Zhen berdiri tegak, matanya berkilat tajam. Di sekelilingnya, angin berputar semakin kencang, memekakkan telinga, dan menyebabkan benda-benda di sekitarnya bergoyang. Wushhh! Setiap gerakan yang dia lakukan seakan membawa angin yang menari, seolah-olah alam mendengarkan setiap perintahnya.
Ling Kai tidak terpengaruh. Wajahnya tetap tenang, meskipun angin yang dihasilkan Zhen cukup kuat untuk membuat sebagian besar orang terhanyut. “Apa yang kau lakukan, Zhen?” kata Ling Kai, nada suaranya mengandung ejekan. “Kau pikir bisa mengalahkanku hanya dengan angin?” Zhen tidak menghiraukan kata-kata itu. Dia fokus pada satu hal—menembus batas kekuatannya. Dia tahu, dengan kekuatan angin ini, dia hanya bisa berjuang untuk saat ini, tapi itu bukan jawabannya. Aku harus lebih kuat. BOOOMM! Tiba-tiba, seluruh tubuh Zhen terasa bergetar hebat. Ada sesuatu yang mengalir melalui dirinya, seolah ada kekuatan baru yang bangkit dari dalam tubuhnya. Dia merasa energinya meledak ke luar, seiring dengan lonjakan besar dalam kultivasinya. Ling Kai mengerutkan kening, terlihat kaget untuk sesaat. "Apa itu?!" serunya, tetapi sebelum dia bisa bereaksi lebih jauh, Zhen sudah lebih cepat dari yang dia kira. Angin di sekitar Zhen semakin kencang, berputar dalam kekuatan yang luar biasa. “Ini... tidak mungkin!” Ling Kai terkejut melihat Zhen yang kini berada di atasnya, aura kekuatan angin yang jauh lebih besar dan tajam melingkupi dirinya. Zhen merasakan perubahan itu. Aku berhasil menembus batasanku. Tubuhnya terasa lebih ringan, seolah ada angin yang mengangkatnya ke tempat yang lebih tinggi. Dia baru saja mencapai Tingkatan Puncak Ke-6, dan perubahannya terasa jelas. “Ling Kai!” Zhen berseru dengan tegas, suaranya seperti angin yang menghantam. “Aku sudah sampai pada tingkat yang baru. Sekarang, waktunya berhenti!” Dengan satu gerakan cepat, Zhen mengangkat tangannya, dan angin yang sebelumnya hanya berputar dengan liar kini berubah menjadi serangan yang lebih terfokus, tajam, dan menghancurkan. Wushhh! Angin berputar seperti pisau raksasa, meluncur cepat menuju Ling Kai. Namun, Ling Kai dengan cepat melompat ke samping, menghindari serangan itu. “Kau memang telah berkembang pesat, Zhen, tapi kau terlalu terburu-buru,” katanya, menyeringai. “Kekuatanmu memang besar, tapi belum cukup untuk mengalahkanku!” Zhen menatap Ling Kai dengan tajam. Aku tahu aku belum cukup kuat, tapi aku tidak akan berhenti di sini. Dia mengerahkan lebih banyak lagi kekuatan angin, menambah kecepatan serangannya. Wushhh! Lagi-lagi angin bergerak lebih cepat dari yang bisa diantisipasi Ling Kai. Namun, pada saat yang sama, Zhen merasa sesuatu di dalam tubuhnya menggelora. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengalir ke dalamku. BOOOMM! Dengan kekuatan yang luar biasa, Zhen merasa dirinya melangkah ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Di dalam tubuhnya, energi angin yang semula hanya mengalir perlahan kini membanjir dengan deras, mengubah aura di sekitarnya menjadi sesuatu yang sangat berbahaya. Dalam sekejap, Zhen sudah berada di Tingkatan Puncak Ke-7. Ling Kai tidak bisa lagi menghindar sepenuhnya. Angin itu terlalu cepat, terlalu tajam. Wushhh! Angin itu memukul tubuh Ling Kai dengan keras, mengirimnya terlempar ke dinding. Tubuhnya terhuyung, hampir jatuh, tetapi dia segera berdiri kembali, wajahnya kini dipenuhi dengan rasa marah yang mendalam. Zhen tahu, meskipun dia berhasil mencapai tingkat yang lebih tinggi, ini belum berakhir. Ling Kai masih memiliki banyak trik. "Kau pikir ini cukup, Zhen?" kata Ling Kai dengan suara gemetar, tapi di dalamnya ada api balas dendam yang menyala. "Belum," jawab Zhen dengan suara rendah dan tegas. "Kali ini, aku akan menghentikanmu." Ling Kai menyeringai lebar. "Jangan terlalu yakin. Aku punya lebih banyak kekuatan yang bisa ku gunakan." Di belakang Zhen, Ying dan Xian sudah bersiap untuk membantu, tapi Zhen menahannya dengan gerakan tangan. "Aku bisa melakukannya sendiri. Ini pertempuranku, dan aku tidak akan membiarkan klan kita jatuh ke tangan yang salah." Mereka yang berada di sekitar mereka, meskipun tampaknya tidak ikut campur, merasakan getaran kekuatan yang begitu besar, seolah seluruh dunia di sekitar mereka terguncang. BOOOMM!!! Kekuatan Zhen melonjak lebih tinggi lagi. Dia tahu bahwa batasnya belum tercapai. "Jika aku tidak menghentikanmu sekarang, maka klan ini akan hancur, dan aku tidak akan bisa menghadapinya." Di hadapannya, Ling Kai kini terlihat lebih serius. “Jika kau benar-benar berpikir bisa mengalahkanku dengan kekuatan angin itu, kau salah besar. Aku punya segalanya yang diperlukan untuk menghancurkanmu.” Zhen menarik napas panjang, merasakan energi dalam dirinya. Dengan tekad yang membara, dia mengumpulkan seluruh kekuatan angin dalam dirinya, menciptakan pusaran energi yang lebih besar dari sebelumnya. Ini adalah kesempatan terakhir untuk menaklukkan Ling Kai. Wushhh! Angin berputar, dan Zhen menatap mata Ling Kai dengan penuh keyakinan. "Ini saatnya." Zhen melangkah maju, dan angin itu mengikutinya, seolah mendukung langkahnya yang teguh.Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y