LOGINMereka menikah karena wasiat dan harus dirahasiakan. Mei Lin --mahasiswi tengil yang bicara dulu baru mikir, tidak menyangka hidupnya akan sekomedi ini. Suaminya? Zhang Yichen --CEO dingin yang bahkan lebih kaku dari jasnya. Tapi siapa sangka, gaya bicara dan tingkah Mei Lin yang selalu di luar prediksi BMKG justru membuat sang CEO jatuh hati lebih cepat dari jadwal rapatnya. Seolah-olah dunia harus tahu, pernikahan yang seharusnya damai, kini ramai jadi perbincangan karena Mei Lin magang di perusahaan milik Zhang Yichen, bahkan menjadi sekretaris bos dingin itu. Rumor yang merebak tentu saja berpengaruh pada reputasi perusahaan dan Zhang Yichen sendiri. Lantas, bagaimana nasib Mei Lin? Ketika para dewan direksi meminta tidak ada hubungan pribadi antara atasan dan bawahan. Lika-liku kehidupan Mei Lin, dimulai!
View More"Mei Lin! Cepat bangun!"
Suara Lin Xiu Lan --ibu Mei Lin, menggema dari ruang tamu seperti alarm hidup. Mei Lin menggeliat malas di tempat tidur. Matanya terbuka perlahan. "Cepat! Hari ini penting!" teriak ibunya lagi. "Bu, ini hari Minggu! Penting apanya? Dunia nggak akan kiamat kalau aku bangun jam sembilan!" Namun, begitu Lin Xiu Lan menyerbu masuk lengkap dengan dress bermotif bunga dan ekspresi 'ini serius', Mei Lin tahu ... tidak ada jalan keluar. Walaupun demikian, Mei Lin memilih menutup mata kembali. "Kau harus ikut ke jamuan keluarga Zhang hari ini. Jangan banyak alasan!" Mei Lin membuka mata setengah. "Keluarga Zhang? Siapa itu? Kita punya hubungan keluarga sama mereka?" "Bukan punya, tapi pernah!" Sang ibu memasang wajah misterius yang membuat Mei Lin sedikit curiga. "Nenekmu dulu bersahabat dengan ibunya Madam Zhang. Dan hari ini … mereka mengundang kita ke makan siang keluarga." "Makan siang?" Mei Lin duduk setengah sadar. "Kenapa Ibu terlihat tegang, sih? Itu cuma makan siang, bukan wawancara kerja," lanjut Mei Lin. "Kau tak tahu. Ini bukan sembarang makan siang. Mereka keluarga konglomerat, Mei. Lihat bajumu!" Mei Lin menunduk memerhatikan piyamanya yang warna kuning dengan gambar bebek lucu. Ia terkekeh-kekeh. "Menurutku imut, Bu." "Imut tidak bisa membuatmu kaya!" Ibunya menarik selimut, menyeret Mei Lin menuju lemari. "Cepat mandi dan pakai gaun biru muda yang Ibu belikan dua bulan lalu, yang belum pernah kau pakai karena katanya terlalu 'dewasa'." Mei Lin menghela napas. "Ya ampun! Seperti mau dijodohkan aja …" gumamnya pelan. Sang ibu terdiam sejenak, lalu tersenyum samar. Ia merasa putrinya memiliki insting yang kuat. "Kau tidak akan tahu kalau belum datang." --- Dua jam kemudian, mobil tua peninggalan ayah Mei Lin berhenti di depan rumah utama keluarga Zhang. Tidak cocok disebut rumah, karena mirip istana. Mei Lin melongo. "Bu, jujur aja. Ini makan siang atau ...?" "Diam! Nanti kau tahu sendiri." Lin Xiu Lan tersenyum aneh. Kedatangan mereka disambut pelayan dengan ramah. Saat masuk ke ruang makan besar yang dipenuhi perabot antik dan aroma teh melati, pandangan Mei Lin langsung berhenti pada satu sosok pria di ujung meja. Pria itu duduk tegak, bersetelan kemeja abu-abu muda, wajahnya dingin, tetapi luar biasa tampan. Mata tajamnya menatap layar tablet, sama sekali tak memedulikan sekitar. "Demi apa …" bisik Mei Lin pelan, lalu memiringkan kepalanya. "Dia kayak keluar dari drama Korea. Tidak, tidak! Aku tidak boleh berkedip. Aku takut ketika aku berkedip dia akan berubah jadi kakek tua!" "Dia Zhang Yichen," ucap ibunya pelan. "Anak laki-laki Madam Zhang. CEO Zhang Group." "CEO?" Mei Lin hampir tersedak ludahnya. "Ibu bercanda, kan? Orang sekeren itu mau makan siang sama kita?" "Selamat datang, dan silakan duduk!" Fang Qiu Hua atau dikenal dengan sebutan Madam Zhang menyambut. Mei Lin mencubit lengan ibunya. "Bu, ini bukan mim--" "Diam, dan duduk sopan!" Mei Lin duduk di seberang, berusaha menahan diri agar tidak menatap pria itu terus, tetapi gagal total. Zhang Yichen menoleh sekilas, tatapannya singkat, tetapi cukup membuat jantung Mei Lin berlari maraton. "Apa kau baik-baik saja, Nona Lin?" suara baritonnya rendah, tenang, dan dingin. "Ba-baik," jawab Mei Lin cepat, hampir gagap. "Aku cuma … kagum dengan arsitektur ruang makan ini. Sangat … simetris." Suasana hening beberapa detik, lalu Madam Zhang tersenyum hangat. "Nenekmu pasti akan senang melihat kalian berdua akhirnya bertemu." Mei Lin menatap bingung. "Maksudnya?" Madam Zhang menatap ke arah Zhang Haoren --suaminya, lalu tersenyum samar. "Bukan cuma jamuan, Mei Lin. Ini soal wasiat ibu kami," tutur Haoren. "Wasiat?" Mei Lin mengulang, napasnya tercekat. Di saat itu juga, Yichen menatap langsung ke arahnya untuk pertama kalinya, dingin tapi tegas. "Tampaknya, Nona Mei Lin … kau akan menjadi bagian dari keluarga kami." Suara pria itu tenang, tapi cukup untuk membuat Mei Lin terpaku, bibirnya setengah terbuka. "Tunggu …. Maksudmu, bagian keluarga … kayak … keluarga menantu gitu?" Tidak ada yang menjawab. Hanya ada tatapan lembut dari Madam Zhang dan wajah kaku Zhang Yichen. Sementara ibu Mei Lin tersenyum lebar, bahkan terlalu lebar. "Selamat, Nak Mei. Sepertinya nenekmu memang punya selera bagus." "Apa--APA?!" Suara Mei Lin menggema di ruang makan megah itu. Dan begitulah, hidupnya yang biasa saja berubah total hanya karena makan siang. Bahkan, mie instan di dapurnya pun belum sempat dimasak.Kamar utama di rumah Zhang Yichen terasa berbeda malam itu. Lampunya redup, aroma lembut lavender memenuhi udara, dan di sudut ruangan kini berdiri sebuah lemari kaca raksasa yang belum ada kemarin.Mei Lin berdiri di depan lemari itu, melongo seperti turis di butik mewah."Ini … semua buat aku?"Yichen berdiri di belakangnya, tangan di saku, wajahnya tenang seperti biasa."Setelah kejadian lemari kamarmu penuh boneka bebek, aku pikir kau butuh ruang baru untuk baju yang lebih masuk akal."Mei Lin berbalik cepat. "Hei! Boneka bebek itu warisan emosional!""Emosi siapa? Anak TK?"Mei Lin mendengus, tetapi matanya tetap berbinar menatap isi lemari.Gaun-gaun cantik berjejer rapi, sepatu hak tinggi disusun dengan sempurna, bahkan ada satu rak berisi tas-tas mahal."Ya ampun, ini kayak mimpi! Ada baju buat tiap suasana hati!" Mei menarik satu gaun dan memeluknya. "Tuan Zhang, kau beli ini semua?"Zhang Yichen menatapnya sekilas. "Aku punya asisten personal shopper. Tapi, ya, aku yang meny
Hari pertama setelah berita besar itu reda, suasana rumah Zhang Yichen terasa damai. Tidak ada wartawan di depan pagar, tidak ada panggilan media, hanya keheningan dan aroma roti panggang dari dapur.Zhang Yichen melangkah keluar dari kamar dengan setelan santai. Ia menuruni anak tangga dengan hidung mengendus bau aroma dari arah dapur. Zhang Yichen langsung berhenti di ambang pintu. Pemandangan di depannya membuatnya terpaku.Mei Lin berdiri di dapur dengan celemek bergambar bebek kuning.Rambutnya dikuncir tinggi, wajahnya serius, ada noda tepung di pipi."Selamat pagi, Tuan Zhang," sapa Mei Lin dengan nada lembut yang mencurigakan. "Aku sudah menyiapkan sarapan."Zhang Yichen menyipitkan mata. "Kau siapa dan di mana istriku yang asli?"Mei Lin mendengus. "Aku sedang berevolusi, Zhang Yichen! Mulai hari ini, aku akan jadi istri rumah tangga sejati!""Hmm .... Dan ide ini muncul dari mana?""Dari artikel online," jawab Mei Lin bangga. "Katanya, istri ideal itu bangun pagi, masak, da
Tiga hari setelah wisuda, nama Mei Lin Zhang menjadi trending topik di seluruh Haicheng. Bukan karena prestasinya, tetapi karena satu video berdurasi dua menit dimana momen saat CEO Zhang Group dengan elegan mengumumkan, "Inilah istriku, Mei Lin Zhang."Berita itu menyebar lebih cepat dari rumor diskon toko mewah. Judul-judul artikel bermunculan. "CEO DINGIN TERNYATA SUDAH BERKELUARGA!""CINTA KANTOR ALA ZHANG GROUP: DARI MAGANG JADI ISTRI!""MAHASISWI TENGIL TAKLUKKAN BOS TERDINGIN DI HAICHENG!"Mei Lin hanya bisa menatap layar ponselnya dengan ekspresi antara malu dan frustasi."Judul terakhir itu keterlaluan banget" gumamnya.Dari seberang meja sarapan, Zhang Yichen hanya membaca koran dengan ekspresi tenang. "Menurutku cukup akurat.""Akurat kepala kau!" Mei menunjuk layar ponsel. "Kau tahu gak, sekarang semua orang memanggil aku Bu Bos!""Lebih baik itu daripada 'Bu Dosen'," balas Zhang Yichen santai.Sarapan sudah selesai. Masih ada sisa waktu u tuk bersantai. Keduanya pundak
Esok harinya. Haicheng Business Academy sudah dipenuhi para mahasiswa dengan toga hitam dan wajah bahagia.Di antara lautan toga itu, Mei Lin berdiri menatap panggung besar yang sudah dihias bunga putih dan pita emas. Tangannya sedikit gemetar saat memegang map ijazah kosong, simbol perjuangan panjang selama bertahun-tahun.Qian Qian datang menghampiri, wajahnya cerah. "Akhirnya, ya! Kita lulus!"Mei Lin menghela napas panjang. "Aku masih belum percaya kalau dosenku gak akan nyari-nyari kesalahan bab empat lagi."Qian Qian menepuk bahunya. "Santai! Hari ini cuma ada dua hal yang perlu kau pikirkan, yaitu senyum di kamera dan jangan tersandung di panggung.""Terima kasih atas tekanan tambahannya," ucap Mei Lin, memaksakan tersenyum. ---Sementara itu, di barisan tamu undangan, barisan keluarga Zhang tampak duduk rapi. Madam Zhang terlihat anggun dengan gaun pastel, sementara di sampingnya, Zhang Hairen, sang Komisaris besar Zhang Group, duduk tegak dan berwibawa.Ia jarang menunjukka












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.