam.

Melisa menghampiri Kelvin. "Dua cewek tadi, punya hubungan apa dengan Do ... ehm, dengan pria itu?"

Kelvin berpikir sejenak dan menjawab, "Sepertinya pria itu bilang, cewek itu istrinya, cewek yang pakai celana abu."

"Istri?" Melisa mengernyit. "Tahu nggak apa namanya?"

"Helen ... Helen Kusmoyo."

"Helen Kusmoyo? Dewi Es itu?"

"Ya."

Melisa cemberut.

'Cih! Kelihatan seperti penggoda!'

'Buruk sekali selera Doni. Wanita itu tidak sebaik aku!'

'Harus cari cara untuk memisahkan mereka! Doni tak boleh meraba wanita lain lagi sesudah merabaku!'

...

Rombongan Doni meninggalkan balai anggar. Para tuan muda bersyukur karena lolos dari bahaya. Mereka babak belur. Tidak hanya lebam di wajah, ada dua yang patah tulang.

Sementara itu, luka Reyhan paling ringan di antara mereka. Reyhan pingsan karena satu tinjuan dan terbaring di lantai sepanjang waktu. Selain diinjak, hanya ada sedikit lebam di wajahnya. Begitu siuman, Melisa sudah datang. Lalu, Reyhan yang linglung dibawa keluar.

Setelah mendengar apa yang telah terjadi, Reyhan benar-benar jengkel. Baru saja mau berlagak sok, dia sudah dijatuhkan dengan satu tinjuan. Justru Doni yang menjadi pahlawan.

Sialan!

Reyhan mendapat ide sehingga sengaja berseru dengan lantang, "Doni, kamu benar-benar nggak setia kawan! Kamu jago bertarung, tapi diam saja melihat kami semua dipukul?"

Mendengar itu, semua orang menatap Doni dengan marah. Pria yang tergesa-gesa ingin pergi ke rumah sakit untuk membenarkan tulang juga berhenti dan menunggu penjelasan dari Doni.

Mereka sebenarnya bisa menghindari nasib dipukul.

"Ya!" Cherry berteriak dengan jengkel, "Doni, kamu harus beri penjelasan!"

Doni tertawa geli. "Helen adalah istriku. Apa hubungannya kalian denganku? Kenapa aku harus turun tangan?"

"Kamu egois sekali!"

"Ya! Bisa-bisanya dia egois begitu!"

Doni menyeringai sinis. "Orang elite dari 'kalangan atas' memang pintar menjebak orang. Aku harus bantu kalian karena pandai bertarung? Kalau begitu, kalian semua kaya, kenapa kalian nggak sumbangkan semua uang untuk membantu anak yang kurang mampu?"

"Kamu!"

"Sialan!"

"Omong kosong!"

Semua orang memelototi Doni.

Doni mengepalkan tangan dan tersenyum dingin. "Kenapa? Suka dipukul? Masih mau dipukul?"

Melihat Doni hendak mengamuk, para tuan muda tidak berani berbicara lagi.

Pria jantan harus bisa membaca situasi!

Jangan menghiraukan kampungan itu!

Cherry berkacak pinggang. "Aku benar-benar merasa sedih untuk Helen! Malah punya suami kampungan tak terdidik sepertimu! Cih! Ayo kita pergi!"

Setelah itu, Cherry yang marah pergi bersama rombongan Reyhan.

Cherry berencana ingin membuat Doni menyadari kesenjangan mereka, serta menciptakan kesempatan untuk Reyhan dan Helen. Alhasil, mereka malah kehilangan muka!

...

"Huh ...." Helen mengembuskan napas. "Doni, kamu nggak boleh begitu."

"Kenapa? Kamu juga merasa aku egois? Kamu juga merasa aku harusnya turun tangan dari awal?"

"Bukan. Omonganmu tadi terlalu nggak sopan terhadap Cherry dan yang lain."

Doni tersenyum, gadis ini lumayan, bukan orang bodoh. "Kesopanan diberikan oleh orang lain. Mereka sendiri yang kehilangan muka dan mempermalukan diri sendiri. Aku bisa apa?"

Helen berkata dengan jengkel, "Cherry temanku! Kamu juga bikin aku canggung kalau begini! Kamu nggak memikirkan martabatku?"

Doni segera menjawab, "Ini memang salahku. Martabat istriku harus dijaga. Nggak akan kuulangi lagi!"

"Jangan panggil aku istrimu!"

"Baik, istriku sayang!"

"Dasar bodoh!"

Helen tidak lagi menghiraukan Doni yang bercanda tawa, kembali memasang ekspresi dingin. Helen langsung berjalan menuju parkiran.

Doni tiba-tiba merasa gadis itu agak imut. Doni tertawa dan menyusul Helen. "Sudah siang, ayo pergi makan dulu. Bertarung itu sangat melelahkan, aku lapar sekali."

Helen tidak memberi jawaban. Akan tetapi, Helen mengemudikan mobil ke restoran terdekat.

Begitu masuk, Doni memandang sekeliling dengan takjub. "Ternyata begini restoran ala barat. Lumayan mahal, 'kan?"

Helen mengernyit, dasar kampungan!

"Ini tempat eksklusif, jaga sikapmu. Jangan tengok-tengok!"

"Jangan lihat meja orang lain! Itu nggak sopan!"

"Huh! Banyak aturan!" Doni mengernyit seraya berkata, "Jangan makan di sini saja. Kurasa kedai mi yang kita lewat tadi cukup bagus. Ayo kita makan mi, dagingnya minta porsi besar!"

Helen bersikap cuek dan tidak menghiraukan Doni. Nona Keluarga Kusmoyo makan mi di kedai pinggir jalan? Itu sangat memalukan!

Saat membuat pesanan, Helen memesan makanan tanpa menanyai Doni. Akan tetapi, Helen memesan daging steak porsi besar untuk Doni.

Ketika makanan disajikan ke meja, Helen ingin mengajari Doni cara menggunakan alat makan. Alhasil, Doni mulai memotong daging steak dengan garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan.

"Kamu pernah makan makanan ala barat?" tanya Helen.

"Nggak pernah, tapi semua orang pegang begini."

Helen menghela napas lega. Tadi Helen benar-benar khawatir Doni akan menusuk satu daging steak utuh dengan garpu dan memasukkannya ke mulut. Itu sungguh barbar.

Tidak ada yang bisa dibicarakan dengan Doni. Jadi, Helen fokus makan.

Di tengah makan, Helen mendongak dan terbengong.

Doni memotong daging steak menjadi potongan kecil, lalu mengapitnya dengan dua iris roti. Doni makan dengan lahap.

Kepala Helen berdengung.

Ini daging steak!

Bukan burger!

Kampungan ini sangat memalukan!

Akan tetapi, Doni seolah-olah tidak memperhatikan tatapan aneh dari sekeliling. Usai makan roti, Doni tersenyum pada Helen. "Roti tambah daging sapi, bukannya itu burger?"

Helen menarik napas dalam-dalam.

Seharusnya jangan bawa Doni ke restoran ini!

Seharusnya belikan dua burger untuk Doni saja!

Melihat Doni terkekeh-kekeh, Helen benar-benar ingin melempar sepatu hak tinggi ke wajahnya.

Sesaat kemudian, Helen sudah lebih tenang. Helen bertanya dengan ekspresi masam, "Kamu sudah menakuti Calvin hari ini, awas dia balas dendam nanti!"

Doni melambaikan tangan. "Aku benaran menguasai ilmu kedokteran, Calvin memang punya penyakit. Teman baikmu juga, suruh dia periksa di rumah sakit!"

Helen mengernyit. "Cherry? Periksa apa?"

Doni menunjuk dadanya. "Payudara! Masalahnya bukan hiperplasia lagi, tapi sudah jadi kista. Kalau nggak bisa disembuhkan di rumah sakit, suruh dia cari aku."

"Bagaimana kamu akan menyembuhkannya?"

Doni memeragakan gerakan pijat dengan kedua tangan di udara. "Pijat."

"Hah?" Wajah Helen langsung menjadi masam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Pramulartono 1962
bagaimana dengan anda
goodnovel comment avatar
Pramulartono 1962
bagaimana dengan anda
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 358

    ...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 357

    Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 356

    Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 355

    Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 354

    Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 353

    Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status