Share

Part 24: Tertembak

Author: ETI KUSMAWATI
last update Last Updated: 2025-08-22 23:08:12

"Sekarang, apa yang harus kulakukan?" Zora memutar tubuhnya di tengah teriknya matahari menyapa, matanya menyapu area sekitar yang diliputi kesunyian mencekam.

Tidak satu pun kendaraan melintas, tak ada tanda keberadaan orang-orang. Tempat ini nyaris seperti lukisan mati tanpa sentuhan kehidupan. Kesunyian yang mengelilingi Zora hingga ia meragukan bahwa dirinya sedang berhalusinasi.

Ia menghela napas kasar, rambutnya yang lurus tergerai acak-acakan, pipinya tertoreh luka sayatan yang nyaris kering membuat Zora merasakan pipinya seolah ditarik oleh benang kasar. Rasa sakit tidak membuatnya berhenti berpikir.

Sekali lagi Zora mengamati sekelilingnya, iris matanya yang tajam menangkap sosok yang menyerangnya, masih menggeliat dan merintih kesakitan dalam sisa nyawa mereka yang tertinggal. Mereka memegangi luka yang masih mengucurkan darah merah pekat tanpa henti membasahi aspal.

Zora sengaja tidak mengakhiri mereka, hidup mereka akan menjadi kunci jawaban dari pertanyaan Zora dari
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 26: Mimpi

    Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu cukup lama, Satya akhirnya sampai di rumah sakit.Tepat di depan lobi mereka disambut oleh beberapa dokter yang siap dengan perannya masing-masing.Setelah mendapatkan pertolongan pertama, Zora langsung dibawa masuk ke ruang IGD. Satya dengan setia menemaninya sampai akhir, ia benar-benar tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang yang diarahkan padanya. Beberapa dokter yang mengenali dirinya merasa heran kenapa seorang Direktur terlihat sangat berantakan, dan ikut berlari bersama mereka mendorong tandu bersama mereka. Namun satu hal yang terlintas dipikiran para dokter, bahwa orang yang akan mereka tangani adalah orang yang sangat penting bagi Satya. Fakta itulah yang membuat semua dokter yang merawat Zora semakin fokus dan penuh dengan kehati-hati selama mereka berlari dan hingga sampai ke ruang IGD.Dengan rambut acak-acakan, kemeja penuh bercak darah Satya menghela napas kasar. Dia sudah tidak peduli lagi dengan penampilannya.“T

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 25 : Penyesalan

    'Sial, aku lengah...' batinnya, getir."Ukhhh..." ringisnya Zora, suara nyaris tak terdengar. Darah mengucur deras dari luka di sisi kanan perutnya. Telapak tangannya berusaha aliran darahnya, tapi itu sia-sia cairan merah kental yang hangat itu terus mengalir, menodai kemeja putih polosnya yang tidak lagi bersih. Dengan sisa tenaganya, ia mendongak. Pandangannya buram tapi ia masih bisa melihat Satya sudah mendekat dan berlutut di depannya.“J-jangan.. jangan mendekat. Bodoh, kau bisa ikut tertembak…” tak lagi memiliki tenaga untuk bicara, kata-kata Zora terhenti di ujung lidah, terkubur bersama rasa sakitnya. "G-gea." panggil Satya. Suaranya Satya gemetar, ia menunduk perlahan hingga berlutut di sisi Zora, tangannya ikut menekan luka Zora mencoba membantu untuk menghentikan darah yang mengalir tak terkendali. Saat tangannya bersentuhan dengan tangan gadis yang terkulai lemas dengan wajah pucat di depannya, tangannya tidak berhenti gemetar, rasa dingin dari tubuh gadis itu membua

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 24: Tertembak

    "Sekarang, apa yang harus kulakukan?" Zora memutar tubuhnya di tengah teriknya matahari menyapa, matanya menyapu area sekitar yang diliputi kesunyian mencekam. Tidak satu pun kendaraan melintas, tak ada tanda keberadaan orang-orang. Tempat ini nyaris seperti lukisan mati tanpa sentuhan kehidupan. Kesunyian yang mengelilingi Zora hingga ia meragukan bahwa dirinya sedang berhalusinasi. Ia menghela napas kasar, rambutnya yang lurus tergerai acak-acakan, pipinya tertoreh luka sayatan yang nyaris kering membuat Zora merasakan pipinya seolah ditarik oleh benang kasar. Rasa sakit tidak membuatnya berhenti berpikir. Sekali lagi Zora mengamati sekelilingnya, iris matanya yang tajam menangkap sosok yang menyerangnya, masih menggeliat dan merintih kesakitan dalam sisa nyawa mereka yang tertinggal. Mereka memegangi luka yang masih mengucurkan darah merah pekat tanpa henti membasahi aspal. Zora sengaja tidak mengakhiri mereka, hidup mereka akan menjadi kunci jawaban dari pertanyaan Zora dari

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 23 : Penyerangan

    Kaca mobil hampir pecah akibat pukulan, memperlihatkan retakan-retakan halus yang siap meledak menjadi serpihan-serpihan tajam. Zora memutar sorot matanya dengan tajam, masih belum menemukan sesuatu yang bisa dijadikan senjata untuk melawan.Rasa penyesalan menghampiri hati Zora, penyesalan terbesar yang menggerogoti dirinya. Ia ceroboh, menjadi terlena dalam kehidupan yang tampak normal dan cerah hanya dalam waktu 1 bulan. Seharusnya ia tidak pernah melupakan bayangan kehidupan gelapnya yang penuh darah.Nafas berat masih bergema di sebelahnya, mengisyaratkan bahwa Satya belum sepenuhnya kehilangan kesadarannya. Namun, kedipan matanya semakin lambat dan terasa berat, rasa sakit di dahinya seakan menusuk dan menjalar diseluruh bagian kepalanya.Darah yang keluar dari luka di dahinya terus mengalir tak terbendung, menyusul saat Zora merobek lengan kemeja putih polos yang ia pakai untuk menutupi luka tersebut. Setelah memberikan pertolongan pertama, ia kembali fokus mencari objek yang b

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 22 : Penyerangan

    Saat keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, terlihat dari kejauhan seorang yang berlari dengan tergesa-gesa menghampiri Satya.Dengan nafas tersengal-sengal dia memperlambat langkahnya saat mendekati Satya. Wajahnya memerah dipenuhi keringat karena kehabisa nafas, ditambah rasa lelah yang membuat nafasnya tidak beraturan."I-ini pak, s-saya berlari kesini secepat mungkin." ucap Dani sekertaris Satya dengan suara yang terbata-bata, terdengar seperti orang yang kesulitan bernapas. Dia menarik nafas dalam-dalam untuk mengurangi rasa lelahnya yang berlebihan. "Kerja bagus." puji Satya merasa puas dengan usaha sekertarisnya itu. Dia memang mengancam akan memotong gajinya, jika ia tidak tepat waktu mengantarkan kunci mobil dan ponsel genggam milik Satya."K-kalah begitu apa saya boleh kembali kekantor? Pekerjaan saya sudah menumpuk." mohon Dani dengan wajah memelasnya. "Baiklah, jangan hubungi aku jika tidak ada urusan yang penting." pesan Satya, melambaikan tangannya untuk menyuruh

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 21 : Darah Satya Mendidih

    Seakan tidak terjadi apa-apa, Zora memasuki lift. Masih memegang tangan Johan, dia menekan tombol lantai 1. Mengabaikan Satya yang menatapnya dengan tajam, membuat jantung Zora berdetak tidak karuan. Entah mengapa dia merasa seperti telah tertangkap basah telah mencuri sesuatu. "Lepaskan tanganku." bisik Johan, Ia merasa tak enak karena di belakangnya ada Satya yang tidak mungkin wajahnya tak dikenali oleh Johan.Zora tak bergeming, dia tak menggubris bisikan pelan dari Johan yang berusaha membebaskan diri dari cengkraman tangannya yang semakin kuat."Padahal tanganmu sekecil ini, kenapa cengkramannya sangat kuat." kesal Johan. Dia menggeliat melepaskan tangannya dengan kasar.Zora yang tangannya di hempas begitu saja tersentak kaget, pikirannya yang fokus pada Satya tiba-tiba memudar.Dia melihat Johan yang menatapnya dengan bingung, lalu dia tersadar bahwa di lift itu juga ada Satya dan Andika yang masih melihatnya. Berbeda dengan dengan Satya yang matanya menyiratkan amarah, Andi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status