Home / Romansa / Ambil Saja Suamiku / 17. Harus Bagaimana

Share

17. Harus Bagaimana

Author: dtyas
last update Last Updated: 2025-04-21 21:44:33

Luna tersenyum saat turun dari kendaraan umum sudah ada Irwan menunggu. Sempat mengabari kalau ia dalam perjalanan pulang dan minta dijemput di halte. Tentu saja Irwan tidak bisa menolak, ibu mertuanya ada di rumah sejak tadi siang dan raut wajahnya terlihat tidak bersahabat.

Dengan Sherin pun hanya bisa berkomunikasi lewat tatapan mata. Sangat tidak bisa diprediksi kondisi di rumah itu.

“Malam mas,” sapa Luna meraih tangan Irwan dan mencium dengan takzim.

“Hm. Naik, kita langsung pulang. Aku sampai dinyamukin nungguin kamu." Padahal Irwan baru datang, mengeluh seakan menunggu lama.

Luna mengangguk dan gegas naik ke motor. Sempat menanyakan apa Irwan ingin sesuatu, rokok atau kebutuhan mereka yang lain. Namun, hanya dijawab dengan menggeleng.

Sampai di rumah, Luna segera merapatkan pintu pagar. Tinggal mengunci dengan gembok, tidak ada rencana keluar lagi. Apalagi sudah jam tujuh malam.

“Tante Luna, aku sudah kerjakan PR,” teriak Beni saat melihat Luna.

“Wah, hebat.”

“Nilai aku yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ambil Saja Suamiku   18. Akal Bulus Irwan

    “Mas sudah bangun?” Luna terbangun dan mendapati Irwan keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut. Mengabaikan pertanyaan istrinya dan langsung membuka lemari.“Mau kemana?” tanya Luna lagi karena Irwan memakai celana panjang dan kaos berkerah. Lebih rapi dari biasanya.“Mau cari uang. Orangtuaku butuh bantuan, aku anaknya harus berbakti. Cuma tiga juta, tapi kalau lagi kere begini rasanya kayak milyaran.”Luna menghela nafas. Ucapan Irwan sangat menyindir dirinya karena hanya bisa menyiapkan sebagian dari permintaan sang mertua.“Mas, kamu jangan gitu dong. Aku bukannya nggak mau bantu, tapi ….”“Tidak masalah, aku tidak minta bantuan kamu. Biar aku cari sendiri.”Irwan menyisir rambut dengan cepat, hendak segera keluar kamar. Namun, Luna menghalangi membuat mereka saling tatap.“Kita bicarakan dulu, jangan keluar dalam keadaan marah. Aku nggak mau masalah kita berlarut-larut.”“Masalah apa? Aku mau cari uang untuk orang tuaku, itu masalah?” cecar Irwan.“Tidak mas, tentu saj

    Last Updated : 2025-04-22
  • Ambil Saja Suamiku   19. Sentuhan Pertama

    “Mah.”Wanita yang dicari sedang asyik menonton tivi, Irwan langsung ikut duduk di sampingnya.“Ditungguin dari kemarin, baru nongol.”Irwan menyandarkan kepala sambil terpejam. “Masak apa mah?”“Ck, bukannya bawa makanan malah tanya masak apa. Lihat aja tuh di meja. Eh, kamu sendiri, Luna mana?”“Nggak ikut, dia sibuk,” jawab Irwan kemudian menegakan tubuh meski masih bersandar pada sofa. Mengeluarkan amplop dan menyerahkan pada wanita yang sudah melahirkannya. “Nih uangnya. Cuma bisa kasih segitu, itu juga pakai acara ngerayu dulu. Aku bilangnya pinjam, nanti udah kerja dibayar.”“Astaga, istrimu begitu? Masa orangtua butuh harus pinjam, lagian mama minta sama kamu bukan sama dia. Selama kalian menikah kamu banyak kasih uang ke dia, nggak ada gitu mau bantu mama.”“Ah, sudahlah Mah. Yang penting udah keluar uangnya. Pusing aku, di rumah sumpek kerja belum ada yang cocok.”“MAma bilang juga apa, tinggal aja di sini, kamu masih punya orang tua dan kami terima kamu dengan tangan terbuk

    Last Updated : 2025-04-23
  • Ambil Saja Suamiku   20. Sentuhan Pertama (2)

    “Geser!” titah Sherin sambil mendorong tubuh Irwan menjauh.“Biarin aja mbak, paling minta sumbangan.” Wajah Irwan kembali mendekat, tapi tangan Sherin menahannya.“Dilihat dulu, mana tahu itu Ibu atau siapa. Aku nggak mau digerebek warga,” ucap Sherin lirih.Irwan beranjak dengan malas. Berdecak sambil merapikan pakaiannya dan menyadari bagian bawah tubuhnya sudah menegang dan menonjol.“Ganggu aja,” keluhnya lalu menuju pintu. Sebelum membuka, ia menggeser gorden mengecek siapa yang datang.Pagar rumah itu agak tinggi, terlihat kepala Pak RT dan salah satu warga. Masih berdiri di depan pagar dan terus memanggil Irwan. Menoleh ke arah ruang tengah memastikan Sherin sudah beranjak dari sana.“Eh, pak RT,” ujar Irwan saat membuka pintu dan berjalan cepat menuju pagar.“Pada kemana ini, sepi banget?”“Ketiduran saya, tadi dari rumah Mama. Luna kayaknya ke toko,” jawab Irwan dan mempersilahkan kedua tamu itu masuk.Duduk di kursi beranda, Irwan berusaha menyembunyikan bagian bawah tubuh

    Last Updated : 2025-04-24
  • Ambil Saja Suamiku   21. Tidak Jodoh

    Sherin sudah berpakaian, tapi Irwan masih polos dan berbaring dengan tangan menyilang di bawah kepala. Tersenyum menatap kakak iparnya. Tubuh yang sangat menggoda dan ia sudah melihat semua. Meski belum merasakan sepenuhnya, itu hanya masalah waktu.“Ngapain senyum?” Sherin mengibaskan rambutnya membuat Irwan semakin tergoda.“Kamu cantik mbak, seharusnya aku ketemu kamu sebelum kenal Luna ya. Mana tahu kita berjodoh.”“Kalau jodoh aku, kamu. Berarti yang menceraikan aku ya kamu,” ejek Sherin sambil mencibir.“Ya nggak akan mbak. Manalah saya ceraikan istri kayak kamu. Kurang apa coba, cantik dan seksi. Saya bisa bahagia siang malam dan betah di rumah.”“Halah, gombal. Laki-laki memang manis di mulut.”Irwan berdiri, masih dengan tubuh polos dan langsung memeluk Sherin.“Yang manis itu kamu, bukan mulut aku. Manisnya sampai bikin aku diabetes dan harus mendapatkan kasih sayang kamu mbak.”Sherin mencibir dan Irwan terkekeh. Terdengar suara barang dijatuhkan ke lantai.“Beni,” ucap She

    Last Updated : 2025-04-25
  • Ambil Saja Suamiku   22. Aku Percaya

    Suasana di meja makan lebih hening dari biasanya. Luna menyempatkan sarapan di rumah, lebih leluasa karena bangun lebih awal. Beni sibuk dengan sarapannya, begitu juga dengan Ibu. Sherin dan Irwan mencuri pandang seakan bicara lewat tatapan matanya.“Kamu masih santai, nggak takut telat?” tanya Irwan karena Luna tidak terlihat tergesa seperti biasanya.“Oh, nggak mas. Masih pagi, nggak akan telat.”“Habiskan sarapanmu, biasakan makan di rumah,” ujar Ibu.Irwan langsung menghela, merasa apa yang dilakukannya salah padahal hanya mengingatkan sang istri. Luna yang mengerti perasaan Irwan mengusap paha pria itu untuk menenangkan seakan berkata, sabar mas.“Makannya cepat Beni, jemputan kamu sebentar lagi datang.”“Iya Bun.”“Sherin ikut ibu ke toko.” Ibu bicara tanpa memandang, fokus dengan cangkir teh dan menyesap pelan.“ke toko, bu?”“Hm.”“Tapi aku harus masak dan beres-beres rumah. Kalau Beni pulang –““Beni diantar ke toko, kamu bawakan ganti. Dia bisa belajar dan istirahat di sana.

    Last Updated : 2025-04-26
  • Ambil Saja Suamiku   23. Ayo Cepat

    “Mbak, aku ke HRD ya, antar berkas ini.” Indah -- sekretaris Sadam sudah berdiri dengan tangan kiri memegang map dan tangan kanan membereskan dokumen di atas mejanya. “Sudah ditunggu!”“Hm,” jawab Luna masih fokus dengan layar laptop.“Kalau ada telpon bantu jawab ya mbak,” pinta Indah dan Luna lagi-lagi menjawab dengan dehaman.Terdengar langkah mendekat, Indah menoleh. seorang wanita paruh baya, tapi masih terlihat cantik dan elegan. Luna berdiri, Indah masih pun belum beranjak dari tempatnya.Luna bertanya-tanya siapa gerangan wanita itu. Kalau resepsionis memperbolehkan tamu sampai ke sini, berarti orang penting atau memang sudah ada janji. Namun, aneh karena Sadam tidak ada di tempat kalau memang wanita itu tamu dari Sadam.“Selamat sore,” sapa wanita itu.“Sore, Bu,” jawab Luna dengan senyum.Indah mengangguk sopan. “Ada yang bisa dibantu?” tanyanya.“Saya mau bertemu Sadam, dia ada?”Luna dan Indah menoleh saling tatap. Atasan mereka dipanggil dengan nama, bisa jadi wanita ini

    Last Updated : 2025-04-27
  • Ambil Saja Suamiku   24. Rencana (2)

    Irwan sudah semangat, Sherin sepakat dengan penawarannya. Seakan gelap mata, tidak tahu tempat dan waktu.“Eh, mau ngapain?”“Yaelah pake nanya, aku mau lagi. Sekarang ya, nggak akan lama deh,” sahut Irwan.“Kamu mau kita kepergok. Sebentar lagi Ibu pulang, Beni juga ada di kamar. Pakai lagi celana kamu.”Meski kecewa, Irwan akhirnya pasrah untuk setuju dengan pendapat Sherin. Rasanya sudah diubun-ubun, tidak mungkin ia minta Luna melayaninya. Harga dirinya setinggi langit, sepertinya harus bermain solo.“Ck, udah nggak tahan nih,” keluh Irwan.“Sabar, nanti aku kasih yang spesial. Asal janjimu tidak palsu.”“Bener ya? Tenang aja, untuk kamu apa sih yang enggak.”Irwan menepuk bokongnya tepat di mana dompet berada, seakan mengatakan kalau dia punya banyak uang untuk mengabulkan permintaan sherin. Padahal ia ada uang boleh mengelabui Luna, saat menyisihkan untuk orangtuanya.Berjanji akan pasang badan dan siap mengabulkan apa saja yang Sherin minta selama ia bisa mendapatkan apa yang i

    Last Updated : 2025-04-28
  • Ambil Saja Suamiku   25. Antara Irwan, Luna dan Sherin

    Irwan berdecak kesal. Mau tidur, tapi mata enggan terpejam. Mau keluar kamar, ibu sedang asyik menonton tv. Melewatkan makan malam demi menghindari mertuanya dan sekarang yang susah ya dirinya.“Hah, heran deh. Bukannya banyak istirahat udah tua, malah nonton tv.”Menduga sudah aman, Irwan mengendap pelan keluar dari kamar, nyatanya Ibu masih terlihat bugar menatap layar ponsel. Padahal bukan semata-mata ingin menonton tv, ibu menunggu Luna pulang. Harus memastikan sendiri kalau putrinya pulang dalam keadaan baik.Ponselnya bergetar, ada notifikasi pesan masuk. Irwan mengernyitkan dahi membaca pesan dari siapa yang baru saja masuk.“Sherin,” ujarnya.[Udah tidur ya]Irwan mengetik balasan [belum. Udah pusing nih. Nanti jadi, ya mbak]Menunggu balasan pesan, nyatanya malah ada panggilan video masuk dari wanita itu. Irwan melihat jam dinding, belum waktunya Luna pulang. Menggeser tombol hijau, di layar terlihat wajah Sherin.“Ya ampun, cantiknya. Jadi, makin pusing,” ucap Irwan.Sherin

    Last Updated : 2025-04-29

Latest chapter

  • Ambil Saja Suamiku   34. Mau Kamu

    “Besok … bisa, pak,” jawab Luna.Hanya makan malam, tidak ada alasan untuk menolak. Apalagi sampai berbohong, toh Sadam sangat profesional. Tidak ada ucapan atau sikap pria itu yang membuat tidak nyaman. Meski Luna pernah mendengar ada saja atasan yang bersikap kurang ajar pada staf wanita, tidak terlihat pada diri Sadam.“Oke, sampai ketemu besok.”Luna tersenyum dan mengangguk. Tidak langsung beranjak, ia menunggu sampai mobil yang dikendarai Sadam perlahan menjauh dan bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya.Jarak ke rumah sudah dekat, ia tidak menghubungi Irwan untuk menjemput. Berjalan sambil menyeret koper.“Luna, lo dari mana bawa koper?”“Tugas luar kota mpok,” jawab Luna.“Oh. Hebat ya kerja lo, tapi si Irwan gimana? Udah kerja dia?”“Belum, masih cari. Belum ada yang cocok,” sahut Luna lagi. Wanita paruh baya itu, tetangga Luna berpapasan saat akan ke warung. Baru beberapa langkah, tapi sudah ada yang memanggilnya lagi. Ternyata Sani, tetangganya juga.“Gimana Lun, yan

  • Ambil Saja Suamiku   33. Besok ....

    “Kalau punya Luna, aku nggak mau. Nanti dipikir aku mencuri.” Sherin mengembalikan gelang ke tangan Irwan.“Ini dibeli pakai uangku, sama aja ini punya aku. Luna Cuma tahu ngabisin uang doang.” Irwan kembali menyerahkan gelang ke tangan Sherin. Ia menuju toilet untuk membersihkan diri.“Serius buat aku?” tanya Sherin agak berteriak.“Hm. Nanti suratnya aku cari. Kamu bisa langsung jual,” tutur Irwan dari dalam toilet.“Makasih ya,” seru Sherin. Wajahnya sumringah, masih memperhatikan gelang emas berbentuk rantai dengan liontin berbentuk hati dan permata pink.Pintu toilet terbuka kembali. “Aku bisa kasih lagi, tapi ….” Irwan mengerlingkan matanya.“Gampanglah itu, bisa diatur.”Sherin meninggalkan kamar Luna menuju kamarnya.“Laku berapa ya, kayaknya nyampe sepuluh gram. Lumayan buat beli hp baru.” Sherin terkekeh sendiri. “Gampang juga morotin Irwan. Luna bego, siap-siap aja lo jadi kere. Capek kerja seharian, dapatnya apa.”Sherin dan Irwan pandai menyembunyikan hubungan mereka. Men

  • Ambil Saja Suamiku   32. Belum Ada Judul

    Gila, kata itu yang muncul dalam benak Irwan. Tepat ditujukan untuk hubungannya dengan Sherin. Atau nafsu mereka yang gila. Seakan lupa daratan, ia terus menyetu_buhi Sherin. Tidak ada rasa bersalah apalagi keraguan.Cinta, entahlah. Irwan sangat mencintai Luna. Ia merasa akhir-akhir ini komunikasi mereka buruk lalu salah paham dan sosok Sherin seakan membuatnya lupa bagaimana perjuangan mendapatkan Luna serta rasa cinta yang ada.Yang jelas, saat ini Irwan merasakan surga yang berbeda. Desahan dari mulut Sherin membuatnya semakin bersemangat untuk terus mengayun tubuhnya. Tidak ingin penyatuan diri itu berlalu cepat, ia kembali mengkonsumsi obat kuat.“Ir-wan ….”Senyum Irwan merekah karena Sherin terlihat akan mendapatkan puncaknya yang kedua, sedangkan dia sepertinya masih jauh.“Wan ….” Tubuh Sherin mengejang, tangannya mencengkram lengan Irwan. Bukannya berhenti, Irwan malah semakin mempercepat gerakannya membuat wanita itu semakin tersiksa dengan kenikmatan.Desahan yang keluar

  • Ambil Saja Suamiku   31. Makin Seksi

    Hujan lebat diiringi kilat dan petir, Sadam pun kembali ke dalam kamar menutup pintu rapat agar cipratan dan tampias dari hujan masuk ke kamar. ada dua single bed dalam kamar. sofa yang tidak terlalu besar juga meja.Masih ada waktu sebelum acara dimulai lagi, Sadam menempati sofa dan membuka ponsel. Sesekali ada kilatan cahaya dan gemuruh. Belum ada tanda hujan akan reda. Pintu toilet terbuka, Sadam melirik sekilas. Luna keluar dari sana sudah berpakaian.‘Aku mikir apa sih, mana mungkin dia keluar dari sana bug1l,’ batin Sadam.Masih fokus pada ponsel karena canggung, berdua di dalam kamar bersama lawan jenis. Apalagi diantara mereka tidak ada hubungan spesial. Melihat dari sudut mata, Luna sedang menggunakan make up di cermin yang tertempel di dinding tepat di sebelah lemari.“Loh, hujan ya.” Rupanya Luna baru menyadari kalau di luar hujan lebat. Ia berjalan menuju pintu dan membuka sedikit.“Sengaja saya tutup, takut air masuk.”Gegas Luna menutup lagi pintu kamar. “Hujannya camp

  • Ambil Saja Suamiku   30. Karena Hujan

    Irwan memarkir motornya dan langsung menutup rapat pintu pagar. Memperhatikan sekeliling rumah, memastikan tidak ada yang mengawasi dan melihat dia pulang. Lumayan lama berada di warung sambil merokok, sampai akhirnya Sherin menelpon kalau Ibu sudah berangkat.“Kamu dari mana?” tanya Sherin saat Irwan masuk.“Nunggu di warung, ayo aku udah nggak sabar nih.” Irwan langsung memeluk Sherin, tapi ditahan dengan tangan. “Kenapa lagi?”“Pintu tutup dulu, terus mau gituan di mana?” tanya Sherin.Irwan menatap pintu rumah. “Aku tutup sebagian, tapi nggak rapat. Kalau dikunci malah bikin orang curiga.” Irwan pun menutup pintu, tapi tidak rapat. Memastikan tidak ada yang mencurigakan.Bahkan Irwan mengganjal pintu dengan box mainan Beni, pasti akan jatuh dan menimbulkan suara kalau pintu bergeser.“Di sini aja.” Irwan menunjuk sofa ruang tengah, tempat Ibu menonton tv. Ia langsung melepas kaos dan membuka resleting celananya.“Eh, tunggu dulu.”“Apa lagi?”Sherin mendekat dan meraba dada Irwan.

  • Ambil Saja Suamiku   29. Suasana Mendukung

    “Tante Luna,” teriak Beni. Bocah itu sedang bermain lego, di sofa ruang tamu. Sedangkan Sherin dan Ibu berada di ruang tengah, menonton tv. Mendengar teriakan Beni, kedua wanita beda usia itu menoleh ke arah pintu.Luna mengucap salam kemudian menghampiri dan mengusap kepala Beni dengan sayang.“Sudah belajar belum?” tanya Luna.“Sudah dong, aku ‘kan jagoan bisa mengerjakan soal dari ibu guru.”Mendengar Beni berceloteh, Luna terkekeh. Kalau bisa kerjakan soal, bukan jagoan, tapi anak cerdas.”“Iya, aku anak cerdas,” seru Beni lagi.Luna menghampiri ibunya lalu mencium tangan dengan takzim.“Nggak lembur?” tanya wanita yang sudah melahirkannya.“Nggak, bu.” Luna duduk di sofa yang sama denga Sherin, meski bersisian tapi tetap berjarak.“Udah makan belum? Biar aku panaskan lauk,” seru Sherin sedangkan pandangannya tetap tertuju pada televisi.“Sudah mbak.” Masih memikirkan ucapan Sani yang melihat Sherin dan Irwan keluar dari Guest House. Langsung bertanya rasanya tidak elok, apalagi d

  • Ambil Saja Suamiku   28. Guest House

    “Aneh,” gumam Bik Ela. “Neng Sherin,” panggilnya.“Iya, bik.” Sherin kembali membawa sapu.“Sudah saya sapu semua, di pel juga sudah. Lauk dan sayur ada di belakang ya, bibi mau pulang.”“Oh, iya,” sahut Sherin. Ia menghela lega karena wanita paruh baya itu tidak membahas lagi masalah Irwan yang keceplosan memanggilnya sayang.“Besok bibi nggak masuk, tolong kasih tahu Ibu ya. Takutnya nungguin, terus nggak ada yang masak.”“Beres, nanti aku yang masak.”“Ish, perempuan idaman banget atuh. Udah rajin beberes rumah, pinter masak, cantik pula. Mana ada pria yang nggak mau,” ucap Bik Ela lalu terkekeh.“Ada bik, itu Ayahnya Beni nggak mau lagi sama saya. Buktinya kami bercerai.”Bik Ela mengibaskan tangan di depan wajahnya. “Manehna gelo. Masa berlian dipelukan malah dibuang. Ya udah ya, bibi pulang dulu.”Sherin tersenyum sinis ketika Bik Ela sudah menutup pintu pagar. “Banyak bacot, sok tahu urusan orang. Jadi pembantu kurang ajar sama majikan,” keluh Sherin. Memutuskan ke kamar untuk

  • Ambil Saja Suamiku   27. Nikmat Terlarang (2)

    Luna berjongkok hendak membersihkan pecahan kaca. Malah jarinya terkena pecahan beling.“Mbak, biar saya yang bersihkan. Mbak minggir dulu.” OB datang membawa pengki. “Kok bisa jatuh, melamun ya mbak?”Entah melamun, entah tidak fokus. Luna menjawab dengan hela nafas.“Saya buatkan lagi ya, mbak duduk aja di situ.”Sambil menunggu Luna menggunakan ponsel, membuka room chat kontak Irwan.[Mas, dimana?]Pesan pun terkirim. Padahal tadi pagi Irwan bilang akan mengunjungi mamanya, tapi Luna ragu. Perasaannya mengatakan kalau Irwan tidak kesana.“Apa aku tanya mama saja ya,” gumam Luna langsung menghubungi ibu mertuanya.Dua kali nada tunggu, panggilan pun terjawab.“Halo,” terdengar sapaan di ujung sana.Luna sampai menjauhkan ponsel untuk memastikan kontak yang dihubungi tidak salah. Ibu mertuanya menyapa dengan nada tidak biasa.“Halo, mah. Ini Luna.”“Iya, mama tahu.” Lagi-lagi nada bicara ibu mertua Luna tidak biasa. Cenderung tidak ramah.“Mama apa kabar?” tanya Luna.Terdengar hela

  • Ambil Saja Suamiku   26. Nikmat Terlarang

    Tidak menunggu lama, Irwan langsung menggerakan motornya saat Luna sudah berada di angkutan umum. Meninggalkan halte menuju lokasi pertemuan dengan Sherin. Tidak jauh dari sekolah Beni.“Lama banget sih.” Sherin menunjukan wajah kesal dengan cemberut.Irwan malah terkekeh. “Maaf sayang, tadi pastikan semua aman dulu. Bibir kamu kondisikan, nggak tahan pengen menerkam.”“Dasar kucing mesum,” ejek Sherin.“Nggak masalah, ‘kan mesumnya sama kamu doang. Eh, kita mau kemana nih?”Sherin masih berdiri bersedekap dada. Ia menggeleng pelan sambil berdecak.“Pura-pura lupa ‘kan. Kamu janji bayarin aku perawatan loh.”“Itu mah gampang, tapi semalam gagal. Gimana dong?” tanya Irwan dengan tatapan mupeng. “Naik dulu deh, aku mau cari sarapan. Tadi makan belum kenyang bener.”Sherin pun duduk di belakang Irwan. “Bakso ya,” usul Sherin.“Siap, sayang. Apa sih yang nggak buat kamu.”Merespon dengan cibiran, Sherin memukul pelan bahu Irwan karena belum juga melaju.“Pegangan sayang, aku nggak mau ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status