Yuna melangkah lebih dulu memasuki rumah. Nuansa Eropa klasik langsung terasa saat permainan piano dengan melodi lembut terdengar di seluruh penjuru ruang, yang berati ayahnya di rumah. Karena Mananta tidak suka kesepian. Bukan berati suka keributan. Lebih tepatnya suka musik yang menenangkan.
Sedangkan Daniel memarkir motor di garasi hidrolik yang ada di bawah tanah.
Seorang maid menghampiri Yuna, dia sedikit mendenguskan hidung membuat Yuna mengambil jarak. "Memang sebau itu?" Batin Yuna sambil membau dirinya sendiri.
"Nona, sudah di tunggu tuan dan nyonya di meja makan." Ucap maid memberi tahu dengan sopan.
Yuna memanjangkan wajah ke arah ruangan yang terhalang akurium api besar sebagai pembatas ruangan. Dia melihat ke arah meja makan yang sudah ada ayahnya dan Jesica, dengan tatapan tak terbaca. Apalagi saat melihat mereka mengbrol sambi sesekali tertawa dan bermesraan. "Mau mandi. Suruh mereka makan duluan. Gue mandinya lama!"
Jeno segera menerobos masuk saat gerbang di buka. Dia tidak peduli dengan keributan yang ada di belakangnya karena orang-orang merasa tidak adil dirinya bisa masuk sedangkan yang lain langsung di dorong dan di halangi. Atau multifans yang selain mengidolakan Yama, mengidolakannya juga mengambil foto atau videonya untuk di share ke sosial media yang akhirnya viral.Saat ini yang ada di fikiran Jeno hanya ingin melihat Mika untuk terakhir kalinya. Berharap Mika hanya tertidur, berharap saat dirinya datang Mika bangun."Mika!" Seru Jeno segera ke peti Mika yang masih terbuka membuat pasangan suami istri yang Jeno kenal dari foto yang kerap kali Mika ceritakan dulu, melihat kearahnya.Hati Jeno seketika terjun bebas saat melihat gadis pujannya terbujur kaku dengan sekujur tubuh putih pucat. Batin Jeno rasanya seperti di remat saat melihat Mika memejamkan mata tanpa bernafas. "Astaga, Tuhan." Lenguh Jeno dengan hati teriris. Siapa saja yang mendengar leng
Yuna memejamkan mata, menyamankan posisi di pelukan Jesica lalu membuka mata dengan nafas yang mulai panas. Hatinya menghangat membuat matanya perih dan memerah. Yuna mengepalkan tangan. Jujur dia tidak benci dengan Jesica, dia hanya belum siap menerima kehadirannya karena wanita itu datang saat Yuna maupun Daniel masih belum merelakan kepergian bunda mereka.Juga kesal karena sejak kedatangan Jesica, keadaan rumah mulai berubah. Daniel jadi jarang pulang. Dia sering kali memilih untuk tinggal di kos membuat Yuna kesepian karena tidak ada teman bertengkar.Papahnya jadi sering keluar kota atau keluar negeri karena mengantikan pekerjaan Jesica agar wanita itu tetap stay di Jakarta, bekerja di Jakarta dan lebih banyak di rumah jadi lebih fokus mendidik anak. Tapi didikan Jesica sama sekali tidak di terima Yuna maupun Daniel.Didikan Jesica sangat keras. Yuna di paksa mengasah keahlian yang sama sekali tidak dia suka
Jeno merasakan kepalanya pening, mulutnya pahit, badannya lemas, perutnya kosong. Dia bangun saat merasa perutnya berat. Jeno melenguh kecil, menoleh kesamping tepat saat napas halus menepa wajahnya. "Mommy?" lirih Jeno tanpa suara karena suaranya serak jadi saat melirih suaranya tidak keluar.Hati Jeno jadi menghangat saat melihat Jesica tidur sambil memeluknya.Cowok berambut blonde itu tersenyum lalu mengeratkan pelukan. Rasanya sudah lama Jeno tidak merasakan pelukan Jesica. Terkahir kapan ya? Kayaknya waktu SD. Saat Mika memergokinnya masih manja-manja yang membuat Jeno jadi tidak enak karena Mika tinggal di Indonesia hanya bersama Yama.Astaga, Mika. Jeno baru ingat."Awhhh ..." Jeno melenguh kesakitan sambil memejamkan mata, reflek tangannya memegang kepala saat kepalanya sangat berat dan pusing. Hanya bergerak sedikit sakit langsung menyerang membuat Jeno kembali tidur ke posisi semula.
Juwi menganggukan kepala saat Chef Aron mengajarinya merajang bawang merah agar mata tidak perih. Kini mereka ada di bagian samping restoran tepat area training berada yang langsung berhadapan dengan air mancur yang jatuh ke kolam renang membuat orang yang melihatnya jadi relaxs.Banyak peserta training yang sedang belajar bersama Chef pribadi atau satu Chef untuk satu kelompok membuat Juwi merasa tidak sendirian.Miss Dara ada di sofa ruang tunggu. Dia sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang di lakukan, Juwi selalu merasa penasaran tapi tidak berani bertanya. Mungkin menyiapkan materi selanjutnya. Juwi selalu berfikiran positif pada siapa saja."Paham ya, Juwita? Sekarang kamu coba."Juwi mengambil pisaunya, dia memegang bawang sepeeti yang di ajarkan Chef Aron lalu merajang bawang merah sesuai yang telah di ajarkan. Awalnya Juwi merasa sama saja seperti saat dia merajang asal-asalan tapi saat berjalan beb
Jesica membantu Jeno tidur di kasur. Wanita cantik itu menaikkan selimut sambil mengusap kepala Jeno penuh kasih sayang saat sang putra memeluk guling. Kondisi Jeno belum pulih sepenuhnya membuat kepalanya masih terasa hangat."Istirahat nyenyak, sayang. Anggap rumah Jeno sendiri." Ucap Jesica lalu mengecup kening Jeno.Jeno bergumam, cowok berkaos putih oversize itu mulai menyamankan posisi tidur di salah satu kamar di rumah Jesica karena belum siap pulang kerumah Dirgantara. Karena pulang ke rumah Dirgantara sama saja merobek luka yang masih basah.Hati Jeno rasanya perih saat membaca tulisan 'Turut Berduka Cinta' di sepanjang jalanan menuju rumah Mika. Rasanya seperti mimpi buruk Mika pergi secepat ini.Jeno memejamkan mata, berharap tidak bangun lagi.Jesica menutup pintu, bibirnya tersenyum smirk merasa satu langkah di depan Dirgantara karena Jeno mau pulang ke rumahnya dan lebih memilihnya saat dalam keadaan ber
"YOS!""YOS!"Daniel yang ada di koridor sebrang merapatkan bibir ketika mendengar Yuna berteriak keras memanggil Yosi. Dia sedikit meringis saat beberapa murid memandang Yuna karena suara kerasnya menarik perhatian. Apalagi jam bubar sekolah seperti ini, ramai dimana-mana murid keluar dari kelas.Hmm ... Yuna yang teriak Daniel yang malu.Daniel segera melesat saat melihat kekasih barunya muncul bersama teman-teman kelasnya mengobrol riang membuat antrian panjang di belakang mengular. Mereka yang tepat di belakang merengut ingin misuh-misuh menegur sedangkan yang di belakang mejongak-mejongok dengan tenag dan sabar karena maklum jam pulang jadi koridor ramai dan antre untuk ke tangga.Kedatangan Daniel membuat salah satu dari mereka mengangkat wajah lebih duluh. "Eh, Dan. Cari Yuna ya? Di keluar duluan." Ucap Gisel memberi tahu.Daniel mengangguk menanggapi. "Gue cari Jeje. Mau ngajak pulang bareng."Gisel dan dua teman l
Jeje melepas helemnya. Dia memandang kagum rumah besar di depannya sambil menguasai ekspresi wajah tetap tenang agar tidak terlihat norak. Walau Jeje sering ke taman depan komplek Daniel karena desanya ada di sekitar komplek Daniel tapi Jeje tidak pernah masuk komplek Bringinwareng A karena harus memiliki kartu akses."Ayo masuk!"Jeje mengerjab, dia meletakkan helemnya di jok motor lalu membuntut Daniel yang sudah berjalan lebih dulu "ngapain bawa gue ke rumah lo?" Tanya Jeje kini di samping Daniel.Daniel berdecak kecil, kini mereka naik tangga untuk ke teras depan "Kan gue udah bilang. Bantuin lo ngurangin rasa suka ke Jeno.""Ya kenapa ke rumah lo?""Ya emang kenapa?" Balas Daniel bertanya. "Rumah gue banyak kejutan. Lo pasti bakal terheran-heran, terkagum-kamu." Kata Daniel bersungguh-sungguh membuat Jeje menggerakkan bibir bawa meledek tak percaya. "Setidaknya untuk hari ini lo bisa melupakan Jeno."Jeje merapat
Jeje masih saja cemberut saat Daniel mengajaknya ke kamar. Cowok berkaos putih polos itu mendesah lelah "udahlah stop ngarepin dia! Lo udah punya gue!" Katanya memperingati.Jeje melirik Daniel malas "inget posisi lo!" Ucapnya juga memperingati.Daniel melengos malas, cowok berkaos putih polos itu meraih tangan Jeje membuat cewek berrambut sebahu itu mendelik "heh!" Pekiknya menyentak tangan. "Mau apa lo?" Tanyanya curiga. Jeje jadi tersentak saat menyadari kini berada di kamar Daniel yang secara reflek mengambil ancang-ancang melindungi diri.Daniel kembali melengos, dia kearah balkon membuat Jeje secara naluri memperhatikan yang kemudian membuka mata lebar dengan tangan menutup mulut yang terbuka lebar. Jeje segera menyusul Daniel keluar. "Wahhh ..." kagumnya.Daniel smirk sombong "apa gue bilang. Rumah gue penuh kejutan. Lo pasti bakal terkagum-kagum terheran-heran."Jeje loncat-loncat kegiarangan, dia menepuk-nepuk punda