CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu

CEO Dingin Menolak Diceraikan Istri Tunarungu

By:  KalyaniUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
0views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sejak lahir, Renee adalah gadis tuli yang selalu dihina orang lain. Di usia 20 tahun, ibunya memanfaatkan selembar hasil tes kehamilan untuk memaksa Keluarga Suryana menikahkan putra sulung mereka dengan Renee. Pernikahan itu akhirnya berlangsung selama tiga tahun. Arvin membencinya sampai ke lubuk hati terdalam, tetapi tidak bisa lari dari takdir untuk menikah dengannya. Setelah pernikahan, Arvin kerap bermain api dengan berbagai wanita dan selalu mengabaikannya. Demi mempertahankan citra istri yang baik dan demi anaknya, Renee menahan diri berkali-kali. Sampai suatu hari, cinta sejati Arvin datang mencarinya. Anak laki-laki yang telah dia lahirkan dengan taruhan nyawa, justru memanggil wanita itu dengan sebutan "Mama". Saat itulah dia baru sadar, hati Arvin bukan tidak bisa dihangatkan, tetapi sejak awal memang hanya menyala untuk wanita lain. Renee meninggalkan surat perjanjian cerai, lalu pergi tanpa menoleh lagi. Namun, Arvin justru datang mencarinya, menahan tubuhnya, dan bertanya dengan suara menekan, "Renee, kamu pikir pernikahan ini permainan anak-anak? Bisa nikah dan cerai sesuka hati?" "Mau cerai? Boleh saja, tapi setelah kamu melahirkan anak kedua."

View More

Chapter 1

Bab 1

Di rumah sakit.

Renee Witansa berdiri di depan layar televisi besar, menggenggam erat hasil pemeriksaan yang baru saja dia dapatkan. Hasilnya menunjukkan ... gangguan pendengarannya bukan hanya tidak membaik sedikit pun, malah menjadi lebih parah dari sebelumnya.

Berbeda dengan dirinya yang terdiam membeku, di layar besar televisi itu, seorang wanita tengah duduk di atas panggung berlampu indah, memainkan piano dengan lembut. Setiap gerakannya memancarkan keanggunan, kecerdasan, dan pesona yang memukau ....

Sementara itu, pria yang duduk di barisan penonton adalah suaminya, Arvin Suryana.

Tiga tahun sudah mereka menikah. Namun, ini pertama kalinya Renee melihat tatapan penuh cinta seperti itu di mata Arvin, yang bukan ditujukan padanya. Hatinya seperti jatuh ke dasar jurang.

Di telinganya, ibunya, Ferawati, terus-menerus memarahi, "Kenapa bisa makin parah? Kamu nggak minum obat tepat waktu ya? Atau nggak menjalani terapi dengan benar?"

"Cinta sejati Arvin sudah terang-terangan muncul di depanmu, tapi kamu masih nggak punya rasa waspada? Kalau kamu terus begini, Keluarga Suryana cepat atau lambat bakal mengusirmu keluar rumah!"

"Kalau kamu bercerai dengan Arvin, gimana nasib Keluarga Witansa? Gimana dengan ayahmu? Kenapa diam saja?" Ferawati mendorong bahu Renee.

Renee hanya bisa berucap dengan kaku, "Maaf, Ibu .... Aku sudah mengecewakan Ibu."

"Aku nggak butuh kata maaf, aku butuh kamu sembuh! Pertahankan posisimu sebagai Nyonya Suryana!"

"Tapi aku sudah berusaha keras ...."

Dia sudah minum obat setiap hari sesuai resep dokter. Dia juga sudah melakukan semua terapi dengan tekun. Namun, pendengarannya tetap tak membaik, malah semakin menurun.

Sementara Arvin semakin kejam dan cinta sejatinya justru semakin bersinar. Apa lagi yang bisa dia lakukan?

Acara di televisi berganti menayangkan wawancara di belakang panggung. Sekelompok wartawan tengah mengelilingi Nissa.

"Bu Nissa, bolehkah kami tahu alasan Anda kembali ke tanah air kali ini?"

Di bawah sorotan lampu kamera, Nissa tersenyum manis. "Untuk seseorang, juga untuk menebus penyesalan hidupku."

Renee dan Ferawati sama-sama tahu siapa orang yang dimaksud. Ferawati marah besar, memaki Nissa habis-habisan sebagai perempuan murahan. Selesai memaki, dia mulai menekan anaknya.

"Wanita nggak tahu malu! Aku harus minta dokter menambah dosis obatmu biar pendengaranmu cepat sembuh!"

Renee ingin bilang semua itu percuma. Karena hati Arvin memang tak pernah untuknya. Bukan hanya karena dia memiliki gangguan pendengaran, tetapi karena sejak awal Arvin memang tidak pernah berniat menikahinya.

Namun, dia tidak mengatakan apa pun.

Renee masih ingat jelas kejadian tiga tahun lalu, ketika dia dan Arvin tertangkap basah oleh wartawan di kamar hotel.

Di tengah suara kamera yang bertubi-tubi, Renee hanya bisa menatap dengan tatapan kosong, panik, dan malu. Dia tidak tahu harus bagaimana.

Arvin bersandar dengan santai di kepala ranjang. Sebatang rokok terselip di jarinya. Dia baru berbicara setelah semua wartawan puas mengambil gambar.

"Kalau kalian begitu tertarik dengan urusan ranjangku dengan tunanganku, perlu aku sekalian tunjukkan di sini? Mau lihat?"

Nada suaranya malas, tetapi tekanannya cukup membuat semua orang terdiam. Para wartawan saling memandang, lalu satu per satu pergi.

Setengah jam kemudian, berita tentang pewaris Keluarga Suryana yang berkencan dengan putri Keluarga Witansa yang memiliki penyakit pendengaran pun tersebar di seluruh situs berita besar.

Saat netizen sibuk mentertawakan selera aneh pewaris Keluarga Suryana, Renee justru diseret oleh Arvin ke kamar mandi. Dia ditarik paksa hingga alat bantu dengarnya terlepas dan disiram air dingin dari pancuran.

Tubuhnya gemetar karena kedinginan. Dia tak bisa mendengar apa yang Arvin katakan, tetapi dari ekspresi jijik pria itu, dia tahu kata-kata yang keluar pasti sangat kejam.

Pada akhirnya, dia pun dipulangkan ke rumah orang tuanya seperti sampah.

Hanya saja, meskipun Arvin begitu membencinya, dia tetap tidak bisa menghindari takdir untuk menikah dengannya.

Keluarga Suryana adalah keluarga terpandang. Mereka menjaga reputasi dengan ketat, tidak akan membiarkan rumor seperti "mempermainkan gadis cacat" mencoreng martabat mereka.

Sebulan kemudian, pernikahan Arvin dan Renee dilangsungkan di depan publik.

Renee tahu semua ini adalah rencana ibunya. Dia merasa semuanya begitu konyol. Dia sempat menolak menikah, tetapi ketika keadaan sudah sampai di titik itu. Bahkan Arvin pun tidak punya pilihan, apalagi dirinya?

Sebuah pernikahan terkutuk pun dimulai.

Selama tiga tahun ini, Renee berusaha keras memainkan perannya sebagai istri. Penuh perhatian, lembut, selalu menempatkan diri, berharap ketulusan hatinya bisa menebus kesalahan Keluarga Witansa terhadap Arvin.

Namun, yang dia dapat hanya satu kalimat dingin dari pria itu. "Aku nggak butuh pembantu."

Meskipun begitu, Renee tetap tidak menyerah.

Setelah keluar dari rumah sakit, dia melewati pasar dan membeli bahan segar seperti biasa, lalu menyiapkan makan malam favorit Arvin.

Menjelang senja, empat hidangan dan satu sup tersaji di meja makan. Namun, Arvin tak kunjung pulang. Renee mengirim pesan menanyakan jam berapa dia akan kembali.

Beberapa saat kemudian, dia hanya menerima balasan empat kata.

[ Malam ini nggak pulang. ]

Dia seharusnya sudah terbiasa, tetapi tetap saja ada rasa kecewa yang menyelinap di hatinya.

Dia makan sendiri, mencuci piring sendiri, lalu mandi dan menelan dua butir obat dosis baru dari dokter. Sebelum tidur, Renee mengirim pesan kepada Rosa, pengasuh di rumah lama.

[ Apa Renji hari ini berperilaku baik? ]

Rosa adalah satu-satunya orang dari Keluarga Suryana yang masih mau berbicara padanya. Setiap kali Renee menanyakan tentang anaknya, Renji akan mengirim video pendek.

Di video itu, Renji yang baru berusia dua tahun tampak begitu lucu, meskipun tubuhnya agak kurus. Melihat tubuh mungil anaknya yang lemah, air mata Renee pun mengalir.

Renji adalah anak yang dia kandung selama sepuluh bulan, tetapi sejak lahir langsung dibawa oleh ibu mertuanya ke rumah lama, dengan alasan seorang perempuan tuli tidak pantas mendidik anak.

Bukan hanya itu, dia bahkan dilarang bertemu anaknya. Setiap kali dia merindukan anaknya hingga hampir gila, dia hanya bisa memohon pada Arvin agar diizinkan mengunjungi rumah lama, sekadar melihat putranya dari jauh.

Jadi, demi anaknya, dia tetap berusaha menyenangkan hati Arvin.

Video itu pendek, tetapi Renee menontonnya berulang-ulang. Sampai akhirnya dia tertidur di sofa sambil memeluk ponsel.

Dalam tidurnya, dia bermimpi berlari di taman bersama Renji. Anak kecil itu tertawa ceria seperti matahari kecil, berlari ke pelukannya sambil berseru manja, "Mama!"

Sebuah adegan sederhana bagi para ibu, tetapi baginya mustahil menjadi nyata. Saat terbangun, pipinya sudah basah oleh air mata.

Renee duduk termangu, sadar bahwa hari sudah pagi. Dari kamar mandi terdengar suara air. Mungkin Arvin sudah pulang.

Arvin tidak suka sarapan di luar, juga tidak suka terlambat ke kantor. Renee pun melihat jam, lalu segera mandi dan bersiap. Kemudian, dia turun ke dapur untuk membuat sarapan.

Arvin sangat pemilih soal makanan, tetapi Renee tahu betul seleranya. Bubur udang sederhana dan bergizi menguarkan aroma harum ke seluruh ruangan.

Waktunya pun pas, tepat pukul 7 pagi. Arvin turun dari lantai dua, mengenakan setelan rapi. Posturnya tegak, wajahnya tampan.

Cahaya pagi menyorot wajah tegasnya, membuatnya tampak berkilau seperti diselimuti emas, juga memancarkan aura seseorang yang berkuasa dan tak bisa dilawan Namun, tatapannya pada Renee sedingin es.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status