Home / Urban / Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua / Bab 8. Amira di Lecehkan

Share

Bab 8. Amira di Lecehkan

Author: C_heline
last update Last Updated: 2023-06-17 23:05:23

Kedua kalinya suara tawa Riko mengudara. Betapa menggelitik baginya kekukuhan pendirian Amira, yang seolah menganggap bahwa Ramon itu adalah orang yang paling baik baginya.

“Amira, sadarlah. Ramon itu monster. Tidak ada yang betah berada di dekatnya. Lihat saja sekarang, istrinya, orang-orang terdekatnya bahkan putranya di ambil Tuhan darinya. Karena apa? Karena Tuhan merasa menyesal telah menciptakan orang seperti–”

Plak!

Sebagian ucapan Riko kembali tertelan, sebab tamparan yang dilayangkan Amira. Jari telunjuk gadis itu mengacung tajam, sambil mengancam,

“Jaga ucapanmu! Tidak ada yang berhak mendikte takdir seseorang termasuk kau!”

Riko mendengus, mengusap pelan pipi kanannya. Sementara Ramon, bergeming. Tidak ada ekspresi juga reaksi. Laki-laki itu hanya memakukan tatapannya pada kepala bagian belakang Amira. Hanya itu yang bisa dia lihat.

“Aku sudah bilang padamu, bukan? Salahku menanggapi perintah. Salahku tidak menelaah baik-baik titah atasanku. Jadi tolong, pergi dari sini secepatnya. Aku bahkan bisa bertindak lebih dari pada ini,” lanjut Amira, mengancam.

Riko tak terima. Matanya menyorot tajam wajah tegas di atas kepala Amira. Dendam yang sedari dulu memang sudah tertanam, kembali tumbuh. Kali ini, bukan karena pencapaian, juga tentang kekuasaan. Namun ... Perempuan. Riko tidak bisa menerima begitu saja, jika harus kalah lagi dari Ramon.

“Apa yang kau pikirkan? Kau takut kalau kali ini kau kalah lagi?” ujar Ramon sadar akan tatapan Riko. Riko mendesis pelan. “Bawa saja dia. Kali ini aku tidak akan mempertahankan apa yang kau inginkan dariku,” lanjut Ramon, sambil mendorong lagi tubuh Amira.

“Pak!” Suara gadis itu menekan. Ramon tak menanggapi.

“Kenapa kau hanya diam? Segera bawa sampah ini bersamamu dan jangan pernah kembali lagi.”

Riko segera merambat tangan Amira, mencoba membawa perempuan itu mengikuti langkahnya. Namun, lagi-lagi Amira menepis, merasa muak.

“Pak Ramon, tolong jangan seperti ini. Aku salah! Aku tidak memahamimu sejak awal. Aku minta maaf,” sergah Amira, menatap penuh wajah Ramon.

“Baiklah. Anggap aku memberimu satu kesempatan. Ini perintah dariku. Pergi bersamanya dan lakukan apa yang dia mau. Jelas?”

Kerutan dahi Amira benar-benar tercetak sempurna. Dadanya kembali terasa sesak, merasa dilecehkan berkali-kali oleh laki-laki yang tadinya akan menjadi ayah mertuanya. Tanpa sadar, air mata itu menjejaki wajah Amira, sambil terus menatap begitu dalam pahatan wajah Ramon.

“Baiklah. Kalau itu memang perintah untukku, akan kulakukan.”

Di belakang sana, ada Riko yang merasa menang. Amira sudah dia incar sejak malam itu. Bukan apa-apa, kecantikan Amira menjadi alasan Riko mengenyahkan kebenciannya terhadap Ramon, dan menginjakkan kaki lagi di lantai milik musuhnya ini.

“Kenapa tidak dari tadi saja? Kau bahkan tidak harus menerima perkataan buruk dari Ramon kalau sejak awal kau mau pergi denganku,” celetuk Riko.

“Tunggulah di luar. Aku akan keluar sebentar lagi,” sahut Amira, memberitahu.

Riko menurut. Kini ruangan itu hanya diisi dua orang yang sedang menatap dengan dendam masing-masing. Amira belum bisa terima, bagaimana cara Ramon memperlakukan juga menuduhnya sebagai pembunuh.

“Pak, sebenarnya apa alibimu sampai yakin kalau aku yang membunuh putramu? Dari mana kau memastikan hal itu, Pak?” tanya Amira, meminta penjelasan.

“Jangan mengungkit hal yang sudah selesai. Sebaiknya kau pergi, atau kulenyapkan kau di sini!” Ramon masih tetap kukuh pada pendirian.

“Selesai katamu? Kau tahu seberapa besar aku mencintaimu Dired? Kau tahu bagaimana caraku memperlakukannya?! Kau tahu seberapa besar impian kamu berdua di masa depan? Apa kau tahu semua itu, Pak?! Dired banyak bercerita tentangmu padaku. Tentang seberapa besar kasih sayangmu, cintamu, dan juga perhatianmu padanya. Tapi satu hal yang sangat kusayangkan, aku lupa bertanya apakah ayahnya sungguh-sungguh menyayanginya atau hanya terobsesi semata karena kenyataan ayahnya seorang laki-laki yang angkuh itu tidak alibi semata!” cerca Amira, sambil berderai air mata.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Tangannya bergetar. Membahas tentang mendiang sang kekasih, rupanya masih menyayat hatinya.

“Sudah cukup omong kosongmu? Sekarang keluar! Tinggalkan tempat ini sekarang juga!” hardik Ramon.

“Aku tidak akan pergi, sebelum kau –”

Plak!

Ego menutup logika, hingga tangan kekar itu lagi-lagi menyakiti perempuan yang sama. Ini kedua kalinya tangan Ramon menyakiti Amira. Gadis itu bahkan terpental, tersungkur. Dahinya kembali berbekas, terbentur sudut meja yang tumpul.

“Aku sudah memberimu kesempatan untuk hidup. Aku sudah memperlambat ajalmu. Tapi lihat caramu bicara dan mengajari bagaimana harusnya aku mencintai anakku. Seolah-olah kaulah yang paling mengerti dia. Apa kau sadar? Kau hanya benalu yang tidak tahu malu. Kau lebih mirip wanita jalang! Caramu merayu dan membawa Riko ke sini, sudah cukup membuktikan kalau putraku juga terobsesi pada tubuhmu!” caci Ramon, tanpa filter. Wajahnya memerah dengan urat-urat leher yang tercetak.

Rasa sakit di pukul, di cambuk, juga dicampakkan, ternyata tidak sebanding dengan ucapan Ramon kali ini. Sesak di tenggorokan juga dalam dadanya, benar-benar tidak ada obatnya. Jangankan menyangkal untuk membela diri lagi, tenaganya sudah lebih dulu habis sebab perkataan yang melebihi tikaman.

Amira hanya bisa menangis sambil berdiri. Dia sesekali tersenyum miris. Sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu, Amira menatap nanar sebentar wajah Ramon seakan merutuk laki-laki itu lewat tatapan, lalu berlalu pergi. Sementara Ramon yang sedari tadi sudah mengepal tangannya, beralih menghempaskan semua barang-barang yang ada di atas meja kerjanya. Entah kenapa, dadanya ikut sesak tepat saat melepas tatapan nanar Amira.

Ramon seolah bisa merasakan kepedihan yang Amira rasakan. Sejenak dia sadar, tentang ucapannya yang benar-benar di luar batas.

Namun, kenyataan bahwa ada orang yang berdalil, mengaku kaki tangan Amira, menjadi satu-satunya alasan laki-laki itu tidak akan mengubah keputusan meski rasa simpati itu muncul begitu saja.

**

“Terbanglah ke Nepal. Aku sudah menyiapkan pasport juga uang tambahan,” ucap Farah seraya meletakkan amplop di atas meja.

“Kau bilang ini hanya sebatas pengakuan bohong saja. Tapi lihat sekarang, si brengsek itu merebut satu kakiku. Dan sekarang kau menyuruhku kabur? Apa kau sedang bercanda denganku, Farah?”

Farah mendesis, muak. “Jack, jangan mulai lagi. Kita sudah sepakat untuk membuat semua ini sederhana.”

Laki-laki itu mendengus. “Ini tidak sederhana, Farah! Aku kehilangan kakiku! Apa kau pikir aku akan hidup tenang setelah ini?”

Fara memukul meja di depannya. Mata hazel bergores abu-abu itu menatap nyalang pada sosok laki-laki yang duduk di depannya berbeda meja bundar.

“Jack, aku sudah memberimu keringanan. Kau tahu? Kau bisa saja kehilangan satu kakimu lagi kalau akhirnya Ramon tahu kau hanya orang suruhan. Aku berbuat ini demi kau, Jack. Jadi turuti apa yang kukatakan, jika kau masih mencintai dirimu juga ... keluargamu,” tegas Farah, lalu tersenyum miring.

“Jangan ganggu keluargaku! Aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai itu terjadi!” Pria itu balik mengancam.

“Baiklah, aku tidak akan menyentuh mereka, asal kau menyepakati perjanjian ini. Pergi dan hilanglah dari kota ini sebentar, setelah semuanya aman kau bisa kembali dan berbuat sesukamu. Apa kau paham?”

Jack hanya bisa mendesah, tak ada pilihan. Jika pun berontak, semua itu akan sia-sia. Anak dan istrinya bisa saja jadi sasaran Farah, oknum yang sudah menyuruhnya berbohong di hadapan Ramon.

Jack akhirnya meraih amplop berisi uang juga paspor di atas meja. Namun, tiba-tiba saja dia teringat sesuatu yang janggal.

“Tapi, Farah, siapa pelakunya? Aku bahkan tidak tahu yang mana korbannya di sana.”

Farah juga ikut bingung. Dia mengerutkan dahi, memikirkan hal yang sama. Jika bukan dia yang membunuh Dired, lantas siapa?

“Aku juga sedang mencari tahu itu. Aku yakin, ada satu orang lagi yang menciptakan api setelah dipanaskan oleh Ramon dan Dired. Tapi siapa?” gumam Farah.

**

Pesan singkat mengambang di jendela pemberitahuan. Ramon yang terlihat ogah-ogahan menatap layar persegi itu, memilih mengabaikan. Tidak akan dia bebani kepalanya dengan sesuatu yang tidak penting lagi. Dired sudah tidak ada, jadi tidak ada hal-hal yang harus merebut atensinya termasuk pesan singkat barusan.

Memilih abai dan melanjutkan aktivitasnya yang tengah membaca perkembangan perusahaannya, kali ini aktivitas itu dijeda oleh panggilan video yang masuk.

Mau tak mau, tangannya meraih ponsel dan mendapati nama Riko di sana.

Sebelum menggulir untuk menjawab, Ramon tiba-tiba saja teringat akan Amira. Bagaimana gadis itu pergi dari hadapan, juga bagaimana dia melayangkan kata-kata kacau itu.

“Halo, Ramon. Kenapa kau tidak membaca pesanku? Padahal aku sudah sangat antusias untuk menunjukkan padamu betapa indahnya sesuatu yang baru saja aku berikan. Ah ... aku jadi lupa berterima kasih padamu tadi pagi. Kalau begitu, terima kasih, Teman Lamaku.”

Panggilan itu terputus. Ramon hanya mendengar tanpa membalas. Detik kemudian, pesan itu pun merebut penuh atensinya. Meski ragu, namun ibu jarinya tetap membuka.

Pesan itu berisikan beberapa foto. Setelah mengunduh, dan meninjaunya, tiba-tiba saja Ramon melemparkan ponselnya sambil mendesis,

“Riko Brengsek!”

Foto yang baru saja di kirim adalah foto Amira yang sudah dibuat setengah sadar. Entah apa yang Riko lakukan pada gadis itu, namun Amira sudah tergeletak di atas ranjang dengan dress yang tersingkap separuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 101. Ending ~ Season 2

    Setelah kepergian Selena yang memberikan luka yang begitu dalam pada Amira, gadis itu pun dipaksa harus kuat menghadapi kenyataan. Pesan yang diberikan oleh Selena bukanlah pesan yang biasa. Pesan yang dikirim lewat surel tepat itu, menyatakan kalau dirinyalah yang harus terus memegang kendali Metta. Baru Amira sadari, bahwa ayah yang saat ini dia panggil sebagai ‘Ayah’ ternyata bukanlah ayah kandungnya. Mark menikahi Selena setelah Selena bercerai mati dengan suaminya dan telah mengandung Amira usia tiga bulan. Hal itulah yang membuat Amira yakin tidak akan merelakan perusahaan yang dibangun sepenuhnya oleh ibunya juga dengan bantuan mantan kekasihnya yang sudah tiada. Sesuai perjanjian kemarin, Mark memerintahkan Amira untuk mengadakan rapat. Pertemuan yang akan mengumumkan lagi pengalihan saham dari Amira pada Kevin. Amira menyetujui untuk melakukan pertemuan, namun tidak ada yang tahu kalau Amira tidak akan pernah memberikan apa yang Mark dan Kevin harapkan. Amira sempat me

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 100. Rama Punya Perasaan Lain

    “Amira tidak akan datang lagi, Pak. Anda hanya akan membuang-buang waktu berharga Anda untuk yang tidak pasti. Berhentilah menyakiti dirimu hanya karena seorang wanita. Terlalu berlebihan rasanya kekecewaan yang kau hadapi ini hanya untuk perempuan asing sepertinya,” kata Rama membujuk Ramon. Berulang kali Rama mencoba membantu Ramon bangun dari duduknya, namun tetap saja bosnya itu tidak berkutik.Ramon tetap enggan untuk memperbaiki posisinya yang duduk selonjoran tak tentu arah. Penampilan yang semula rapi dan menawan, kini berantakan penuh luka. Terlihat jelas bagaimana Ramon memendam rasa sakit yang dalam sebab kenyataan yang menimpanya. “Dia sudah berjanji tetap akan datang padaku. Lantas di mana dia sekarang? Kenapa aku tidak bisa menemuinya untuk meminta janjinya?” ucap Ramon lirih. Matanya mulai sendu menatap harap pada Rama. Sementara itu, Rama hanya bisa menahan sesak dalam dadanya seolah ikut merasakan kekecewaan yang dirasakan Ramon. “Sudahlah, Pak. Ayo bangun. Se

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 99. Kepergian Selena

    Amira gagal mengejar Rama untuk kembali membahas hal yang belum sepenuhnya paham. Panggilan dari pihak Rumah sakit membuatnya memilih untuk menunda kembali hati yang telah kalut. Kakinya menjauh berjalan berlawan arah dengan keberadaan Ramon. Selena dikabarkan mengalami masa kritis. Penyakit yang sudah dia derita sejak dulu ternyata sudah menggerogoti. Tidak ada lagi kesempatan untuk pengobatan sebab waktu yang singkat juga racun yang menempel sudah terlalu banyak.Amira tiba dengan napas yang terengh engah. Matanya membulat ketika medapati wajah sang ayah juga Kevin yang sudah memucat. Belum lagi keadaan kedua lakilaki itu yang berantakan dengan mata sembab. Apa yang Amira pikirkan? Kenapa dia justru ikiut merasakan hal yang sama bahkan sebelum dia tahu apa yang terjadi.“Ayah, bagaimana keadaan Mama? Dia baik baik saja, bukan?” tanya Amira lirih.Mark dan Kevin menatap secara bersamaan. Berbeda dengan Kevin yang masih menatap Amira dengan tatapan sendu seolah ingin melepaskan kesed

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 98. Berakhir

    Amira menggeleng beberapa kali, mencoba meyakinkan kalau semuanya ini tidaklah benar. Hitungan detik setelah kepergian Rama, Amira segera bangun dari duduknya dan menatap lamat pada pahatan wajah Kevin yang kali ini enggan untuk menatapnya. “Kau berbohong padaku, Kevin. Kau curang!” tegasnya, bergetar. “Amira, hentikan! Nada suaramu tidak pantas menyebut Kevin seperti itu. Kau itu calon istrinya. Bersikap sebagaimana layaknya!” tegur Mark justru geram. Tatapan tajam penuh kekecewaan pada dua bola mata Amira berpindah pada sang ayah. Matanya memanas dan tak tahan untuk tak menjatuhkan air mata. Dadanya terus saja bergetar, menahan debar-debar emosi yang hendak meluap. “Sejak kemarin, ah tidak, sejak dulu aku sangat menginginkan seorang ayah ada didekatku. Kupikir akan sangat menyenangkan jika itu terjadi. Tapi hari ini, semua ekspektasiku itu hancur begitu saja. Semua hal yang inginku bagi dengan ayah, tidak sesuai apa yang seharusnya. Ayahku tidaklah menginginkanku. Dia hanya pedul

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 97. Keputusan Yang Sulit

    Mark benar-benar dibuat kacau atas kejadian yang baru-baru ini terjadi. Dari masalah tentang Namina yang kembali hadir, juga tentang Kevin yang tahu bahwa dia hanyalah anak angkat, dan tidak lupa juga masalahnya dengan sang istri yang sempat tidak sependapat, hingga dilarikannya Selena ke Rumah sakit sebab riwayat penyakit yang dirinya tidak pernah ketahui. Semua hal itu sungguh memberikan efek samping yang besar pada kepalanya. Dan pagi ini, kala dirinya akan berangkat menemui sang istri, salah satu CEO Metta datang dan mengatakan apa yang terjadi kemarin. Mendengar kabar kematian Dired sempat membuatnya tercengang, namun lebih terkejut lagi kala dia mendapati ada pihak ketiga yang tahu tentang saham di perusahaannya yang sepenuhnya memang bukan miliknya. Arghhhh! Mark berteriak frustrasi. Dia menghempaskan apa pun yang tampak di depan mata, hanya demi memenangkan segala amarah yang melanda. “Kenapa semuanya terasa memuakkan? Siapa yang sebenarnya ingin menjatuhkanku?” gumamn

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 96. Serangan Rama

    Ramon mendengar tentang keadaan buruk yang menimpa pimpinan Metta sekaligus ibu kandung Amira. Sempat berpikir untuk tidak mengikuti hatinya untuk berkunjung, namun tetap saja kepala dan hati saling bertentangan hingga dia memutuskan untuk datang sekadar memberi rasa empati. Sayangnya, niat hati ingin membangun sebuah hubungan yang baik, justru luka dalam hatinya bertambah. Tidak ada lagi luka yang lebih menyakitkan dari pada melihat sang kekasih hati sedang bercumbu dengan laki-laki lain. Amira tidak menyadari kedatangan Ramon sama sekali. Yang ada dalam benak Amira hanyalah bagaimana cara mengakhiri semua ini dan kembali pada Ramon. Dalam kecupan yang dilayangkan dan sempat dibalas olehnya tersemat penyesalan juga rasa benci untuk diri sendiri. Amira semakin mengutuk dirinya karena sudah berpaling dari Ramon. Amira harap ini adalah yang terakhir dan tidak akan ada yang kedua dan seterusnya. Dan harapannya yang terakhir hanyalah bisa kembali bersama Ramon dalam keadaan yang baik-ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status