Share

Identitas Ashraf

Ashraf hanya mematung ditempatnya saat kata-kata menyakitkan itu terlontar begitu saja dari mulut perempuan yang dia cintai. Benar jika dia memiliki perasaan khusus pada Xiao Jiang, anak satu-satunya dari pemimpin Blair Fulton. Sedangkan kedudukannya di tempat itu hanya sebagai tukang pukul, memangnya dia tidak berhak memiliki rasa cinta?

"Jangan buang-buang waktu hanya untuk masalah perasaan Ashraf, karena itu tidak penting. Apalagi jika kau berharap dariku," ucap Jiang kemudian pergi meninggalkan Ashraf seorang diri.

Sepeninggal Jiang, Ashraf hanya bisa tersenyum getir. Di tempat ini dia justru diperlukan seperti sampah.

"Bisa-bisanya mereka bertindak seperti ini padaku?" Ashraf menyunggingkan senyum miring.

Setelah itu dia pergi dari ruang kerja Tuan Lan, sepanjang koridor bangunan utama markas Blair Fulton banyak orang yang statusnya lebih tinggi dari Ashraf memandang sinis ke arahnya. Karena memang pekerjaan sebagai Tukang Pukul di kelompok mafia itu merupakan pekerjaan rendahan. Orang-orang seperti itu hanya memerlukan kekuatan besar saja sebagai modal mereka bertahan di dunia mafia.

"Ashraf!" Panggil seorang perempuan cantik dengan setelan blazer monokrom. Perempuan itu muncul dari balik pintu salah satu ruangan.

Ashraf menghentikan langkahnya, dia menoleh dan tersenyum sekilas. "Ada apa Yoriko?" tanyanya ramah.

Ya, nama perempuan itu adalah Yoriko. Lebih tepatnya Yoriko Hiraya, perempuan asli Jepang sekaligus salah satu teman dekat Ashraf di Blair Fulton. Yoriko juga orang yang cukup tahu banyak tentang Ashraf, termasuk latar belakang pria itu.

"Ck! Ashraf, mau sampai kapan kau mau di injak-injak begini hah?" todong perempuan itu dengan nada yang tidak santai.

Kening Ashraf berkerut, "Apa maksudmu?"

Yoriko memperhatikan sekeliling, lalu dengan cepat menarik tangan Ashraf agar mengikutinya. Yoriko membawa Ashraf masuk ke salah satu ruangan yang cukup sempit dan terpojok. Hal itu dia lakukan agar tidak ada yang mengetahui ke mama mereka berdua pergi, sebab di markas besar Blair Fulton keamanannya sangat ketat.

"Apa yang ingin kau katakan Yoriko, kenapa harus ke sini?" tanya Ashraf begitu mereka ada di dalam sebuah ruangan.

Yoriko mendecik, dia mengusap wajahnya kasar. "Ashraf, sudah cukup! Kau tidak perlu lagi ada di tempat ini. Orang-orang Blair Fulton hanya menindas mu, lebih baik kau keluar dari organisasi mafia ini sekarang juga!" tegas Yoriko.

Hal itu tentu di tentang keras oleh Ashraf, mana bisa hanya karena ucapan orang-orang tak bermoral dia menyerah begitu saja.

"Tidak! apa kau sudah gila, kenapa tiba-tiba memberiku saran seperti itu?" Ashraf jelas tidak suka, dia menggeleng cepat.

"Aku sudah muak mendengar orang-orang di tempat ini mengejek dirimu Ashraf, orang-orang bilang kalau kau hanya Tukang Pukul." Yoriko memulai sesi curhatnya.

Keduanya memang cukup dekat, karena itu Yoriko lekas meluapkan uneg-unegnya begitu bersama Ashraf. Tapi bukannya marah seperti dirinya, Ashraf malah mengangguk membenarkan.

"Memang itu benar Yoriko, aku adalah tukang pukul di kelompok mafia ini. Tukang pukul, alias algojo dan eksekutor utama di Blair Fulton." Ashraf berkata bangga. Ada senyuman manis terbit di wajahnya yang perpaduan antara ras Indonesia dan Korea Selatan.

"Tapi mereka merendahkan mu! mereka selalu mengolok-olok dirimu Ashraf, tidakkah kau muak?" tanya Yoriko geram.

"Tidak, karena tujuanku datang ke sini bukan untuk mengurusi mereka semua. Aku punya tujuan sendiri di Blair Fulton, jadi kau tenang saja." Ashraf menepuk pundak Yoriko dua kali.

Wajah gadis cantik itu malah masam mendengar jawaban Ashraf. Sudah hampir dua tahun mereka berdua ada di kelompok mafia bernama Blair Fulton itu. Selama itu pula banyak sekali perilaku kurang menyenangkan dari orang-orang Blair Fulton. Baik dari anggota maupun pimpinan mereka sendiri.

"Ashraf! akan lebih baik kalau kau keluar dari sini dan biarkan aku saja yang mengorek informasi di sini, jujur saja aku muak dengan mereka." Yoriko berkata tegas.

Ashraf menaikkan sebelah alisnya, "Jika kau muak kenapa tidak kau saja yang keluar dari sini Yoriko?"

"Aku bisa bertahan di sini kapan saja sampai informasi yang kau butuh ku dapatkan. Tapi aku tidak akan membiarkan mu dihina saat ada di tempat ini!" Yoriko memberikan penekanan pada setiap kalimatnya.

Ashraf paham apa yang ada di dalam pikiran Yoriko, gadis itu memang selalu memikirkan kepentingan dirinya tanpa memperdulikan diri sendiri. Ashraf beruntung dan bersyukur atas hal itu, tapi dia juga merasa sangat terbebani.

"Yoriko dengarkan aku, kita harus sabar. Karena sedikit lagi kita bisa dapatkan informasi yang kita inginkan," jelas Ashraf.

"Sampai kapan? mereka tak pernah membiarkan kita bersantai layaknya manusia Ashraf! Tuan Lan dan putrinya itu tidak tahu waktu, mereka menganggap kita hewan yang terus menerus diperintah bekerja!" Yoriko kesal, dia benar-benar meluapkan emosinya.

Ashraf diam, apa yang dikatakan oleh Yoriko adalah kebenaran. Tuan Lan dan Xiao Jiang memang seperti itu, mereka memperlakukan para bawahannya seperti hewan. Mereka tidak memanusiakan para anggotanya.

"Jika mereka tahu siapa kau yang sebenarnya, maka semua orang-orang di tempat ini pasti akan bertekuk lutut padamu Ashraf," tutur Yoriko dengan nada yang tegas.

"Ku harap kau tidak bertindak gila Yoriko," tegas Ashraf. Dia juga mengacungkan jari telunjuknya mengarah pada Yoriko.

"Apa kau takut? Tenang saja Ashraf, aku tidak akan pernah melakukan apapun yang bisa merugikan dirimu," jawab Yoriko dengan tenang.

Ashraf menghela nafas berat, dia memijit pelipisnya perlahan. Waktu yang mereka habiskan di tempat ini tidak sebentar, dan apa yang ingin Ashraf cari belum juga dia dapatkan hingga detik ini.

"Sekali lagi aku tegaskan Ashraf, akan lebih baik kau keluar dari Blair Fulton dan biarkan aku yang mencari informasi di sini." Yoriko kembali mengulang inti percakapan mereka.

Ashraf menoleh dan memberikan tatapan menusuk, "Jika aku berkata tidak, itu berarti tidak Yoriko. Apa kau tidak mengerti bahasa manusia?" tanyanya.

"Aku tahu dan paham, tapi aku juga tidak tega melihat keadaan mu di sini. Jika orang tuamu masih hidup, mereka pasti tidak akan membiarkannya." Yoriko berkata ringan, dia tak sadar kalau apa yang dia katakan barusan bisa menyinggung perasaan Ashraf.

Saat sadar, Yoriko lekas menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Ya Tuhan!apa yang sudah ku katakan," batinnya.

"Jika mereka masih hidup tentu aku tidak akan ada di sini Yoriko, karena tujuanku bertahan di Blair Fulton adalah mencari informasi tentang kematian kedua orang tua ku." Ashraf berkata lirih, nadanya rendah tapi penuh dengan penekanan.

Bayangan masa lalu berkelebat begitu saja di pelupuk mata Ashraf. Hari di mana dia merasa dunia telah runtuh menimpanya, saat orang tuanya pulang dalam keadaan tak bernyawa.

"Apapun akan aku lakukan untuk memberikan keadilan pada orang tuaku, termasuk dengan mengobrak-abrik Blair Fulton!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status