Sumelika, Aisyah, Tania, Desti dan Rindu memutuskan untuk membangun sebuah tenda dari kain sarung dan kayu di tengah hutan karena hari sudah semakin gelap saja. Magrib berkumandang, dan syukurnya tenda mereka sudah selesai dibangun. Mereka semua melakukan ibadah sholat magrib di tenda, diterangi dengan cahaya mega oranye dan api unggun. Setelah melakukan sholat magrib, mereka memakan singkong rebus, dan ubi bakar di depan api unggun, lalu minumnya adalah air putih yang masih segar.
"Enak banget ya, enggak kerasa kita udah sampe pos 7, besok InsyaAllah bisa langsung ke alam naaglok." Senang Sumelika, sebari memakan singkong rebus yang lezat.
"Hahh? Enggak kerasa? Lah, gue capek banget, kaya kerasa 1 minggu perjalanannya." Keluh Tania.
"Dibawa santai aja, Tan. Jangan terlalu tegang, anggap aja ini liburan versi di film-film horor." Goda Sumelika.
"Santai kagak, tegang iya." Ucap Tania.
"Eh, kalian tadi lihat lukisan-luki
Di tengah perjalanan, tak sengaja mereka menemukan mobil yang terbalik dan penumpangnya yang pingsan di area mobil tersebut. Ini tidak bisa Sumelika dan kawan-kawannya percaya sama sekali. Bagaimana percaya? Mereka melihat mobil yang tercipta di tahun 2015 berada di tahun 1915, ini tidak bisa dipercaya!"Ya ampun! Ini kita mimpi atau bukan sih? Kok ada mobil kaya gini di tahun 1915, woyy?" Tania."Wagelaseh, gue kagak habis pikir ada mobil tahun 2015 di tahun 1915!" Cakap Desti."Lah, kalian mah! Tolongin dulu ini Mbaknya, jangan malah nonton doang, ayo cepetan!" Ujar Sumelika yang menolong mereka semua. Ternyata mereka adalah Irene, Arsela dan juga Anna yang datang juga dari masa depan! Namun, kenapa bisa mereka datang ke masa lalu?"Eh, ini kan Suster Anna?" Sumelika."Lo kenal, Mel?" Tanya Tania."Iya, kenal. Dia temennya Ibu gue, Tan." Jawab Sumelika."Aduh, yaudah kita bawa ke tempat yang rindang yuk, supa
"Tapi kok bisa? Sabrina kan dari masa depan, kenapa dia bisa tiba-tiba di masa lampau?" tanya Aisyah, yang cukup kritis kepada Rindu."Itu aku kurang tau, Syah.""Kemarin siang kami datang ke desa Tengkorak, kami cari Mohini, tapi kata warga sekitar, Mohini sudah mati di tahun awal 1900an. Kata salah seorang warga nih ya. Mohini mati di tangan seorang remaja perempuan dengan menggunakan senjata trisula." Tutur Anna."Mohini mati? Di awal 1900an?""Sekarang tahun 1915, itu masih awal bukan sih?" tanya Desti."Iya, masih awal, Des." Jawab Tania"Jangan-jangan yang warga itu maksud, pembunuh Mohini itu sebenarnya adalah Sumelika? Karena Sumelika kan membawa trisula sekarang, ditambah dengan bukti di awal 1900an, ini masih awal 1900an lho." Rindu yang mencoba mencocokan omongan Anna dengan masa sekarang."Bener juga apa yang dibilang Rindu, tapi masih janggal, Rin. Genderuwo itu kan nyuruhnya di masa depan, bukan di masa
"Ada yang enggak beres gimana, Syah?" tanya Sumelika."Tadi sebelum kita masuk kesini, kabut di puncak gunung normal-normal aja, enggak ada keanehan apapun, tapi pas sekalinya kita masuk kesini semuanya mendadak begini. Kabut yang semulanya putih malah jadi merah. Aneh, enggak?""Aneh sih, tapi apa boleh buat, kita kan udah terlanjur ada di sini. Sekarang ayo kita langsung masuk ke candinya, Syah." Sumelika.Sumelika, Aisyah dan Rindu masuk ke dalam candi yang ada di puncak gunung, di dalam candi itu ada sebuah lukisan besar, lukisan siluman ular merah berkebaya, tetapi wajahnya tertutupi dengan bercak hitam sehingga mereka tak mengenali siapakah siluman ular tersebut, mereka sepertinya tak asing dengan siluman ular tersebut, agaknya mereka sudah sering melihatnya. Di pinggir lukisan ular, banyak sekali guci, dan benda antik, tak lupa di sana terdapat sebuah tapak tangan emas yang berasitektur ular, mungkin itu adalah tapak yang dimaksud oleh Bu Iis.
"Nenek dengar ada 10 orang yang hilang dalam beberapa hari terakhir, bahkan ini juga belum 1 minggu. Nenek takut lama kelamaan Malika akan menculik semua penghuni rumah sakit ini. Dimulai dari orang dewasa, remaja, anak kecil, bahkan balita. Nenek tidak bisa membayangkan perasaan mereka karena ini semua, hiks-hiks-hiks." Kata Nenek Sumitra, diiringi dengan tangisan."Iya, Nek, saya akan mencari Malika sampai ketemu. Nenek tenang aja. Nek, kalo misalkan Malika datang kesini, Nenek tinggal tekan tombol di samping ranjang Nenek ya, supaya dokter dan suster segera kemari untuk menangkap Malika.""Baik, Nak, semoga Malika cepat ditemukan ya." Harap Nenek Sumitra."Aamiin.""Oh ya, Nak, Sumelika belum pulang dari mendaki?""Belum, Nek. Mungkin untuk menghilangkan rasa mumet sekaligus enggak tega karena melihat Ibunya, dia menenangkan diri dulu beberapa minggu di pegunungan.""Tapi, di mana dia mendakinya, Nak?""Kurang tau, Nek.
Magrib tiba, hari sudah semakin gelap tetapi Irene dan rombongannya baru sampai di area bukit Tengkorak. Mereka semua melihat bukit gunung Tengkorak yang sangat mencekam, gelap gulita tak ada orang sama sekali. Di masa depan, biasanya bukit-bukit pegunungan selalu ramai diisi dengan villa, warung-warung kecil sampai pos-pos, namun ini masa lalu, tak ada itu semua di sini, yang ada hanyalah kesunyian, kesepian, kegelapan dan kengerian.Aura negatif semakin dirasakan Arsela, dia pusing di saat sudah berada di bukit itu, rasanya Arsela ingin muntah. Arsela juga merasakan ada kehadiran banyak orang di sana, anehnya Arsela tidak melihat apapun."Aku ngerasa ada kehadiran banyak orang di sini, Kak. Tapi aku liat pake pengelihatan aku, aku enggak menemukan siapapun di sini." Tutur Arsela."Coba kamu lebih teliti lagi, Sel. Katanya ada kerajaan genderuwo di sini, kalo benar berarti kamu bisa ngeliatnya." Irene."Sebentar, Kak, aku coba lagi.
Suara teriakan dari Irene dan Arsela terdengar di telinga Tania yang sedang melamun sebelum tidur, dia langsung bangkit dari tidurnya dan keluar untuk mencari tahu siapakah yang berteriak dengan sangat keras di tengah hutan seperti ini, akan tetapi setelah diperiksa tak ada siapapun di sana."Hmmm, jangan-jangan gue cuman halu kali ya? Atau jangan-jangan s-setan yang lagi jailin gue ya?""Hiihhhhh! Mendingan gue cabut aja dari sini!" Tania masuk ke dalam tenda lagi untuk tidur, dia sangat ketakutan.***Sebelum Aisyah datang ke naaglok, Sumelika terus menjerit kepayahan karena dicakar oleh kuntilaki. Wajahnya bersimbah akan darah segar yang terus mengalir tanpa henti-hentinya. Sumelika menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan sekarang, dia berusaha sekuat tenaga untuk mengarahkan senjata trisulanya yang sakti ke kuntilaki tersebur. Dengan susah payah, akhirnya Sumelika bisa berdiri dan melesatkan senjata trisulanya itu ke jantung kuntilaki.
Semut siluman itu menggeliat dan melesat ke arah Sumelika untuk mematuk keningnya, Sumelika menghindar dengan cepat sebelum semut itu mematuk dirinya. Sumelika gelagapan, dia takut akan dipatuk oleh semut tersebut."Sssstttt! Percuma saja kau menghindar dariku, aku akan terus melesat bagaikan trisulamu itu dari sisi ke sisi yang lain, huahahaha!"Sumelika menelan ludahnya sendiri, dirinya semakin takut dengan sosok yang sangat berbahaya ini. Dia mencoba untuk melarikan diri, tak melawannya, akan tetapi semut siluman tersebut malah terus mengejar Sumelika kemanapun ia berlari.Sumelika berusaha untuk tenang, dia berusaha fokus untuk mengarahkan trisulanya pada sasarannya yaitu kepala semut siluman. Dengan mengucapkan bismillah, akhirnya trisula yang dipegang oleh Sumelika melesat di kepala semut siluman itu yang menjadikan semut siluman menjadi butiran abu. Sumelika lega, lalu mengucapkan hamdalah lagi, bukti ungkapan rasa syukur k
"Maksudnya apa, Syah? Rin?" tanya Sumelika sebari menengok ke wajah Aisyah dan Rindu.Rindu menarik napasnya dengan berat, lalu menghembuskannya pelan-pelan, dia mempersiapkan diri untuk memulai menceritakan kedok Bu Iis yang sebenarnya kepada Sumelika. Sumelika awalnya tak percaya, akan tetapi dia mulai mengingat sesuatu yang membuatnya yakin akan penuturan Rindu dan Aisyah. Sumelika mengingat bahwa beberapa siluman penjaga pos terus saja menyebut-nyebut nama Bu Iis sebagai penambah ucapan makiannya kepada Sumelika, hingga besar kemungkinan bahwa selama ini Bu Iis hanya berpura-pura baik saja di depan Sumelika untuk mendapatkan keistimewaan-keistimewaan beserta rahasianya juga.Kelicikan dari Bu bu membuat hati Sumelika yang bersih nan lembut menjadi luluh, ucapan manis Bu Iis ternyata penuh kepalsuan. Dia berbaik hati kepada Sumelika hanya karena ingin mengincar apa yang dimiliki Sumelika, Sumelika benar-benar tak nyangka. Bu Iis ternyata diam-diam menjad