Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)

Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)

By:  Widanish  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
12 ratings
106Chapters
94.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ada-ada saja ulah mereka. Memanfaatkan rasa hormat dan rasa kasihanku, lalu pelan-pelan uang tabunganku pun habis. Namun, anehnya ... semakin mereka menguras uangku, hartaku semakin bertambah. Tak pernah habis. Hartaku Unlimited! Kenapa bisa begitu, ya?

View More
Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin) Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
M. Alif Iqkmal
mana lanjutan nya ni min
2023-02-08 16:14:47
2
user avatar
Endrian Efendi
Alurnya Menarikkk!
2022-11-17 01:56:56
2
user avatar
Sharil Abd Rahman
jalan cerita yg sgt menarik..
2022-07-29 08:00:41
2
user avatar
Blok Yoga Rebound
ini udah tamat Thor?
2022-07-25 16:12:58
1
user avatar
Alif Wafiy
bikin resah dan ingin tahu
2022-06-02 02:43:52
1
user avatar
Email GinzTyler
pertama kedua
2022-05-29 22:34:19
1
user avatar
Jon Tor
yang bener lah thor masak sekali buka 17 koin, biar semangat lanjut baca ni thor, kurangilah ya hehe
2022-04-20 11:43:47
1
default avatar
Kurtubi47665086
Mantap kali
2022-04-02 19:33:45
1
user avatar
Husna Mufida
bagus banget ini tuh banyak pelajaran yang bisa diambil
2022-03-31 11:38:04
1
user avatar
Nur Laily
bagus bgt kak ceritanya. salut bgt suaminya sangat membela istrinya
2022-03-01 12:50:26
0
default avatar
lulu hafizah
Bagus kali
2022-02-26 14:20:00
0
user avatar
Malik Khadi
baguss ceritanya... semangat kak
2022-02-25 10:37:58
0
106 Chapters
Hilangnya Barang Daganganku
“Kenapa dikasih pinjam lagi? Kan sudah kubilang, mereka itu pinjam uang bukan karena butuh, tapi karena ada niat jelek sama kamu,” protes Mas Dasep saat kuceritakan bahwa tadi sore ibu dan adiknya meminjam uangku.  “Ya, habis mau gimana lagi? Mereka beralasan pinjam uang itu untuk biaya servis motor adikmu. Kan memang benar adikmu habis kecelakaan seminggu yang lalu, dan motornya masih di bengkel. Jadi, aku kasih pinjam aja karena kasihan,” jawabku.   “Ah, kamu itu kalau dikasih tahu suka menjawab. Berapa yang kamu pinjamkan?” Suamiku tampak keberatan.  “Satu juta, Mas. Mereka pinjamnya segitu,” jawabku sambil menunduk. Tahu persis bahwa suamiku itu akan gusar nantinya.  Benar saja, begitu mendengar nominal yang aku pinjamkan, Mas Dasep
Read more
Dikerjain Adik Ipar
“Motor?”   Tanpa sadar aku bertanya pada diriku sendiri dan terdengar oleh Bi Idah. Dia menegaskan kembali, bahwa benar kemarin Mila membawa dus-dusku menggunakan motornya.  Aku masih merasa heran, bukankah motor Mila sedang diservis? Untuk itulah dia meminjam uangku. Lalu kemarin dia pakai motor siapa, karena tak mungkin pakai motor suaminya yang dipakai berangkat kerja?  Seperti ada yang tak beres. Segera kututup warung dan ke rumah Mila. Sekalian hendak menagih uangku, karena menurut cerita Mas Dasep, Mila sudah menang uang proyek jadi dia pasti punya uang.  “Mila!” seruku, saat tiba di depan pagar rumahnya. Dia  sedang menyirami bunga ketika menoleh padaku.  “Eh, Kak Murni. Sini, Kak!” sahutnya.
Read more
Tangisan Ibu Mertua
Melihat Ibu Mertua nangis sesenggukan, aku jadi panik. Namun, tak ada yang bisa kulakukan selain menunduk sambil meremas jemari tangan.  Aku merasa kasihan, tapi juga kesal karena Ibu Mertua salah paham dengan uang itu. Sama sekali aku tak memberikannya. Uang itu adalah uang yang dipinjam Mila dariku, dan Mila berkata bohong pada Ibu Mertua.  "Maaf, Bu. Tapi Ibu salah paham." Aku coba bicara padanya dengan pelan. Kusentuh bahunya agar dia sedikit tenang.  Langsung Ibu Mertua menepis tanganku dengan kasar. Lalu, wajahnya berpaling.  "Baru kali ini aku punya menantu yang tidak sopan sepertimu. Meminta kembali uang yang sudah dikasih untukku ... bukankah itu namanya tidak sopan?! Padahal, aku tak pernah minta jatah bulanan pada suamimu—anak kandungku sendiri. Kubiarkan semua uangnya untukmu, tapi
Read more
Merelakan Utang Mertua
"Nangis?" Mas Dasep mengernyit.  Aku menceritakan kejadian saat Ibu menangis, dan apa saja yang dikatakannya.   "Akhirnya, kuberikan saja uang itu untuk Ibu, Mas. Kasihan dia," kataku.   Namun, bukannya merasa iba, Mas Dasep malah geleng-geleng kepala.  "Kamu ini, Mur .... Gampang banget dibikin kasihan sama orang," respon Mas Dasep. "Pasti kamu gak sadar kan, kalau Ibu hanya akting?"  "Entah akting atau bukan. Yang jelas, aku gak mau kalau sampai kehilangan doa dari Ibu. Dia bilang, kalau pelit sama orangtua bisa kuwalat," jawabku.  Mas Dasep mengembus napas kasar. "Itu namanya menggertak, Murni," katanya. "Duh,begitu aja gak ngerti."   Aku dapat me
Read more
Bayar Utang Tapi Bohong
Aku menajamkan pandangan, melihat wajah siapa di balik jilbab bergo berwarna hitam itu. Lesung pipinya saat tersenyum mengingatkanku pada seseorang.  "Bi Tika, ya?" tebakku tiba-tiba.  Senyumnya semakin mengembang. "Rupanya kamu masih ingat sama aku, Mur!" balasnya.  Bi Tika adalah tetanggaku dulu, sebelum dia pindah rumah setahun lalu. Dia tetangga yang lumayan merepotkan. Hampir setiap hari pasti mengetuk pintu rumahku hanya untuk minta sesendok garam, gula, beberapa biji bawang, bahkan kadang beras dan sayuran. Listrik di rumahnya saat itu juga dialiri dari rumahku, aku dan Mas Dasep kasihan karena dia seorang janda dengan tiga orang anak yang masih kecil. Waktu itu, Bi Tika tidak bekerja dan menjanda selepas suaminya meninggal dunia.  "Tentu saja, sama tetangga sendiri masa tidak ingat," jawabku.
Read more
Kemana Nama Baik Suamiku?
"Kok kamu gitu sih, Mil? Kalau mau bayar utang ya bayar aja, jangan hubung-hubungkan dengan sisa uangku."   Mulut ini terasa gatal ingin mengatakan hal itu pada Mila, tapi kedatangan Bapak Mertua yang mengendarai motor membuatku urung melontarkan kalimat itu.   Mata Mila terbelalak seperti orang kepergok saat melihat Bapak Mertua turun dari motor dan menghampiri kami. Kemudian Mila meraih tanganku, dan menyerahkan keresek berisi jagung padaku.  "Nih, aku mau pulang!" katanya setengah berbisik, buru-buru sekali.  Bapak Mertua melihat Mila yang pergi tergesa menaiki motornya. "Dia kenapa, Mur?" tanyanya padaku.  "Gak tahu, Pak."  "Ada-ada aja anak itu," gumam Bapak Mertua. "Oh ya, kamu udah terima jagu
Read more
Keputusan Suamiku
Tangan Mas Dasep sudah mengepal, otot-otot lengannya menegang kencang saat kutahan dia agar tak jadi pergi.  Mas Dasep terbakar amarah. Aku mengerti bagaimana perkataan Bapak tadi sangat menyakitkan bagi suamiku ini. Wajah yang berubah merah padam dan ekspresi menakutkan, menguatkan hatiku untuk berani menghadapi kemarahan Mas Dasep.  Mas Dasep marah terhadap Mila dan Husni, tapi api kemarahannya itu bisa membakar semua anggota keluarga yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa. Untuk itulah, aku harus berani menghadapi kemarahan Mas Dasep saat ini.   Seperti halnya suamiku itu selalu menenangkanku saat aku menangis, maka aku pun harus bisa menenangkannya saat dia marah.  Mas Dasep mewarisi emosi Bapak Mertua, dia akan marah semenakutkan saat Bapak Mertua marah. Jika Mas Dasep bicara dalam kead
Read more
Mila Dapat Balasan?
"Kamu bisa berpikir untuk menjaga hubungan semua orang, itu hal yang baik. Tapi aku aku tetap harus bicara pada Bapak. Ini tentang harga diri."  Itulah yang diucapkan Mas Dasep sesaat sebelum dia pergi.  *  Selesai salat magrib, aku kembali menjaga warung. Hatiku tak tenang karena Mas Dasep belum juga pulang dari rumah Bapak.   Tak sengaja, aku menyentuh cincin pernikahan yang melingkar di jari manis. Cincin yang sudah kupakai selama delapan tahun. Meski dalam kondisi keuangan sulit pun, aku tak pernah berpikir untuk menjualnya. Karena, bagiku cincin ini sangat berharga dan menyimpan banyak kenangan.   Pernikahanku dengan Mas Dasep terbilang bahagia, kami hampir tak punya masalah meski hidup pas-pasan dan masih mengontrak. Ujian rumahtanggaku ha
Read more
Pesan Mas Dasep
"Mending kamu pulang, Mil. Sudah  malam."   "Ngusir nih, ceritanya!" balasnya ketus seraya memakai helm dan menaiki motor.  Kelakuan adik iparku itu membuat geleng-geleng kepala. Untung aku masih punya stok sabar yang cukup.    *   Jam 9 malam.  Aku masih berjaga di warung sambil menunggu Mas Dasep datang. Pesanan jagung terus kuterima, dan kali ini aku tengah membakar pesanan jagung terakhir.  Saat hendak membungkus jagung bakar, kudengar motor butut suamiku parkir di pinggir rumah. Sejenak kemudian mesin motornya berhenti, sepertinya suamiku itu masuk lewat pintu belakang.  "Sudah jadi, Mur?" tanya Mang Jaka yang sedari tadi duduk di bang
Read more
Bau Hangus Tengah Malam
"Kenapa, Mas?" tanyaku.  "Kemarin, untuk pertama kalinya Mas ngasih Ibu uang. Jadi, seharusnya Ibu tak akan meminjam lagi. Kalau Ibu sampai pinjam, berarti dia iseng," jawab Mas Dasep.  Aku mengangguk. Lalu mengajak Mas Dasep ke warung menemaniku memasak. Azan subuh masih cukup lama, aku ingin ngobrol dulu dengannya sebentar.  "Barang-barang dagangan ini pemberian Bi Tika, Mas. Kemarin aku mau cerita. Tapi, Mas buru-buru ke rumah Bapak dan pulang malam," kataku begitu tiba di warung.  Aku tak ingin Mas Dasep salah paham dan mengira uangku masih cukup banyak setelah kemarin menagih ke Ibu.  "Bi Tika yang dulunya tetangga kita?" tanya Mas Dasep sambil membantuku memarut tiga buah jagung berukuran besar untuk dijadikan puding. &n
Read more
DMCA.com Protection Status