Share

Bab 4

Penulis: Brandon
Sherline menatap daun teh yang mengapung di dalam basi dengan ekspresi kaget. "Master Terry, daun teh ini ... benaran teh hijau berkualitas? Tapi ... hambar sekali dan warnanya nggak gelap."

"Tentu saja!" Hati Terry sangat perih. "Kamu ini menantu Keluarga Kusmoyo, kenapa malah nggak bisa bedakan teh hijau? Mana ada teh hijau berkualitas yang beraroma kuat? Itu bukan teh merah! Aduh! Sayang sekali! Teh hijau berkualitas tinggi, lho! Aku pun hanya pernah minum sekali!"

Seno juga tampak canggung. "Ehem! Sherline, daun tehnya masih ada berapa banyak?"

"Masih ada setengah kaleng."

"Setengah kaleng?" Seno ingat kaleng daun teh itu bisa memuat setengah kilogram. Jadi, dua kaleng sekitar satu kilogram. Alhasil, hanya tersisa setengah kaleng. Hati Seno sangat perih. "Cepat ambilkan! Seduh teh untuk Master Terry!"

"Baik, baik, aku ambilkan sekarang!" Sherline terburu-buru sehingga terhuyung dan nyaris menjatuhkan basi.

Otot wajah Terry berkedut-kedut. "Hati-hati, itu telur rebus teh dari teh hijau berkualitas tinggi! Satunya puluhan juta!"

"Ya, ya ...." Wajah Sherline memerah karena malu. Sherline pergi ke dapur dengan kepala tertunduk.

Seno mengernyit seraya berkata pada Helen, "Helen, kamu juga pergi seduh teh! Doni, sini, temani kami mengobrol!"

Helen melirik Doni dengan heran sebelum pergi ke dapur. Helen pun kebingungan. Bagaimana mungkin daun teh pemberian Doni adalah teh hijau berkualitas tinggi? Dari mana Doni si kampungan itu mendapatkannya?

Sherline tampak murung. Begitu melihat Helen, Sherline langsung memprotes, "Mana mungkin kampungan itu bisa punya daun teh sebagus itu? Bisa saja dia asal petik dari pohon teh liar di gunung! Master Terry juga, memangnya mudah untuk bedakan daun teh? Mungkin aromanya mirip saja!"

Helen setuju dalam hati, 'Omongan ibu juga masuk akal. Doni baru datang, tetapi sudah mempermalukan Keluarga Kusmoyo di depan Master Terry. Doni sungguh menyebalkan! Aku harus menceraikan Doni secepat mungkin!'

Saat makan malam, Seno dan Terry sibuk berbincang. Doni disebut oleh Seno sesekali sehingga terpaksa harus memberi tanggapan. Kisah unik di desa selalu membuat dua pria tua itu tertawa. Bernard dan Sherline memutar mata. Apa lucunya kisah pedesaan itu?

Setelah Terry pergi, Seno memanggil mereka semua. "Doni, Helen, kalian sudah daftarkan pernikahan. Bulan depan, cari hari yang bagus untuk bikin resepsi pernikahan. Kakek pun bisa tenang!"

"Nggak mau!" tolak Helen langsung.

Bernard dan Sherline juga serempak berseru, "Ayah! Jangan!"

Seno mengernyit dan ingin marah.

Helen buru-buru menjelaskan, "Kakek, aku belum pernah pacaran! Kalau bikin resepsi pernikahan secepat ini, aku ... aku akan punya penyesalan hidup. Selain itu, kami belum mengenal satu sama lain secara mendalam. Harus ... harus beri kami waktu untuk berkenalan."

Bernard dan Sherline tahu itu adalah siasat Helen untuk menunda waktu. Jadi, mereka serempak mengangguk. "Ayah, menurutku, Helen benar. Ayah harus beri Helen sedikit waktu, 'kan?"

Seno merenung, lalu bertanya, "Doni, bagaimana menurutmu?"

"Aku juga berpikir begitu! Aku juga belum pernah pacaran! Kehidupan ini nggak sempurna kalau belum pernah pacaran!" jawab Doni tanpa ragu. Setelah itu, Doni melirik Helen yang terkejut.

Dia pun belum tahu bagaimana sifat Helen!

Helen memang cantik!

Namun, kalau Helen benar-benar adalah wanita yang suka membayar pria untuk bersenang-senang, dia akan rugi besar!

Pernikahan seumur hidup tidak boleh ditetapkan secara sembrono!

Mendengar jawaban Doni, Seno merenung lagi. "Kalau begitu, resepsi pernikahan ditunda saja. Bagus juga kalau kamu dan Helen berkenalan dulu! Sebenarnya, itu nggak perlu! Saat Kakek nikah, kami baru berkenalan di kamar!"

"Ayah! Ini sudah era modern! Jangan ungkit zaman dahulu lagi!" tukas Bernard.

Doni pun berpikir, dia sepertinya juga berkenalan dengan Helen di kamar!

Tidak! Dia bahkan tidak tahu siapa Helen saat di kamar!

Helen sepertinya juga teringat pada sesuatu sehingga memelototi Doni dengan tatapan mata sedingin es.

"Doni ...." Seno melanjutkan, "Nanti suruh Helen carikan posisi yang cocok untukmu di perusahaan."

Helen langsung panik.

Konyol sekali!

Bekerja bersama kampungan setiap hari bisa membuatnya gila!

Namun, sebelum Helen menemukan alasan untuk menolak, Doni sudah menjawab.

"Kakek, terima kasih atas tawaran baikmu, tapi aku nggak akan kerja di Grup Kusmoyo."

Mereka termenung. Bernard langsung menyindir, "Keluarga Kusmoyo cukup kaya, tapi nggak akan terima orang yang makan gaji buta. Kalau kamu nggak mau kerja, kamu mau jadi parasit?"

"Omong kosong apa kamu?" Wajah Seno menjadi masam.

"Ayah ...." Sherline meneruskan, "Doni itu pria, nggak bisa diam di rumah saja, 'kan? Kalau dia nggak mau kerja, bukannya dia mau jadi parasit?"

"Aku punya cara sendiri untuk menghasilkan uang, nggak akan kekurangan uang!" jawab Doni dengan tenang.

Dengan keterampilan ilmu kedokterannya, apa susah untuk menghasilkan uang? Apa perlu bekerja?

Bernard dan Sherline menyeringai sinis. Orang kampungan ingin menghasilkan uang di Kota Timung? Menjadi tukang buruh? Pergilah! Biar kampungan itu mati kelelahan! Paling baik jika kampungan itu mati di dalam tempat pembakaran batu bara hitam!

"Nggak tahu malu!" gumam Helen sambil melirik Doni dengan jijik.

Tentu saja kampungan itu tidak kekurangan uang!

Kampungan itu punya cek senilai dua miliar!

Kampungan itu pasti ingin menghabiskan uang tersebut untuk bersenang-senang, 'kan?

Tidak tahu malu! Dasar tidak tahu malu!

Dia, Helen Kusmoyo, bahkan sudah mendaftarkan pernikahan dengan pria sampah seperti itu, menyedihkan sekali!

Begitu sudah waktunya tidur, Bernard ingin menyuruh Doni tidur di ruang bawah tanah. Tepat saat itu, Seno memerintahkan pelayan, "Ambilkan selimut untuk Doni dan bawa ke kamar Helen! Malam ini, Doni tidur di kamar Helen!"

"Ayah!"

"Kakek!"

Wajah Seno menjadi masam. "Kenapa? Aku bukan kepala keluarga ini?"

"Tapi ... tapi ...." Wajah Helen berubah pucat. Helen menggigit bibir, nyaris menuliskan kata "aku tidak mau" di wajahnya.

"Helen, Kakek paling menyayangimu dari kecil. Kakek nggak akan merugikanmu!" Seno memasang ekspresi tegas. "Kalian sendiri bilang butuh waktu untuk berkenalan. Jadi, Kakek memberi kalian kesempatan! Kalian bisa mengobrol dan mendekatkan hubungan malam ini! Kecuali ... kalian membohongi Kakek barusan! Kalau begitu, Kakek akan siapkan undangan besok untuk resepsi pernikahan kalian minggu depan! Lalu, kalian harus menjalani hidup bersama dan melahirkan cicit Kakek secepatnya!"

Helen terdiam dan mengepalkan tangan. Bagaimanapun, ini rumah Keluarga Kusmoyo. Bahkan jika harus sekamar, Doni seharusnya tidak akan berani macam-macam. Jadi, Helen mengangguk dan langsung pergi ke kamarnya tanpa mengatakan apa-apa.

Doni juga tidak menyangka Seno akan berbuat demikian. Akan tetapi, Doni sepemikiran dengan Helen. Ini rumah Keluarga Kusmoyo, memangnya dia bisa melakukan sesuatu?

Seno dengan puas kembali ke kamarnya. Sementara itu, Bernard menatap Doni dengan ekspresi suram.

"Doni! Dengar baik-baik, Keluarga Kusmoyo tak tergapai bagimu!"

"Aku nggak akan mengakui pernikahan ini!"

"Kamu dan anakku mustahil bisa bersama!"

"Kuperingatkan kamu! Jangan macam-macam dengan anakku! Kalau nggak, aku nggak akan mengampunimu! Sekalipun Ayah melindungimu, juga nggak ada gunanya! Paham?"

Doni tersenyum pada Bernard. "Ayah, aku paham."

Panggilan ayah itu membuat Bernard marah sampai bibirnya gemetar dan hampir mengalami pendarahan otak.

"Dasar kampungan nggak terdidik! Kamu harus tahu diri!" Sherline juga marah besar. Sherline menarik Bernard untuk pergi bersamanya.

Doni menggelengkan kepala. Sesampainya di depan kamar Helen, Doni mengetuk pintu, tetapi tidak ada respons dari dalam.

"Dia nggak akan kunci pintu, 'kan?" gumam Doni.

Doni mencoba untuk mendorong pintu. Alhasil, pintu dibuka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
henny.marzuki8081
ayah itu nga nahan kalimatnya wkwk
goodnovel comment avatar
Dhata Haduci
Cerita yg sangat bagus dan buat pembaca selalu akan terus membaca dan terus membaca.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 358

    ...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 357

    Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 356

    Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 355

    Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 354

    Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j

  • Aku Malah Nikah dengan CEO Judes   Bab 353

    Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status