LOGINErwin, DUREN tajir, gak mau dijodohin dengan pilihan orang tuanya. Alhasil, ia menyeret Calista, bawahannya, untuk menjadi istri kontraknya. Tak disangka, Erwin yang trauma dengan pernikahan malah jatuh cinta. Lalu apakah Calista juga merasakan hal yang sama?
View MoreTringg.. Tringg...
Bel apartemen Shania berbunyi nyaring di tengah malam. Dengan mata setengah tertutup, dia menggapai-gapai ponselnya untuk melihat layar CCTV. Shania Wijaya, gadis cantik berusia 25th seorang sekretaris presdir di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri. Dia tinggal seorang diri di apartemen mewah, itu yang membuatnya harus mengecek layar CCTV terlebih dahulu sebelum membuka pintu. "Calista? Jam segini?" Calista adalah sahabatnya jadi Shania memutuskan untuk membuka pintu untuk sahabatnya itu sekalipun ini sudah terlalu malam untuk menerima tamu. Pintu terbuka. "Shannniaaa—" seperti biasa Calista langsung saja berteriak sekencang-kencangnya begitu melihat sohibnya berdiri di depan pintu. "Ssst! Suara dikecilin dikit!" Shania menarik sahabatnya masuk. "Kamu nggak lihat jam ya? Sudah larut begini!" Wanita itu jelas tidak ingin dikomplain oleh tetangganya karena membuat keributan di malam hari. Calista menyeret koper besar yang nyaris seukuran tubuhnya. Tanpa banyak basa-basi wanita itu segera memberitahukan kejutan yang menurutnya sangat membuatnya happy. "Kejutan! Aku dipindah ke Jakarta! Mulai Senin jadi Head HRD kantor pusat!" "Serius? Kok nggak kasih tahu dari kemarin?" Walaupun sudah mengantuk berat tapi wanita itu merasa bahwa ini adalah kabar baik. "Biar lebih dramatis gitu!" Calista melompat kegirangan. "Boleh nginep dulu, gak? Besok aku baru cari kos." Calista tahu kalau ini sudah malam jadi tidak memungkinkan bagi dirimu untuk mencari tempat tinggal sekarang. Pikirnya, dia bisa melakukan pencarian kos-kosan besok setelah meeting dengan kepala HRD pusat. Shania menggeleng sambil tersenyum. "Yaudah tinggal di sini aja. Sebenarnya aku punya kamar tamu, tapi belum dibersihkan! Biasanya juga sudah ada ART yang membantu bersih-bersih apartemen, jadi paling besok kamu bisa membersihkan sendiri terlebih dahulu. Biar sesuai dengan keinginanmu." "Yes! Kamu emang sahabat terbaik!" Calista memeluk erat sampai Shania terbatuk-batuk. "Aduh lepas! Kamu bau keringat!" Shania mengelak. "Mandi dulu sana!" Wanita itu segera ingin tidur karena sudah sangat mengantuk, jadi ia masuk ke dalam kamarnya. Calista mengikuti sahabatnya itu sambil menarik kopernya untuk masuk ke dalam ruangan milik Shania. "Tapi aku laper banget..." Calista merengek. Setelah ia membereskan semua barang-barangnya, tiba-tiba ia merasa perutnya lapar. "Tuh ada martabak sisa tadi malam di kulkas. Panasin sendiri ya." Sang sahabat sudah posisi di atas ranjang, lagi mencari posisi berbaring yang nyaman untuk melanjutkan aktivitasnya yaitu tidur. “Ya ampun! Masak Kamu udah mau tidur saja? Padahal aku saja belum selesai makan.” Sambil mengunyah martabak yang masih dingin, karena wanita itu malas untuk memanaskannya, Calista mengeluarkan setumpuk dokumen dari tasnya. "Besok aku harus ketemu Mas Erwin buat serah terima jabatan." "Erwin, siapa itu?" Shania tiba-tiba melek sepenuhnya. "Dia adalah kepala HRD yang lama, namun jabatannya naik, dan sekarang kepala HRD yang baru adalah diriku. Emangnya kamu kenal?" "Ya jelas …. TIDAK KENAL!! Ha ha ha … tapi kalau tampan boleh juga buat calon pacarmu. Aku ingat bahwa kamu tidak pernah pacaran. Jadi, Siapa tahu kamu ingin pecah telur dengan memacari HRD yang naik jabatan.” “Jangan gila ya kamu! Yang terpenting sekarang adalah kerja, kerja, kerja, kerja! Urusan pasangan hidup itu bisa dipikirkan selanjutnya. “ “Lebih baik sekarang itu menabung untuk pundi-pundi masa depan. Lagian mas Erwin itu kabarnya duda, pasti sudah tua. Secara aku itu masih muda dan seksi. Kepala cabang di bandung saja aku kepretin!!” lanjutnya dengan nada sombong, membuat Shania tertawa terbahak. “Hei duda juga sekarang itu semakin di depan, girls!!!” Shania selalu suka saat menggoda sahabatnya yang jomblowan sejati itu. "Ah udah, jangan mulai gosip lagi! Sudah sana tidur, katanya ngantuk?”Calista melempar bantal. "Denger dulu! Harusnya untuk pertemuan pertama itu kamu harus tampil menggoda, jadi kamu harus ekstra rapi dan seksi." Calista melihat jam dinding. "Astaga! Jangan gila ditengah malam seperti ini! Aku harus persiapan cari baju yang presentable buat besok!" Dia membongkar koper dengan segera, tapi langsung dihentikan oleh sang Sahabat yang langsung saja menunjukkan lemari pakaiannya. "Kelamaan kalau kamu mau siapin bajumu sendiri. Pasti banyak yang kusut karena kamu bongkar dari koper! Nih, lebih baik pakai yang ini saja." Shania membuka lemari pakaiannya. "Pakai aja blazer aku ini. Kan ukuran kita sama." "Tapi besok kan Sabtu, sebetulnya aku mau ajak kamu jalan-jalan habis meeting!" "Jalan-jalan? Kamu baru aja sampai udah mau hura-hura? Tapi aku besok off sih!" "Bukan hura-hura! Aku mau traktir kamu makan siang sambil gosip dan mengenang masa lalu!" Calista tersenyum lebar. "Rencananya habis meeting jam 11, kita ke plaza itu yang ada resto Jepang favorit kita!" "Wah, jangan lupa pesan salmon sashimi extra wasabi ya!" "Iya, iya... Eh, tapi..." Calista tiba-tiba cemas. "Kudengar pak mantan HRD yang duda itu memang agak perfeksionis , dia sampai bela belain tidur di kantor kalau kerjaan belum selesai. Aku agak khawatir kalau kurang bisa memahami keinginannya.” "Hey," Shania menepuk bahunya. "Kamu Calista Mahendrata. Juara debat kampus, lulusan terbaik angkatan kita. Masa nggak pede sama meeting kecil kayak gini?" “Lagian dia itu kan duda, ga ada tanggungan di rumah, ya lebih baik dibuat kerja daripada mikir yang enggak enggak!” Shania tertawa terbahak setelah mengatakan hal itu. Calista menarik napas dalam-dalam. "Dasar kamu otaknya M3 sum! Emang kudengar kinerja pak Erwin ini luar biasa!! Kita lihat saja nanti. Yang penting aku akan semangat dan percaya diri. " Calista ,mengangkat kerah bajunya tanda ia mulai percaya diri. "Nah gitu dong! Sekarang tidur. Besok kan hari besar." Shania terus memberikan semangat, walau matanya serasa sudah berat. "Aku mau mandi dulu..." Shania menghela napas. "Yaudah, mandi saja sana, ingat jangan lama lama. Sudah malam, bukan bersih malah masuk angin jadinya.” Calista tersenyum. "Siap bosku, sesudah ini kita gosip dulu ya, kayak masa lalu kita suka begadang pas mau ujian." "Iya! Sampai ketiduran pas ujian!" Mereka tertawa bersama, mengingat kenangan masa lalu. Setelah selesai mandi ia malah melihat Shania suda asik molor. Maklumlah Shania itu PELOR, kalau nemPEL, pasti langsung moLOR. Lalu Calista langsung mengambil posisi sebelah Shania yang sudah tidur terlebih dahulu, ia tetap berkata sebelum ia sendiri tidur. "Shan... makasih ya..." ucapnya sambil mengantuk. "Sama-sama." Gumam Shania tidak jelas, rupanya ia tahu keberadaan Calista, tapi ia sudah terlampau lelah dan capek, sehingga ia hanya menggumam tak jelas gitu. Di luar jendela, lampu-lampu Jakarta masih berkedip, tanda kehidupan masih terus berjalan. Besok akan menjadi hari baru dan menjadi awal petualangan baru mereka bersama di kota ini."Ayo mas!! Emang kita mau disini terus? Katanya mau nengok papanya mas Erwin?" decak Calista melihat Erwin hanya terdiam dan tidak bergerak. "Eh ya.. iya, maaf!" "Malah melamun!" "Iya maaf, katanya suruh diam." sindir Erwin lagi. "Maaf aku bukannya sok menggurui, tapi ini kan dirumah sakit masa kamu ketawanya kayak mbak kunti gitu." kata Calista dengan entengnya. " Emang kalau ngomong sama kamu ga akan pernah menang! Bisa aja kamu jawabnya." keluh Erwin dengan kesal. "Jadi pak Arya sakit apa?" "Gak tahu! Sakit karena sudah tua kali!" sahut Erwin enteng. "Ish, durhaka loh!" Caca terkejut Erwin mengatakan hal ini dengan santai. "Nanti kamu juga akan tahu, apa yang menjadi sumber penyakit pak Arya, CEO mu itu." "Ha ha ha ga usah lebay, eh tapi aku ga bawa apa apa, ga enak juga ya, apa aku harus keluar dulu buat beli buah?" tanya Calista polos. "Ga usah, kalau cuman buah kayak gitu, di dalam juga sudah banyak, sudah kayak mau jualan buah!" kata Erwin dengan tegas menolak mengan
"Eh ceritain tentang mas Erwin itu dong!"kata Shania dengan antusias. "Apanya yang mesti diceritain? Aku sendiri ya ga tau persis kok. Aku cuman tahu kalau dia itu eks kepala HRD, dedikasinya sama pekerjaan luar biasa,makanya ia bakal naik jabatan sebagai CEO disana, rumornya juga ia itu anak sulungnya pak Andreas Arya Hadinata, CEO yang juga orang yang berjasa memasukan aku ke perusahaan Adinata itu. Dia ga pernah ngaku tentang status itu, jadi aku juga ga yakin. Usianya 30an kali ya, kabarnya ia sudah menduda 4 tahun." "Kok rumor? Emang ga ada yang tahu kalau ia anaknya CEO?"Shania mendelik heran, saat Calista menggeleng dengan ragu. "Kemarin ia juga ga nyingung masalah itu, padahal aku sudah bilang kalau aku masuk ke sana berkat pak Arya." "Lha kamu tahu berita ini darimana?" "Aku kan dulu dekat dengan petinggi petinggi di kantor cabang, jadi aku tahu desas desus itu dari mereka. Aku sih ga ambil pusing. Mungkin ia ga ingin dianggap memanfaatkan statusnya sebagai anak, ia in
Tuttt.. tuuuut...tuut, Si mama menatap wajah papa dengan gelisah, karena yang ditelepon ga kunjung menerima panggilan. Tapi berapa saat kemudian, diangkatlah telepon dari mama itu."Hallo, Win. Kok lama banget sih kamu ga kesini? Emang kamu lupa ya sama janjinya kalau kamu mau nungguin papa disini? Emang kamu lagi apa? Udah makan?" cecar sang mama dengan nada penuh kasih sayang seperti biasanya.Setelah mendengar suara diseberang sana kemudian Mama menjawab, "Ya udah kamu segera kesini ya. Soalnya mama ga enak. Tadi mama terima telepon dari keluarganya Tania. Katanya mereka mau kesini jengukin papa. Kamu cepet kesini bantuin mama ya." pinta sang mama sambil melirik ke arah suaminya yang masih asik mendengar pembicaraan antara dirinya dan sang anak.Tentu saja Erwin me-reog ketika mendengar bahwa Tania dan keluarganya akan datang. Lalu sang mama menasehati dengan bijak."Win, mama ga paksa kamu untuk bertunangan dengan Tania, tapi kamu juga bantu mama dong, supaya keluarganya ga desek
Erwin berjalan menjauhi meja tempat dia dan Calista duduk. Dia berjalan keluar ke arah beranda Cafe itu kemudian dia mengangkat panggilan teleponnya. Ia tak ingin wanita itu tahu posisi dirinya sekarang. Biar ini jadi kejutan buat Calista nantinya." Hallo ma."Rupanya sang ibu memberitahukan kalau Tania, wanita yang dijodohkan oleh ayahnya juga datang, bersama keluarganya, membuat Erwin semakin kesal." Ma, Erwin akan mencari pasangan sendiri. Erwin juga sudah berusaha move on dan sudah punya tambatan hati sendiri. Tapi yang pasti itu bukan Tania, yang pasti mama harus buat mereka tidak bisa mendekati papa terus menerus. Jadi papa ga akan semakin drop. Keluarga Tania itu emang sukanya bikin masalah dengan mendesak papa, apa sih sebenarnya maunya?" suara Erwin meninggi, ia tampak kesal dengan info yang diberikan oleh mamanya itu.Setelah ia menutup telponnya, Erwin langsung berjalan masuk ke dalam cafe dan melihat ternyata makanan yang mereka pesan sudah pada datang. Erwin terkejut ka
"Ehm, pak! Halooo.." kata Calista sambil melambaikan tangannya karena Erwin hanya bengong, karena sibuk menenangkan debar jantungnya. hal yang sudah lama tak pernah ia rasakan selama 4 tahun ia hidup bagaikan raga tanpa jiwa, karena ia kehilangan istri dan anaknya dalam waktu bersamaan." Eh sorry, aku gak maksud gitu sih. Melamun maksudku! Oh ternyata kamu juga pernah kerja di kantor pusat ? Kok aku ga tau ya?" Erwin sedikit bingung karena ia ga pernah melihat Calista di kantor pusat. Tapi ia juga sadar kalau setiap orang yang punya jabatan di kantor cabang harus berasal dari seleksi kantor pusat. Itu kebijaksanaan langsung dari papanya, Andreas Arya Hadinata. Yang sering dikenal oleh pegawainya sebagai A.A. Hadinata." Ha ha ha mungkin karena mas Erwin jabatannya tinggi. Apalah saya ini mas? Cuman saya kemari karena direkomen oleh salah satu pimpinan di perusahaan ini." kata Calista sedikit bangga. Ia tersenyum mengingat masa lalunya saat pernah bekerja di kantor pusat. Erwin jadi
Ting..Pintu lift itu terbuka, Calista langsung mencari cari ruangan yang dimaksud oleh mas Erwin, di teleponnya tadi. Dan untung aja ketemu, ia langsung masuk setelah mengetuk pintu. " Maaf mas, saya Calista HRD yang dari kantor cabang Bandung. Dengan mas Erwin kan?" tanya Calista dengan ramah dan penuh senyum. Orang laki laki yang ada di dalam ruangan meeting hanya diam dan memandangi wajah gadis yang mengaku bernama Calista dari atas sampai bawah, kemudian terdiam cukup lama sampai Calista akhirnya mendekati dan melambaikan tangan ke arah mas Erwin yang tertegun melihat Calista, entah apa yang dipikirkannya saat ini. Pertemuan pertama yang mendebarkan Erwin. " Mass.. " Calista memanggilnya sekali lagi, sehingga Erwin terlonjak merasa terkejut dengan teriakan Calista yang terakhir. Erwin merasa familiar dengan wajah Calista. Dan dengan jujur hatinya berkata kalau gadis cantik dihadapannya menarik perhatian dan membuat hatinya sedikit berdetak lebih kencang. Hal yang tidak pernah






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments