MasukMada adalah satpam biasa di mata semua orang. Nasib mempertemukannya dengan Claire, CEO cantik yang selama ini memperhatikannya. Mada menolong Claire yang pingsan waktu jogging. Malamnya, Mada ke rumah Claire, dia menolak uang dan tubuh Claire, sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Sang CEO. Claire kemudian menawari Mada pekerjaan dengan gaji fantastis, yaitu menjadi bodyguardnya dari Suaminya yang tamak, Louis. Naas, saat pulang, Mada malah memergoki pacarnya sedang berhubungan badan dengan laki-laki lain. Saat itu juga, Mada marah besar! Yang tidak semua orang tahu adalah Mada adalah “Zero”, julukan paling ditakuti di militer bawah tanah yang kini terkunci sebagai alter ego. Zero hanya muncul saat waktu genting. Claire kemudian tunduk pada Mada dan berkata, “Tuan Mada, ayo kita kuasai segalanya!"
Lihat lebih banyakMada tidak pernah menyangka, jadi satpam di komplek elit justru mempertemukannya dengan Claire, CEO super kaya sekaligus istri konglomerat yang terkenal cantik dan misterius.
Siang itu, baru saja ia duduk di pos jaga kompleks perumahan elit Waston, ketika suara ketua keamanan memanggil.
“Mada! Sini sebentar!” seru Romi, pria setengah baya dengan rambut disisir rapi ke belakang, rokok menempel di bibirnya. “Kamu dipanggil Bu Claire. Kemarin dia pingsan pas jogging, kan?”
Ternyata wanita cantik kemarin.
Ah.
Tubuh moleknya masih terngiang-ngiang di kepala Mada, apalagi saat membopong Claire dan posisi kepalanya tepat berada di antara dada dan perut Claire.
“Aku ingetin, perempuan-perempuan cantik di sini, harganya mahal! Kesibukan mereka suka cari hiburan lain. kamu masih muda, ganteng, badan bagus, mereka pasti ngiler!”
Mada mengangguk, lalu mengambil kartu akses masuk Blok A karena hanya satpam senior yang mendapat kartu itu.
Rumah nomor 301 berdiri di ujung blok A, menjulang dengan arsitektur modern, kaca tinggi, dan halaman tertata rapi. Mada menekan bel elektronik. Suara “klik” terdengar, pintu terbuka.
Sosok wanita muncul.
Claire.
Usianya awal tiga puluhan, wajahnya cantik sempurna, tubuhnya sintal berbalut gaun tidur hitam tipis.
Rambut cokelat wanita molek itu terurai berantakan, sedangkan matanya merah seperti habis menangis.
Aroma alkohol samar menempel di tubuhnya, tapi justru membuatnya tampak semakin menggoda.
“Mada, ya? Masuk!” Suaranya serak namun tegas.
Mada melepas sepatu, melangkah masuk. Begitu matanya menatap sekeliling, ia terperangah.
Rumah semewah ini memiliki ruang tamu yang sangat kacau.
Banyak botol pecah di lantai, meja kristal di depan TV 32 inch tergores, dan televisi yang retak.
Mada hanya bisa menggeleng karena ini bukan pemandangan rumah orang kaya, tapi lebih mirip seperti tempat smackdown.
Claire duduk di sofa kulit putih, menyalakan sebatang rokok. Asapnya melingkar di udara. “Kamu satpam yang nolong aku kemarin, kan?”
“Iya, Bu.”
“Berapa lama kamu kerja di sini?”
“Enam bulan.”
Claire mengangguk, lalu meraih tas kecil bermerek di sampingnya.
Dari dalam, ia mengeluarkan segepok uang tunai, meletakkannya begitu saja di atas meja. “Ambil. Anggap saja hadiah.”
Mada menatap uang itu, wajahnya tetap datar. “Terima kasih, Bu, tapi saya tidak bisa.”
Claire menaikkan alis. “Kenapa? Terlalu sedikit? Kamu mau berapa?”
“Bukan begitu. Saya tidak mau dibayar. Menolong orang lain itu kewajiban saya sebagai manusia. Saya menolak, Bu, mohon maaf.” Sopan sekali Mada menolak tawaran Claire sehingga membuat wanita kaya itu tertarik untuk terus menggodanya.
“Dua lima juta!” Claire kembali mengeluarkan satu ikat uang lima jutaan. “Uang ini nilainya kecil, dari pada aku kenapa-kenapa di taman, atau malah ditolong orang tak bertanggung jawab.”
“Maaf, Bu, saya tidak bisa.”
Claire mendongakkan kepala, “Hei, kamu itu satpam! Berani sekali kamu menolak uang jutaan hanya karena prinsipmu! Ingat, gajimu cuma lima juta per bulan. Mau hidup apa dengan gaji segitu?”
Deg!
Mada tidak mengira Claire akan menghinanya seperti itu.
Faktanya, dia memang satpam rendahan. Gaji 5 juta pun tidak cukup untuk membiayai semuanya. Dia merasakan sendiri betapa beratnya hidup di kota. Lebih-lebih, Mada juga merangkap jadi bartender di bar setelah pulang dari pos satpam.
Dengan menghela nafas berat, Claire lagi-lagi mengeluarkan 15 ikat uang. “Seratus juta, anggap ucapan terima kasihku dari pada aku ditolong om-om gadun bejat!”
Mada tetap diam. Dalam hati kecilnya, dia ingin ambil uang itu, tapi dia teringat ucapan ibu asuhnya, Fasya. Dia tidak boleh menerima imbalan karena menolong orang lain. Itu kewajiban. Mada masih memegang prinsip itu kuat-kuat, meski Fasya sudah meninggal enam bulan lalu.
Claire kembali menghela nafas. “Meski aku arrogan, aku orangnya tahu balas budi. Kalau kamu nggak mau uangku, aku harus gimana? Mau tubuhku aja?”
Mada menahan napas. “Apa?”
Claire menegakkan punggung, menatapnya dengan tatapan licik yang tidak cocok dengan wajah sendunya. “Tidurlah denganku malam ini. Anggap saja, ini bayaranmu. Nanti aku bayar kamu, anggap aja kamu bantu aku lupain bajingan yang selama ini kupanggil suami!”
Dada Mada berdegup. Ia sempat mengira salah dengar. Melihat wajah Claire yang serius, Mada akhirnya memberanikan diri bertanya. “Kenapa saya?”
Claire mengembuskan asap rokok, menatap Mada dari atas ke bawah.
“Kenapa?” dia kemudian menaikkan suara. “Selama ini, aku bisa membayar siapapun yang telah menolongku. Aku merasa harga diriku diinjak-injak satpam sepertimu. Gaji dikit, uang ditolak, dikasih tubuh gratis nggak mau. Lalu, maumu apa?!”
Mada tersentak. Dia tidak menyangka wanita secantik Claire bisa searrogan itu.
Ia menggeleng cepat. “Bu, saya hanya satpam. Saya rasa—”
Claire tiba-tiba berdiri.
Gaun tidurnya melorot sedikit dari bahu, memperlihatkan kulit putih mulus. Ia berjalan pelan, mendekat, lalu berhenti satu langkah di depannya.
Aroma parfumnya menyeruak, bercampur dengan bau alkohol.
“Mada,” bisiknya, jemari halusnya menyusuri dada Mada yang terbalut seragam. “Aku tahu kamu bukan orang biasa. Caramu menggendongku kemarin saat aku pingsan, cerita dari Romi tentang kekuatanmu yang tidak masuk akal, dan caramu melawan preman yang bulan lalu, semuanya mustahil dilakukan orang normal.”
“Badanmu juga!” Claire semakin memanas-manasi Mada.” Aku tidak pernah melihat satpam dengan badan sebagus dan seatletis ini. Apa yang kamu sembunyikan dariku, Mada?”
Pertanyaan itu sebenarnya merangsang sesuatu dalam tubuhnya bangkit.
Sosok alter egonya.
Sosok asli Mada yang sebenarnya.
Mada adalah Dewa Perang berjuluk Zero, tentara paling kuat dari organisasi militer rahasia bernama Leviathan Army.
Keperkasaan dan kekuatan fisiknya yang membuatnya menjadi tentara bayaran paling kuat Leviathan Army.
Sayang, misi rahasia dua tahun lalu membuatnya terluka parah. Beruntung, ada Fasya, mantan asisten Claire, yang menyelamatkan Mada di tengah sekaratnya akibat jatuh dari tebing curam.
Ingatan Mada bisa pulih, tapi dia harus menjalani terapi selama dua tahun penuh.
Alasan dia menjadi satpam sebenarnya karena dia ingin tahu, siapa pembunuh Fasya. Motif balas dendamnya yang kuat membuatnya terus bertahan meski dihina sebagai satpam miskin dan rendahan.
Mada mengatupkan rahang, alter egonya memaksa bangkit, tapi Mada masih memegang kesadaran penuh. “Kalau Anda hanya mau melemparkan pujian itu, lebih baik saya pamit. Saya masih ada urusan dengan Pak Romi. Jam jaga saya juga masih lama.”
Baru saja ia berbalik, suara Claire terdengar lagi. “Yah, satpam miskin sepertimu mana paham tentang uang. Begini, aku beri dua pilihan!”
Langkah Mada terhenti.
Uang dan tubuh gadis itu sudah dia tolak, lalu pilihan apalagi yang akan diberikan Claire?
“Kamu bisa nolak uang, kamu bisa nolak tubuhku juga, tapi untuk pilihan ini, aku yakin kamu tidak akan bisa menolaknya!" ucapan Claire membuat Mada heran.
Apa mungkin Claire buka baju dan tiba-tiba memerkosanya?
Claire kan menggunakan gaun hitam polos dan hanya dibalut bra di dalamnya?
Bukan, bukan.
Itu hanya pikiran mesum Mada!
Atau jangan-jangan, Claire punya suatu rahasia yang selama ini dia ingin ketahui?
Pilihan kedua lebih realistis menurut Mada, apalagi selama diasuh oleh Fasya, wanita 49 tahun yang menyelamatkannya dari insiden dua tahun lalu, tiba-tiba meninggal tragis dan pembunuhnya masih belum diketahui. Sudah enam bulan berlalu, tapi pihak kepolisian tiba-tiba menutup kasus itu. Sampai akhirnya fakta terungkap dari tawaran yang diberikan Claire, membuat Mada bergejolak penuh amarah.
Claire berjalan ke laci dekat TV yang pecah, mengambil seutas foto, melemparnya ke kaki Mada. “Kau ingat dengan wanita paruh baya itu?” ucapnya yang disambut ekspresi shock Mada. “Pertimbangkan lagi pilihanmu sebelum kamu menyesal karena gagal menemukan pembunuh ibu asuhmu!”
“Mada, barusan aku dapat mandat dari Jenderal Zhang Ze. Kamu diuruh mencairkan beberapa ratus dollar di ATM yang aku berikan kapan hari lalu. Pergilah ke Bank Platina di pusat ibukota. Setelah itu, carilah villa mewah yang kelak jadi tempat tinggalmu.”Baru saja ingin menutup mata, ponselnya berdering, dan Sofia segera memberi perintah.“Hmm, aku masih ngantuk. Apa nggak bisa diundur sampai nanti siang atau sore?” Mada menguap setelah semalaman tidak tidur.“Jenderal Zhang Ze ingin kamu segera pergi. Aku sarankan, villa Phoenix yang letaknya ada di perkomplekan mewah Heaven Garden.”“Ah, sialan! Oke. Aku pergi sekarang.”Dengan kantung mata bengkak dan pakaian kusut milik Boris yang belum diseterika, Mada pergi, tanpa membangunkan Boris yang masih mendengkur pulas.Sofia mengirim titik koordinat lokasi Bank Platina.“Aneh, kenapa hanya ada satu Bank Platina di ibukota? Harusnya, ada minimal tiga atau empat bank. Kenapa pula Jenderal Zhang Ze memberi perintah dadakan seperti ini!?”Sel
“Benar. Barusan, aku dapat info dari markas pusat. Kamu pasti tahu, kan, dia bukan laki-laki biasa. Dia mantan pembunuh bayaran terkenal. Aku takut kalian berdua terluka, atau bahkan terbunuh karena laki-laki itu.”Boris dan Mada saling tukar pandang. “Tenang, Sofia, kami tidak semudah itu mati. Percaya pada kami. Kami akan membereskan orang ini, seberapapun mengerikannya dia.”Kekhawatiran Sofia ternyata tidak terjawab.Louis, yang rencana awalnya datang ke Cliff Inna untuk memburu Mada, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.Padahal, lima menit sebelumnya, Mada mendapat kabar jika Louis dalam perjalanan menuju perbatasan mengendarai jeep dengan kaca anti peluru.Pun hingga pagi menyongsong, Mada tak kunjung menutup mata. Sementara Boris, dia sudah terlelap sebelum matahari terbit tadi. Mungkin pria itu capek setelah pertempuran tengah malam tadi.Merenung menatap latar pergudangan tua, Mada masih kepikiran, bagaimana nasib Kristal setelah rencana pembunuhan itu gagal.Serigala Merah past
Sekarang, sisa satu perampok yang menggunakan topi baseball hitam. Dia memberondongkan senjata, menembak acak orang-orang sipil di sana.Mada menunggu kesemptan hingga perampok itu teralihkan perhatiannya oleh Boris, dan tidak menatapnya lagi.Julukan Zero tidak main-main. Kecepatan dan keakuratan serangan yang dimiliki Mada dalam menotok leher perampok itu, sangat cepat. Bagai ular, tepat di nadi meridian tengahnya.Perampok itu tumbang sebelum sempat membabi-buta lebih lama lagi. Urat nadinya mati sementara. Jangankan membalas pukulan Mada, untuk berteriak saja, dia tidak mampu.“Sssttt...”“Jangan berisik!”Mada menoleh ke seluruh pelanggan, memberi kode menggunakan gerakan bibir sembari menautkan telunjuknya. Mereka mengangguk paham. Tidak satu pun membuat kegaduhan sampai Mada selesai.Kecerdikan Mada didukung oleh prediksi akurat Boris, dia sudah menghitung estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengalihkan perhatian, sampai Mada berhasil mengalahkan perampok satunya.Usai menenan
Mada terkenal dengan julukan Zero.Di Leviathan Army, ada kode tertentu yang diberikan sesuai kekuatan dan kepiawaian anggota dalam menjalankan misi. Makin kecil angkanya, makin tinggi pula pangkatnya.Zero sendiri merupakan julukan yang hanya diberikan pada militer-militer terkuat di zamannya.Di antara semua pasukan khusus Leviathan Army, hanya Mada yang menunjukkan kemajuan signifikan sejak dia bergabung.Hanya butuh waktu empat tahun dia menguasai semua ilmu beladiri, senjata, juga obat-obatan yang harusnya ditempuh dalam waktu minimal 15 tahun.Dalam empat tahun itu juga, Mada berhasil menyelesaikan misi-misi sulit, yang bahkan menurut anggota Leviathan Army lainnya, mustahil untuk diselesaikan.Salah satunya adalah, memberantas organisasi hitam yang merugikan dunia bernama Red Lotus, seorang diri, tanpa bantuan petinggi Leviathan Army yang lain.Dan, sekarang, para petinggi Red Lotus berkumpul, membentuk afiliasi baru bersama mafia-mafia kejam dunia, lalu menamai diri mereka seb
“Berhasil atau tidak, kita belum tahu, sampai kita mencoba rencana ini! Tapi, ada satu hal yang perlu kamu ingat. Aku tidak bawa identitas apapun. Kemungkinan besar, aku diusir petugas keamanan. Jadi, keluar lah sebelum aku diusir!”Bertepatan juga, Nabila ingin membahas perceraian itu dengan Mada.Sesuai kata pepatah, tanpa perlu menebar umpan, jika timing mu sesuai, ikan pasti menyambar. Hal itu yang dialami Mada kala tatapan tajamnya direspon Nabila.Menggandeng mesra tangan Robby, Nabila mendekati posisi duduk Mada, lalu mengata-ngatainya. Tapi, kali ini, Nabila tidak terlalu ngotot.Sekali lagi, mereka membuat keributan dan memancing atensi tamu undangan. Semua perhatian terpusat.Sofia menggunakan kesempatan ini untuk mencari dua anggota Serigala Merah lain yang menyamar. Dan, benar kata Mada, ada empat anggota yang bertugas masuk hotel.“Sial! Begitu ingatannya pulih, akurasi pengamatannya jauh lebih hebat dari tiga tahun lalu!?” Sofia menggeleng, masih tidak percaya dengan apa
“Diancam putus kontrak? Ti-tidak mungkin!”Gleg!Nabila meneguk ludah.Majalah Beautyness adalah satu-satunya majalah kecantikan terkemuka yang digunakan Nabila meraih follower serta popularitas. Tanpa majalah itu, dia hanya gadis biasa, tak punya pengikut, ataupun fans sejati.Meski cantik, perilaku arrogan dan lidahnya yang tajam, seringkali membuat netizen enggan untuk mengikuti segala postingan aktivitasnya.“Maafkan aku, Ris, bukan maksudku mengacau-”“Sekali lagi aku melihatmu mengacau, aku tidak segan memutus kontrakmu, juga seluruh aset-asetmu di salon kecantikan Beautyness. Camkan itu!”Nada dingin Risa membuat Nabila mati kutu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Amarah yang tertahan, dia luapkan dengan sorotan tajam ke arah Mada.Seolah gadis itu berkata, “lihat aja, Mada, kamu pasti terima akibatnya!?”Pesta berlanjut seperti biasa. Kali ini, Tuan Bram meminta orang-orang berkumpul di aula hotel yang disulap menjadi restoran prasmanan bNabilag lima.Malam ini terlihat sangat m












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen