Share

Calon Suami Pilihan

"Kamu pulang sama siapa, Nduk."

"Eh, i-itu ... Handi yang antar, Bu."

"Sekarang, mana dia?"

"Udah pulang."

"Kenapa nggak disuruh masuk dulu. Kamu harusnya buatin teh dulu."

"Wes, tho, Bu. Biarin aja. Udah malem juga. Ora penak karo tonggo."

"Huss, nggak boleh gitu sama calon suami."

"Hah? Calon suami? Maksudnya gimana, Bu?"

"Lho, Nak Handi belum ngomong sama kamu?"

"Ngomong apa, Bu?"

"Yo, wes. Kamu istirahat aja dulu. Sudah malam. Besok aja kita obrolin lagi."

Sebenarnya aku masih ingin mengorek keterangan lebih lanjut dari ibu. Siapa yang dimaksud calon suami oleh ibu? Tak mungkin itu Handi, 'kan?

Ibu menguap panjang. Pasti tidurnya terganggu dengan kehadiranku di malam selarut ini. Akhirnya kuputuskan untuk besok saja meminta penjelasan dari ibu tentang ucapannya tadi.

Aku masuk ke kamar dan melihat Ziva tertidur pulas. Sementara Zelda tidur di kamar ibu. Selama aku pergi ke Jakarta, gadis kecil itu hanya mau tidur bersama nenek dan kakeknya.

Aku tersenyum menatap wajah Ziva yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status