“Dia sudah menikah dengan Aland. Apa sekarang kau puas, Dadd?”Tentu saja. Robert benar-benar terkejut dengan apa yang telah Hanna katakan. Haruskah dia senang atau malah merasa sebaliknya? Clara adalah putrinya yang terang-terangan telah dia buang, bahkan Robert juga tega menjualnya pada acara lelang. Namun kini, siapa yang mengira jika putri buangan itu begitu memiliki nasib yang baik.“APA?” pekik Patricia. “Bukankah Aland hanya memeliharanya?”“PATRICIA! Jaga ucapanmu!” bentak Robert. Pria paruh baya itu kini harus berhati-hati dalam bertindak. Itu juga berlaku untuk semua anggota keluarga yang lain.“Waw, Clara. Itu luar biasa.” seru Alice seraya menepuk kedua tangannya.Alice sangat membenci Clara. Namun Ia merasa senang ketika mendengar kabar terbaru mengenai saudara tirinya itu. Karena secara tidak langsung, Hanna sudah di kalahkan. Ckck. Hanna selalu menyombongkan dirinya. Dan sekarang dia tengah terjun bebas.Mereka semua terkejut. Batin Clara merasa heran.Bukankah untuk se
Perlahan pikiran Clara mulai tersadar. Dia juga dapat mendengar suara dari keyboard yang tengah di ketik. Lalu, Clara membuka matanya. Melihat sekeliling ruangan yang tampak berbeda. Dia tidak tidur di kamarnya, melainkan di dalam ruangan Aland.“Kau bangun?” tanya Aland ketika melihat Clara yang beranjak dari tempatnya.Clara sedikit merapikan rambutnya yang berantakan. Dia duduk di atas sofa sembari memandangi Aland yang terlihat begitu sibuk. Lalu wanita cantik itu memandangi tubuhnya yang kini sudah mengenakan pakaian yang berbeda.“Kau yang mengangganti pakaianku?” tanya Clara memastikan.“Ya, pakaianmu robek.”Clara menundukan wajah sembari menggigit bibir bagian bawahnya. “Maafkan aku, Aland.”“Beristirahatlah, Clara.” balas Aland. Pria tampan itu berbicara tanpa menatap Clara.Clara menganggukan wajahnya kemudian menjawab. “Ya.”Kemudian, Clara keluar dari ruangan Aland dan berjalan menuju kamarnya. Dia masih mengingat dengan jelas kejadian sebelum dirinya tertidur tadi. Merek
Happy Reading ....“Bagaimana? Apa yang Jonathan katakan?” tanya Clara kepada Aland.Kini mereka berdua tengah berada di dalam sebuah lift dan turun menuju basemant. Setelah pemeriksaanya selesai, Aland langsung mengajaknya pergi tanpa membiarkanya untuk bertemu Jonathan terlebih dahulu. Aland beralasan jika Jonathan tengah sibuk, dan tentu Clara menghargainya.Sesaampainya di basemant rumah sakit. Seorang pria memberikan sebuah kunci mobil kepada Aland. Dan Aland meminta Clara untuk naik ke dalam mobil yang berbeda dengan yang di naikinya ketika berangakat tadi. Mobil sport mewah dengan Aland yang menyetirnya sendiri.“Masuklah.”“Baik.”Mobil melaju kencang dan membelah jalanan. Mungkin ini yang pertama kalinya bagi Clara, menaiki mobil dengan Aland yang mengendarainya. Suasananya terasa berbeda, terlebih hanya ada mereka berdua di dalam mobil tersebut.Sudah ada sekitar dua McD yang mereka lewati, dan ada sebuah raut wajah kecewa yang di tampilkan Clara. Sejak kemarin, Clara ingin
Pandanganya kosong, pikiranya melayang membayangkan bagaimana hari ini Aland bersikap kepadanya. Manis. Akankah Clara jatuh cinta kepadanya sebelum ingatanya benar-benar kembali? Kini, wanita cantik itu tengah berada di dalam dapur dan mempelajari cara membuat kopi yang benar. Mulai hari ini, biarkan Clara yang membuat dan menyiapkan kopi untuk Aland.“Nona, kau menambahkan tertalu banyak gula.” ujar seorang pelayan yang langsung membuyarkan lamunan Clara.“Ah, maafkan aku.”Clara menundukan wajahnya sembari tersenyum tipis. Dia menggeser gelas berisikan kopi itu kemudian mengambil gelas yang baru. Ini percobaanya untuk yang ke tiga kali, dua kali sebelumnya Clara juga gagal karena terlalu banyak melamun karena memikirkan Aland.“Aku akan melakukanya dengan baik kali ini.”Di ruang baca, Aland tengah sibuk dengan setumpuk pekerjaanya. Dia melirik arloji di pergelangan tanganya, dan kini waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam. Itu artinya sudah dua jam berlalu semenjak makan malam
21+Aland pergi ke ruang bawah tanah mansion untuk melihat seseorang yang sebelumnya telah di laporkan oleh pria yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. Sesampainya di sana, Aland melihat seorang pria paruh baya yang tengah tersungkur di lantai dengan luka memar pada wajahnya.Pria tampan itu menatapnya dengan begitu intens. “Perlukah aku membuatkanmu coffe?” tanya Aland kepada pria paruh baya tersebut.Aland duduk dengan kaki yang saling bertumpu. Pandangannya tak pernah lepas dari menatap seorang pengkhianat di depannya. Salah besar jika orang tersebut memilih untuk bermain-main dengan Aland.“Katakan, siapa yang kau ajak bernegosiasi?” tanya Aland, masih dengan nada yang tenang.Namun, pria tersebut hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Aland. Dan Aland bukan orang sabar yang akan diam saja dan menunggu. Dia tidak akan segan melakukan segala cara untuk membuat pria tersebut membuka mulut.Kemudian, satu pengawal menghajar pria malang tersebut tepat di bagian wajah. Dagu, h
“Ada apa? Apakah ada sesuatu yang menganggumu? Berbagilah denganku.”“Tidak ada. Beristirahatlah.” Jawab Aland singkat.Kemudian pria tampan itu berbalik dan melangkah pergi. Satu tangan Clara terulur ke depan namun tidak sampai meraih lengan Aland, sehingga tidak sempat menahan kepergian pria tampan itu. Tidak sesuai dengan khayalan Clara beberapa menit yang lalu.Clara meraih gelas dan obatnya di atas meja. Lalu membawanya menuju kamar tidur.**Waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, dan Clara sudah bersiap turun ke bawah dan sarapan bersama. Namun sesampainya di meja makan, Clara tidak melihat Aland di sana. Apakah dia terlambat datang lagi?Pelayan menyajikan makanan di atas piring. Dan seperti sebelumnya, Clara tidak akan memakan sarapanya sebelum Aland berada di sana. Namun selama beberapa menit berlalu, Aland tidak kunjung tiba. Clara menatap diam ke arah kursi yang biasa Aland tempati, dan kini kursi itu kosong.“Apa Aland tidak akan datang untuk sarapan?” tanya Cla
Wanita cantik itu duduk di meja makan sembari mengaduk-aduk sarapan miliknya. Sudah tiga hari semenjak dia tidak bisa bertemu dengan Aland. Aland begitu sibuk, dia bahkan lebih memilih tinggal di perusahaan untuk menyelesaikan pekerjannya.Clara menghela napas panjang. Tidak ada selera makan hari ini. Dia beranjak dari kursinya dan memilih untuk kembali ke dalam kamar. Ketika sampai di lantai dua, lagi-lagi Clara melihat Elios yang baru saja keluar dari ruang baca Aland sembari membawa beberapa dokument.Lantas Clara mendekatinya, dan bertanya. “Kau di sini?”Elios dengan sopan menundukan kepalanya untuk menyapa. “Nona muda.”“Kapan Aland akan kembali?” “Saya tidak tahu pasti, Nona.”“Bisakah kau menyampaikan sesuatu untuknya?”“Tentu saja, Nona.”“Katakan padanya, jika aku merasa sangat bosan berada di rumah.”“Baik, Nona, Saya akan menyampaikannya.”“Terimakasih, Elios. Aku mengandalkanmu.”Kemudian Elios berlalu pergi dari sana, dan Clara langsung kembali ke dalam kamarnya. Di dal
Hari ini adalah hari ke empat Clara mengikuti kelas memasak bersama Jeff. Yang artinya sudah satu minggu penuh Aland tidak pulang, dan Clara tidak pernah melihatnya. Bahkan sangat susah baginya walau hanya bertukar pesan singkat. Clara harus menunggu berjam-jam sampai Aland dapat menjawabnya.‘Aku berharap kau pulang malam ini. Aku membuatkan makan malam untukmu.’ Isi pesan Clara untuk Aland.Clara menatap hidangan di atas meja dengan senyuman. Semuanya terlihat sempurna untuk sebuah dinner yang romantis. Hidangan steak yang Clara buat sendiri, dan dua gelas red wine sebagai pendamping. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati itu semua berdua dengan Aland.Aku akan merasa sangat senang jika dia datang.Wanita cantik itu berbalik dan melangkah pergi dari meja makan. Dia pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap. Haruskah Clara berdandan untuk makan malam? Tapi, bagaimana jika Aland tidak datang? Seharusnya Clara tidak berharap lebih agar tidak terlalu kecewa.Di dalam kamar mandi, Clara membu