LOGINZee merasa gagal dalam kehidupan rumah tangga setelah suaminya terlibat hubungan terlarang dengan wanita lain. Ia memilih bercerai dan kembali ke kampung halaman tempat kedua orang tuanya tinggal. Membawa dua orang anak, Zee bertekad untuk sukses dalam bisnis dan membahagiakan buah hatinya. Dalam rentang waktu yang singkat, ternyata ia bertemu dengan Handi yang mencoba masuk dalam hati dan kehidupannya. Namun, berbagai kejanggalan mulai muncul dalam setiap pertemuannya dengan lelaki itu. Akankah Zee menitipkan cinta berikutnya pada orang yang tepat?
View More"Hah, kamu pikir akan berhasil? Mereka anak-anak kandungku. Sudah sepantasnya anak tinggal bersama ayah kandungnya.""Zianka juga ibu kandung mereka jika anda tidak lupa, Bung! Aku akan sediakan pengacara terbaik di negeri ini untuk mempertahankan dia sebagai wali sah untuk Ziva dan Zelda!""Ibu kandung pun pasti akan berkurang perhatiannya ada anak-anaknya jika dia menikah lagi. Kalian akan sibuk berdua saja sebagai pengantin baru, kan? Bukankah artinya lebih baik Ziva dan Zelda bersamaku, ayah kandungnya yang bisa penuh memberikan curahan kasih sayang tanpa terbagi?"Handi seketika tertawa. "Oke. Kita buktikan saja di meja hijau nanti. Kami tunggu tanggal mainnya."Sambungan telepon terputus. Bukan Handi yang melakukannya. Mungkinkah Mas Zaid gentar?"Kamu yakin tentang itu, Han?""Tentu. Seperti halnya kamu, Ziva dan Zelda adalah mutiara yang harus dipertahankan. Aku nggak bisa tanpa kalian bertiga, Sayang."Kembali Handi merengkuhku dalam pelukannya. Lelaki ini, yang cintaku mulai
"Pokoknya kamu ke sini aja cepetan.""I-iya, Bu."Tiba-tiba jantungku bertalu. Kedua tangan gemetar. Pikiranku campur aduk dan tidak tahu harus melakukan apa.Kuputuskan untuk menepi. Menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Tidak. Aku harus kuat dengan skenario apa pun yang telah disiapkan-Nya. Dengan mengucap basmallah lalu kembali merapal doa bepergian, kutekan pedal gas perlahan. Allah tidak akan memberi hamba-Nya cobaan yang tak akan sanggup ditahan bukan?Sambil terus beristighfar, aku mencoba fokus pada lalu lintas di depan. Namun, bayangan Handi di kepala membuat hatiku benar-benar kacau. Hingga aku selamat sampai di tempat parkir rumah sakit, itu pastilah hanya karena Tuhan yang menjaga. Aroma obat yang berpadu dengan desinfektan untuk lantai segera menerpa indera penciumanku begitu masuk lobi. Setengah berlari aku berusaha mencapai lift. Untung saja sepi, hingga tak harus antri.Dengan napas yang terengah, aku berhasil mencapai ruangan tempat Handi dirawat. Perlahan ku
Keheningan menyergap kami, termasuk Ziva dan Zelda. Dua kakak beradik itu hanya menatap ke Mas Zaid dan aku bergantian beberapa kali. Tidak. Suasana ini tidak boleh terlalu lama. Aku harus mencairkannya. "Ziva, Zelda, salim dulu sama Ayah, dong. Lupa, ya?"Dengan enggan kedua bocah kecil itu beranjak dari atas tempat tidur dan melangkah ke arah Mas Zaid. Pada dasarnya aku pun tak menginginkan ada jarak antara ayah dan anak-anaknya. Namun, frekuensi pertemuan yang semakin berkurang, membuat Ziva dan Zelda jarang bertanya tentang kehadiran ayahnya. Ada kabut tipis di mata Mas Zaid yang sempat kutangkap sebelum pandangannya beralih pada anak-anak. "Kalian udah makan belum? Ayah bawa donat cantik. Mau?"Ziva dan Zelda saling pandang, lalu beralih padaku. Dengan cepat kuberi anggukan kepala pada mereka. "Zelda mau digendong Ayah?"Aku berdebar menunggu jawaban gadis kecil itu. Detik berikutnya kepala Zelda mengangguk ragu. Ah, untung saja. Aku benar-benar tidak ingin Mas Zaid mengira p
Bagai mendapat kekuatan penuh, aku bangkit dan setengah berlari menghampiri lelaki yang masih mengenakan pakaian operasi itu. Ibu menyusulku dengan langkah yang tak kalah tergesa. Di belakangnya ada Ibu Andini dengan gurat penuh harap di wajah."Bagaimana keadaan Handi, Dok?"Lelaki yang kutaksir usianya belum mencapai lima puluh tahun itu tersenyum. Dalam hati aku masih merapal doa yang egois, agar Tuhan tak mengambil Handi dari kami. Orang-orang yang mencintainya. "Alhamdulillah, Pak Handi sudah melewati masa kritisnya. Namun, untuk saat ini kesadarannya belum pulih dan butuh waktu agak lebih banyak. Jadi, saya harap semuanya bersabar dan berikan doa yang terbaik untuknya."Seketika kepalaku berdenyut. Kedua kakiku lemas tak bertenaga, seakan tak sanggup menahan beban tubuh. Apa maksud ucapan dokter tadi? Perlahan aku merosot ke lantai dan bersimpuh tanpa peduli apapun. Samar masih kudengar dokter bertanya tentang siapa saja anggota keluarga Handi. Tentu saja Bu Andini yang mengac
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews