Clara Alunna harus menelan pil pahit karena keegoisan orang tuanya. Gadis cantik berusia 25 tahun itu harus rela menikah dengan seorang pria yang umurnya bahkan lebih tua tiga kali lipat darinya dengan alasan untuk menyelamatkan perusahaan keluarga yang hampir mengalami kebangkrutan. Clara dipilih Karena dirinyalah yang paling polos dan lugu di antara tiga saudaranya yang lain. "You are virgin, Clara!" Alasan seperti itulah Clara dipilih. Tapi satu kalimat yang Ia utarakan yang seketika merubah segalanya. "I'm not a virgin anymore!" Setelah pernyataannya, Clara dijual pada sebuah acara lelang dan berakhir di tangan seorang pria tampan namun psikopat. Jika berakhir seperti ini, haruskan Clara menyesal? Manakah yang lebih baik? Menjadi istri muda si tua Bangka, atau menjadi pemuas ranjang seorang psikopat? Banyak adegan kasar, mengumpat, dan adegan seksual. WARNING 21++
Lihat lebih banyakPagi hari, di sebuah mansion mewah. Seharusnya seseorang merasa senang ketika berada di dalam sana. Namun, semua ini tidak berlaku kepadanya.
Hembusan angin yang dihasilkan oleh pendingin ruangan lembut menerpa dan menyentuh inci demi inci kulit putih dan mulus itu. Dingin. Hal yang pertama kali Ia rasakan sebelum akhirnya membuka mata dengan perlahan. Terang. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba beradaptasi dengan lampu ruangan yang dirasa sangat menyilaukan. Seorang wanita cantik terkulai lemah di atas ranjang tanpa menggunakan sehelai kainpun untuk menutupi tubuhnya. Dengan kedua tangan serta kaki yang terikat tali dan mulut yang dibekap lakban. Pandangannya buram dan tubuhnya sangat lemah sehingga dirinya tidak bisa dengan leluasa bergerak ataupun mencoba melepaskan ikatan pada tubuhnya. “Kau sudah sadar?” Tiba-tiba terdengar suara seoarang pria. “Tentu saja, kau harus segera sadar agar tidak menyusahkanku terlalu lama.” Pandangannya mengedar mencari asal sumber suara tersebut, hingga akhirnya pencarian itu terhenti pada satu sosok yang tengah duduk di atas sofa tunggal tepat di depan ranjang. Seorang pria mengenakan kemeja putih tengah duduk dengan kaki yang saling bertumpu dengan sulutan satu batang rokok di selah jemarinya. Siapa dia? Wajahnya tidak bisa Ia lihat dengan jelas. Tidak lama kemudian, pria tersebut beranjak dari tempat duduknya. Melangkah mendekat ke arah wanita cantik yang tengah terkulai lemah di atas ranjang. Pria itu mendekat, naik ke atas ranjang dan mulai merangkak di atas tubuh wanita cantik tersebut. Sebenarnya apa yang tengah terjadi? Kenapa seluruh tubuhnya terasa sangat lemas, dan hampir tidak bisa digerakan sama sekali. Kepalanya juga terasa sangat berat dan juga pusing, ini sangat menyiksa, ditambah pandangannya yang kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas. Semakin Ia meronta, maka semakin terasa menyakitkan di seluruh tubuhnya. “Clara Alunna,” serunya seraya memegang rahang wanita cantik yang bernama Clara tersebut dengan sedikit kasar. Lalu PLAK! Satu tamparan keras dilayangkan tepat pada wajah cantik Clara tanpa alasan yang jelas. Clara mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap agar pandangannya segera pulih dan jelas untuk melihat kembali. Namun sebelum itu terjadi, satu tamparan keras mendarat lagi di pipi putih mulusnya. Setelah itu, dengan paksa dan kasar pria tersebut membuka lakban yang membekap mulut wanita cantik itu. Itu menyakitkan, air matanya sampai menetes dari ujung mata akibat menahan rasa perih yang teramat. Tapi di balik rasa sakitnya, Clara masih mencoba membuka matanya kembali agar Ia bisa mengetahui siapa pria yang tengah mempermainkanya. Mata yang memerah dengan genangan air itu perlahan terbuka, melihat siluet samar di hadapanya. Who is he? Clara bahkan tidak mengenalnya. “S-siapa kau?” tanya Clara parau. Dahinya mengkerut tajam dengan tatapan yang heran dan juga waspada, bibirnya gemetar dengan bercak darah di ujungnya. Tidak hanya bibir, bahkan seluruh tubuhnya bergetar. Ditambah Ia tidak mengenakan sehelai kainpun untuk menutupi tubuhnya, dan yang lebih parahnya lagi ada seorang pria di sana. Namun perlahan kesadaran Clara berangsur pulih, meskipun rasa pengar di kepalanya masih begitu mendominasi. “Apa kau berhak bertanya seperti itu kepadaku?” tanya pria tersebut, dan lagi-lagi memberikan tamparan keras pada pipi Clara untuk yang ke tiga kalinya. Clara memejamkan matanya dengan bibir yang terus bergetar hebat, rasa perih dan juga sakit akibat tamparan yang bertubi-tubi pada wajahnya setidaknya masih dapat Ia tahan. “Kau tidak perlu mengetahui siapa aku, Clara. Diam dan patuhi! Aku membelimu dengan harga mahal,” ucapnya lagi dan kemudian mencengkram rahang Clara kembali dengan begitu kuat. Kini, pandangan Clara sudah dapat melihat dengan jelas. Pria bertubuh tegap dengan wajah yang tampan. Memiliki manik mata hazel, bibir yang sensual dan berwarna merah, dengan dagu yang sedikit terbelah. Sangat tampan, namun perilakunya sangat kasar. Pakaiannya yang dikenakannya juga sudah tidak rapih lagi. Kemeja putih itu kusut dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Memperlihatkan sebagian dada bidangnya. Pria tersebut mulai mendekatkan wajahnya pada wajah clara. Bau nikotin menguar darinya saat tubuh itu semakin mendekat dan menjadi sangat dekat. Clara mencoba menolehkan wajahnya yang sedikit lagi akan bersentuhan dengan wajah pria itu. Namun cengkraman jemarinya pada wajah Clara sangatlah kuat, dan meronta hanyalah cara untuk tambah rasa sakitnya saja. “Lepas!” Clara meronta, namun setelah itu bibir sintal dan sexi milik pria yang tengah menguasai tubuhnya tiba mendarat tepat di bibir Clara kemudian menciumnya. Clara meronta, menggerakan kepalanya dengan sekuat tenaga agar bibirnya terlepas dari ciuman yang diberikan oleh pria itu. Namun dengan kedua tangan dan kaki yang masih terikat dan juga tubuh yang sangat lemas, usaha Clara hanya akan berbuah sia-sia. Ujung matanya mengeluarkan beberapa tetes cairan bening yang membasahi wajah cantiknya. Clara memejamkan matanya dengan menahan isak tangis di dalam dada. Ini bukan lagi sebuah ciuman. Namun, ini sebuah penyiksaan. Bukan lagi kenikmatan yang mana dihasilkan dari sentuhan-sentuhan itu. Melainkan rasa sakit dengan perih yang teramat. Selain menjelajahi bibir Clara dengan sangat liar, lengan pria tersebut juga mulai menyentuh lembut dada Clara yang terpampang jelas tanpa penutup. Menyentuh, dan memperlakukannya tanpa perasaan. Membuat wanita cantik itu semakin meringis kesakitan. Namun seketika panggutan bibir mereka terlepas, pria itu menarik tubuhnya menjauh dari tubuh Clara. Lantas Clara memberanikan diri untuk membuka matanya yang rapat oleh genangan air mata, dengan matanya yang memerah Clara melihat pria tersebut tengah membuka ikatan pada kaki dan lengannya mengggunakan sebuah pisau cater. Tentu saja tidak berakhir begitu saja. Nyatanya setelah membuka ikatan pada lengan dan kaki Clara, kini pria itu malah menarik kedua lengan Clara dan diikatkanya pada masing-masing sisi ranjang. Rontaan yang dilakukan oleh Clara sama sekali tidak berpengaruh kepadanya. Pria itu sukses mengikat kedua lengan Clara kembali namun dengan posisi yang berbeda. Setelah itu, pria tersebut mulai membuka pakaian yang menutupi tubuh bagian atasnya, lalu beralih membuka sabuk yang tengah digunakannya. O Lord tidak! Jangan hal itu! Teriak Clara dalam hati dengan tubuh yang semakin bergetar hebat. “No …” lirih Clana parau. Seketika Ia menghentikan aktivitasnya, kemudian beralih menatap Clara dengan tajam. “Why Clara?” tanyanya dengan seringai. “You are not a virgin anymore, why are you afraid to do it?” imbuhnya bertanya. I'M NOT A VIRGIN ANYMORE!Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen