Zhen menatap Ling Kai dengan waspada. Wajah pria itu tampak tenang, tetapi senyuman dingin di bibirnya menunjukkan niat yang jauh lebih gelap. Di belakang Ling Kai, Zhen bisa melihat bayangan bergerak-gerak, tanda bahwa ada lebih banyak orang yang mengawasi mereka.
"Kau sudah datang jauh-jauh ke sini," kata Ling Kai, suaranya rendah dan penuh perhitungan. "Tapi kau pasti tahu, Zhen. Tidak ada jalan mundur dari sini." Ying dan Xian berdiri di belakang Zhen, siap untuk bertindak jika terjadi sesuatu, tetapi Zhen menahan mereka dengan gerakan tangan. "Apa yang kau inginkan, Kai? Mengapa kau melakukan ini pada klan kita?" Ling Kai tersenyum lebar, seolah-olah menikmati pertanyaan itu. "Aku tidak melakukan apapun pada klan ini. Aku hanya membangunkan kalian dari mimpi panjang. Klan ini sudah lama tidur, terperangkap dalam rutinitas lama. Kekuatan seperti milikmu, Zhen, harus dikendalikan. Klan ini membutuhkan pemimpin yang lebih kuat, bukan hanya mereka yang terlahir dengan bakat." Zhen merasa dadanya menghangat, amarahnya mulai membara. Klan ini bukan milikmu untuk dikendalikan, Kai! Tapi dia tahu, jika dia terbawa emosi, semuanya bisa berakhir buruk. "Jadi, itu tujuanmu?" tanya Zhen dengan suara datar. "Menggunakan kekuatan kami semua untuk kepentingan pribadimu?" Ling Kai mengangkat bahu, seolah itu adalah hal yang wajar. "Kita semua punya tujuan pribadi, Zhen. Aku hanya lebih cepat memahaminya. Apa yang akan terjadi pada klan ini jika orang-orang seperti kau terus menguasainya? Apakah kita akan terus menjadi pengikut dari tradisi usang yang tak ada ujungnya?" Xian melangkah maju, matanya menyala dengan kemarahan. "Kamu bicara tentang tradisi, Kai, tapi kamu malah ingin menghancurkannya. Kau mencoba merusak segalanya hanya demi ambisi pribadimu." "Tidak," jawab Ling Kai dengan tenang. "Aku hanya ingin melihat sesuatu yang lebih besar. Kau tidak mengerti, Xian. Aku sedang menciptakan jalan baru bagi klan ini. Klan yang kuat, yang dipimpin oleh orang-orang yang benar-benar pantas memimpin." Zhen bisa merasakan ketegangan di udara. Tidak hanya karena pertikaian ini, tetapi juga karena sesuatu yang lebih besar sedang dipertaruhkan. Apa yang sebenarnya sedang Ling Kai rencanakan? Dia merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya, sesuatu yang lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. "Jangan pikir kamu bisa menguasai semua ini dengan mudah," kata Zhen, berusaha untuk tetap tenang. "Aku tidak akan membiarkanmu merusak klan kita hanya demi kekuasaan." Ling Kai mengangkat tangan, mengisyaratkan agar Zhen berhenti berbicara. "Aku tidak berharap kau mengerti. Tapi jika kau mau bertahan hidup di dunia ini, kau harus belajar untuk menerima kenyataan. Aku menawarkan kesempatan kepadamu untuk ikut bersamaku. Bersama, kita bisa mengubah dunia." Zhen merasa matanya menyala dengan kekuatan yang terpendam dalam dirinya. Dia mencoba mempengaruhiku, pikirnya. Tapi aku tidak akan tergoda. "Percuma," kata Zhen dengan mantap. "Aku tidak akan bergabung denganmu. Aku akan menghentikanmu, apapun yang terjadi." Tiba-tiba, suara keras terdengar dari pintu utama ruangan bawah tanah. Seseorang masuk dengan langkah cepat, dan Zhen bisa melihat Ling Jun muncul dari balik pintu, mata penuh dengan tekad. "Jangan dengarkan kata-kata Kai," kata Ling Jun dengan suara dingin. "Dia hanya mengincar kekuasaan. Dia tidak peduli pada klan ini. Jika kau ingin tahu kebenarannya, Zhen, kamu harus mencari jawabannya sendiri." Zhen menatap Ling Jun, kebingungan bercampur ketidakpercayaan. Apa maksudnya? Ling Jun melanjutkan, "Kai memang berencana untuk menggulingkan ayahku dan mengambil alih klan ini. Tapi aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku tahu ada yang lebih besar di balik semua ini, Zhen. Ada alasan kenapa aku bekerja diam-diam dengan ayahmu untuk melindungi rahasia yang ada dalam tubuhmu." "Rahasia?" Zhen bertanya, masih mencoba untuk memahami situasinya. Ling Jun mengangguk. "Ya, rahasia yang telah lama tersembunyi di dalam darahmu. Itulah kenapa kekuatan tujuh elemenmu sangat berbahaya. Itu bukan hanya soal kekuatan, tapi juga potensi untuk mengubah keseimbangan dunia ini. Jika Kai mendapatkannya, kita semua akan hancur." Zhen merasa dunia seakan berputar. Semua yang dia tahu, semua yang dia percayai, mulai terasa rapuh. Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku? Pertanyaan itu terus bergema dalam pikirannya. "Sekarang kamu tahu," kata Ling Jun, "apa yang harus kamu lakukan selanjutnya adalah membuat pilihan. Kamu bisa mengikuti Kai dan menghancurkan klan ini, atau kamu bisa memilih untuk melindunginya dan menjaga keseimbangan yang sudah ada." Zhen menatap Ling Jun, lalu berbalik ke arah Ling Kai yang kini memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Apa yang harus aku lakukan? "Kai," Zhen berkata dengan suara keras, "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan semuanya. Aku akan berhenti di sini." Ling Kai tertawa sinis. "Kau pikir itu akan mengubah apapun? Klan ini sudah berada di ujung jurang, Zhen. Keputusanmu hanya akan mempercepat kehancurannya." Zhen mengangkat tangannya, mengumpulkan kekuatan angin dalam dirinya. "Aku akan menghentikanmu, Kai. Apapun yang terjadi, aku akan melindungi klan ini." Dengan satu langkah cepat, Zhen menyerang, melepaskan energi angin yang mengelilingi tubuhnya. WUSHHH! Angin meluncur deras, membuat ruang itu bergetar hebat. Tetapi meskipun Zhen sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya, Ling Kai tampak tenang, malah tersenyum penuh tantangan. "Apakah kau pikir ini cukup, Zhen?" tanya Ling Kai dengan nada mengejek. WUSHHH! Angin semakin kencang, dan Zhen merasakan dirinya semakin kuat. Ini belum selesai, pikirnya. Ini baru permulaan.Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y