Beranda / Sci-Fi / Another Side of EARTH / Catatan Kedua : Memori

Share

Catatan Kedua : Memori

Penulis: Ditarina
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-15 16:38:32

Jalanan di tahun 2050 tak terlalu ramai, hanya beberapa Flying Skate saja yang nampak masih melayang di gelapnya malam. Setelah alat teletransporter ditemukan, mereka lebih memilih menggunakan itu. Meski masih ada manusia yang sadar akan kesehatannya hingga rela jalan kaki agar tetap terjaga kebugaran tubuhnya. Ini wajar dilakukan oleh mereka yang memang terlahir secara murni melalui rahim seorang ibu.

Sangat berbeda denganku yang lahir di laboratorium saat masa transisi. Manusia buatan sepertiku daya tahan tubuhnya lebih baik. Bahkan aku tak akan cepat menua seperti mereka yang terlahir alami.

"Aah... sampai juga di rumah. Halo W115, aku pulang!"

"Selamat datang kembali, Tuan Artemis. Mau saya buatkan teh hangat?"

"Tidak, W115! Buatkan kopi hitam saja untukku."

W115 adalah robot rumah tangga disini sekaligus sahabatku juga. Selama rumah ku tinggalkan, dia yang mengurus semuanya. Terdengar suara guntur dari luar. Ah...hujan lagi! Tapi di masa ini hanya ada hujan buatan termasuk sinar mataharinya. Sebab tak mumgkin sinar matahari bisa menembus kaca Dome yang teramat tebal ini. Hujan alami yang kurasakan terakhir kali saat aku berumur 8 tahun.

"Silahkan ini kopinya, Tuan. Sepertinya ada tamu diluar. Biar saya bukakan saja pintunya."

Tamu? Memang tadi samar kudengar suara bel rumah berbunyi. W115 segera membuka pintu. Hampir saja aku menyemburkan kopi yang kuminum saat mendengar siapa yang datang.

"Tuan Putri Serenada!"

"Ternyata ini rumahmu ya, Artemis. Hm... memang orang yang dipercaya ayahku itu rumahnya lebih besar dari yang lainnya."

Aku hanya mematung saat Tuan Putri Serenada mengamati sekitar. Rumahku memang lebih luas, itulah perbedaan yang punya jabatan dengan orang biasa. Rumah ini memang fasilitas yang diberikan untukku selama bekerja di Laboratorium Utama sebagai Arkeolog.

"Jadi, sedari tadi kau mengikutiku?"

"Yup! Aku selalu penasaran dengan apa isi rumah orang yang punya jabatan. Hm... ada patung kuno disini. Lalu benda aneh disana. Yup! Kesimpulanku rumahmu seperti penampungan sampah."

Penampungan sampah katanya? Benda yang ada disini tidak ku dapatkan dengan mudah. Termasuk dapat saat bekerja. Aku menyukai benda kuno yang tak pernah ada di masa sekarang. Setiap koleksi disini memiliki nilai seni tersendiri. Begitu mudahnya Tuan Putri Serenada menyebutnya sebagai "sampah".

"Oke, Tuan Putri sudah cukup tur keliling rumahku. Sekarang sudah malam dan waktunya istirahat."

"Hei, kau mengusirku!"

"Harusnya aku yang marah tadi! Kenapa benda-benda disini dikatakan sampah?"

"Kan memang sampah! Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi."

"Tuan Artemis, perhatikan kata-kata anda. Dia Tuan Putri...."

"Aku manusia dan punya perasaan! Tentu saja sikap dan kata-katanya buatku marah. Sembarangan dia menyebut ini semua sampah!"

"Oh, Artemis bisa marah rupanya? Aku kesini ingin memberitahumu sesuatu hal. Ayo ke kamarmu, sekarang!"

Amarahku mulai mereda, meski sebenarnya masih kesal juga. Memang seperti inilah aslinya Serenada. Suka memancing emosi, biasanya aku bisa menahannya. Tapi kata-katanya kali ini memang keterlaluan!

Aku menaiki tangga bersama Tuan Putri Serenada. Kamarku ada di lantai dua. ID di lengan kiri kudekatkan pada alat scan dan pintu kamarku pun terbuka.

"Baiklah, mungkin kau tidak akan percaya akan apa yang aku tunjukkan padamu kali ini."

***

Tuan Putri Serenada mengeluarkan benda tipis kecil yang disebutnya sebagai memori penyimpanan data. Dia menemukannya dari salah satu alat yang kami temukan. Sebelum dihancurkan, ia mengutak atik alatnya dan menemukan benda itu.

"Ya, lalu apa bagusnya?"

"Isinya, Artemis!"

"Kita tidak punya alat yang bisa digunakan untuk membuka isi data didalamnya."

"Aku ada ini!"

Sebuah benda berbentuk kotak dengan berbagai macam bentuk lubang di sampingnya. Aku belum pernah tahu benda apa itu. Tuan Putri Serenada menjelaskan padaku bahwa itu adalah alat khusus milik Dova. Ia mengambilnya saat Dova sedang sibuk melakukan sesuatu.

"Apa kau mencurinya dari laboratorium? Tuan Putri macam apa ini, suka mengambil barang yang bukan miliknya!"

"Aku hanya mengambilnya eh bukan meminjamnya lebih tepatnya."

"Kau memang tidak berubah sejak dulu!"

"Ssh...tidak ada waktu lagi! Aku sudah memutar ini di kamarku. Untung saja ayahku tidak ada. Kau harus mendengarnya sendiri, Artemis."

Memori itu kemudian dimasukkan ke alat tadi. Terdengar suara yang tidak begitu jelas di awal. Alat ini tidak mengeluarkan gambar sama sekali, padahal ada lensanya untuk memproyeksikan sebuah gambar. Mungkin data yang tersimpan hanyalah suara.

***

Haloo...

Haloo...

Aku membuat rekaman ini sebelum semuanya menghilang. Ini akan menjadi saksi sejarah. Aku menyaksikannya sendiri. Bumi tidak seutuhnya hancur.

bzz..zzzt

Tidak...tidak seutuhnya. Ini hanya akal-akalan Tony Rodger. Agar dia bisa menjadi pemimpin. Dome...zzt... dan semuanya hanya buatannya.

Bzzz...

Aku mencoba untuk mengembalikan keseimbangan alam di Bumi. Lihat saja...bzzzzzz

***

"Apa maksudnya? Nonsense mengembalikan bumi seperti yang dulu! Apa ini bentuk konspirasi untuk membelot ayahmu? Suara itu menyebut nama ayahmu juga."

"Ya awalnya aku juga berpikir begitu, Artemis. Tapi aku masih penasaran dengan Dome. Apa ini semua palsu? Lalu kita ini hidup dimana selama ini?"

"Kalau ini bukan bumi tentu bentuk kita akan berbeda. Gravitasi tiap planet berbeda dan akan mempengaruhi bentuk makhluk didalamnya."

"Aku mencurigai sesuatu, Artemis."

Wajah Serenada mendekat kepadaku. Membuatku harus menjaga jarak.

"Apa itu?"

"Ada dunia lain dibalik Dome ini."

"Ya, tapi kurasa itu hanya daerah kering dan beracun. Sangat tidak ramah untuk manusia!"

"Tapi bagaimana jika orang yang merekam suara tadi sudah melakukan semuanya. Sudah mengembalikan keseimbangan alam seperti yang dia katakan."

"Itu mustahil, Serenada!"

"Bagaiamana jika kita bertaruh, Artemis? Kalau kau yang benar aku akan menurutimu apapun. Tapi kalau...."

"Maaf, aku tidak suka taruhan! Lagipula ini pelanggaran bagi kita menembus Dome. Robot penjaga bisa menghapus data kita."

"Dengarkan kali ini saja, Artemis! Aku tidak memintamu untuk menembus Dome. Tapi kalau memang diperlukan ya apa boleh buat?"

Aku hanya mendengus kesal. Tapi, Serenada memaksaku untuk mau mengikuti misinya yang tidak jelas sama sekali. Kesempurnaan sudah ada di dalam Dome. Apalagi yang mau dicari?

"Hidup terlalu sempurna itu membosankan! Aku sudah merasakan kemudahan sejak kecil. Itu sebabnya kenapa aku memilih pekerjaan yang saat ini kujalani."

"Dova tahu akan hal ini?"

"Aku rasa tidak! Tapi entah kalau dia diam-diam ikut mencari tahu tentang hal ini. Tenang, ada orang yang sama penasarannya sepertiku. Masih ingat Novan?"

"Hm... ya dia yang lebih dulu lulus dari sekolah itu kan? Memang kuakui dia jenius."

"Dia yang akan ikut memecahkan misteri kehidupan di luar Dome ini bersama kita. Eh, itupun kalau kau mau juga."

Mataku melotot tak percaya. Novan bukan anak yang nakal sewaktu sekolah. Dia sangat patuh dengan aturan. Rasanya aneh kalau dia tiba-tiba ikut penasaran dengan dunia diluar Dome.

"Jadi bagaimana, Artemis?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Another Side of EARTH   Catatan Dova : Misi Malam Pertama

    Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t

  • Another Side of EARTH   Catatan Keseratus Tujuh Puluh Lima : Sisi Lain Hatiku

    Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.

  • Another Side of EARTH   Catatan Keseratus Tujuh Puluh Empat : Kita Tak Perlu Lagi Menyembunyikannya

    Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem

  • Another Side of EARTH   Catatan Keseratus Tujuh Puluh Tiga : Si Misterius Wanara

    Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat

  • Another Side of EARTH   Catatan Keseratus Tujuh Puluh Dua : Saat Semuanya Semakin Kacau

    "Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel

  • Another Side of EARTH   Catatan Keseratus Tujuh Puluh Satu : Kebangkitan yang Kedua

    "Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status