Share

Ashraf: Penguasa Terakhir
Ashraf: Penguasa Terakhir
Penulis: Shofi Nur Hidayah

Penghinaan Luar Biasa

“Jadi Ashraf menyelamatkan gadis itu? Untuk apa dia melakukannya!” Tukas pria bertubuh gempal dengan wajah garang sambil menggebrak meja, dia kesal.

Pria itu adalah Xiao Lan, pria asli China yang menjadi pemimpin kelompok mafia Blair Fulton.

Salah satu anggota Blair Fulton yang menjadi mata-matanya mengangguk membernarkan. Informasi yang dia berikan itu tidak pernah kaleng-kaleng. Semuanya adalah kebenaran, dan anehnya dari kebenaran itu lah dia justru kena semprot oleh majikannya.

“Saya juga tidak tahu untuk alasan apa tuan Ashraf melakukan hal itu,” jawabnya dengan kepala yang tertunduk.

Seorang gadis cantik dengan penampilan modis yang ada di ruangan itu ikut geram, tapi bukan pada kabar yang dibawa utusan. Melainkan dengan ayahnya yang melampiaskan kekesalannya pada anggotanya sendiri.

“Ayah! Berhentilah memarahi dia, lagi pula bagus dia membawa informasi yang penting. Meskipun ayah tidak suka,” tukas gadis bernama Xiao Jiang dengan cepat, dia bersidekap memandang malas ke arah Xiao Lan yang sedang berdiri memunggunginya.

Pria paruh baya itu tengah menatap kota Kungmin dari ketinggian kediamannya. Tangannya mengepal kuat-kuat, menahan amarahnya yang bisa saja meledak kapan saja.

“Cih! Ashraf bodoh itu malah memperumit situasi. Seharusnya keluarga Henderson sudah habis di lalap api, tapi dia malah menyelamatkan keturunannya. Ashraf itu bodoh atau idiot!” Xiao Lan menggertakan giginya.

“Mungkin saja dia tidak tahu siapa yang dia selamatkan ayah, mana mungkin Ashraf akan bertindak gegabah begitu.” Xiao Jiang membela Ashraf terang-terangan.

Xiao Lan yang akrab di panggil Tuan Lan itu menoleh, dia menatap sang putri tidak mengerti. Ada juga manusia yang bisa berpikir positif dengan mudah sepertinya.

“Otakmu ini terbuat dari apa Xiao Jiang, kenapa isinya hanya hal-hal positif saja!” Tuan Lan mengacak rambutnya frustasi, dia kemudian duduk di samping Xiao Jiang dan menyandarkan tubuhnya di sofa.

Menyadari kalau Tuan Lan sudah jauh lebih terkontrol emosinya, Xiao Jiang memberikan kode pada utusan ayahnya untuk keluar dari ruang kerja sang ayah.

Tanpa perlu di perintahkan dua kali utusan itu sudah pergi terbirit-birit. Dia pasti takut dan tremor membayangkan hukuman apa yang dia dapatkan karena membawa informasi yang dibenci Tuan Lan.

“Bahan dasar otakku dan otak ayah itu sama saja karena selain kita berhubungan darah kita juga makhluk hidup dengan jenis yang sama!” Xiao Jiang menjawabnya asal, dia malah asik menuang minuman dengan kadar alkohol tinggi di gelasnya.

Dengan sekali tenggak Jiang menikmati minuman haram itu masuk membasahi kerongkongannya.

“Kau ini pandai sekali berbicara Jiang,” sindir Tuan Lan. Dia melirik putrinya yang tengah menikmati minumannya.

Jiang mengangguk semangat dan tersenyum lebar. “Karena itu ayah juga harus bisa menirunya!”

Tuan Lan mengerutkan keningnya tidak mengerti, dia mengira Jiang sudah kehilangan kesadaran karena minuman itu.

“Kau mabuk Jiang, kata-kata mu ngawur!” Tuan Lan hendak meraih berkas yang ada di atas nakas. Namun gerakannya terhenti karena Jiang menahannya.

“Aku tidak lemah dengan minuman seperti ini ayah, yang aku katakan juga bukan omong kosong.” Jiang mengatakannya dengan penuh penekanan.

“Apa yang kau maksud Jiang?” Tuan Lan mengalah, dia mengembalikan lagi berkas itu ke tempat semula dan menatap wajah Jiang lebih serius.

Di saat yang sama Jiang bertepuk tangan dua kali, itu adalah kode agar tangan kanan gadis itu masuk ke ruang kerja sang ayah. Tak lama seorang pria muda dengan wajah yang tegas dan tubuh tinggi tegap memasuki ruangan. Pria itu menundukkan kepalanya memberi hormat terlebih dahulu pada Tuan Lan dan Jiang.

"Selamat malam Tuan Lan, Nona Jiang." Pria muda itu memberi hormat.

Kening Tuan Lan berkerut, dia tampak tidak suka dengan kehadirannya. Tapi Jiang menyadari hal itu dan segera menyikut lengan sang ayah.

"Ashraf, jelaskan bagaimana caramu menyelesaikan misi kita. Blair Fulton membutuhkan pemikiran cemerlang mu kali ini," tutur Jiang yang sepenuhnya perintah pada pria bernama lengkap Ashraf Samar Anand itu.

Tuan Lan tak terima, dia berteriak keras. "Untuk apa kita mendengarkan omong kosong dari Tukang Pukul sepertinya? dia tidak lebih dari pekerja rendahan Jiang."

"Di Blair Fulton tidak ada istilah kasta ayah, dan semua orang punya kedudukan yang sama. Mau itu tukang pukul atau pimpinannya, karena kita bekerja di dunia hitam. Dunia mafia, kasta tidak dibutuhkan di sini!" Jiang memberikan penekanan pada ucapannya.

Tuan Lan hanya diam, dia terpojok atas ucapan putrinya sendiri. Di saat itu lah Juang tersenyum dan memberikan kesempatan pada Ashraf menjelaskan apa yang ada di pikirannya.

Ashraf beringsut mendekati Tuan Lan, dia lebih seirus dari sebelumnya.

“Tuan Lan kita harus pandai memainkan kata-kata, kali ini kita akan bermain cantik dengan keluarga Henderson itu,” ucap Ashraf dengan nada yang tenang dan dingin.

Kata 'bermain cantik’ tampaknya terlalu asing bagi Tuan Lan, dia terbiasa bermain dengan brutal pada musuh-musuhnya. Tuan Lan yang sejak muda terbiasa dengan dunia mafia dan segala isinya tentu tidak biasa menghabiskan waktu untuk sebuah tujuan.

“Jangan bertele-tele Ashraf, aku tidak suka dengan caramu bekerja itu!” Tuan Lan blak-blakan.

“Aku tahu Tuan, tapi kali ini kita harus melakukannya. Orang-orang yang licik seperti mereka tentu tidak mudah jika dihadapi dengan kekerasan fisik saja. Kita perlu rencana yang matang dan membuat mereka masuk ke dalam jebakan yang sudah kita perbuat, dengan begitu semua masalah akan selesai hingga ke akar-akarnya!” Ashraf menjelaskannya panjang lebar.

Tuan Lan tampak berpikir sejenak, memang benar orang-orang licik seperti yang dia hadapi sebagai musuh itu perlu di tumpas hingga ke akar-akarnya. Dia sudah sangat jengah menghadapi orang-orang tengik.

“Kalau begitu apa yang akan kau lakukan?” tanya Tuan Lan dengan nada yang serius dan tatapan matanya yang tajam.

Ashraf tersenyum gembira, ini adalah hal baik yang dia tunggu-tunggu. Pemimpin tertinggi Blair Fulton akan memberikan apresiasi yang bagus atas kerja kerasnya. Dengan begitu Ashraf bisa mendapatkan pengakuan dari para anggota Blair Fulton yang lain secara resmi.

“Kita perlu membuat mereka semua terkecoh lebih dulu Tuan, ini mungkin akan terasa membosankan. Tapi Henderson dan sekutunya tidak hanya mati saja, tapi mereka akan mendapatkan hukuman yang menyedihkan di dunia ini.” Ashraf menyeringai.

“Jadi kau akan menyiksa mereka lebih dulu? Kenapa tidak culik saja keluarga itu?” Tuan Lan tidak mengerti rincian rencana Ashraf. Dia hanya paham atas garis besarnya saja.

“Tidak bisa Tuan, itu terlalu mudah. Kita akan membuat mereka membayar apa yang sudah diperbuat dengan adil. Itu memang akan kita lakukan tapi bukan dengan tangan kita,” jelasnya.

Tuan Lan menyeringai, dia mulai paham apa yang direncanakan anak buahnya.

“Jadi kau akan mempermalukan mereka lebih dulu?” tanya Tuan Lan sambil tertawa.

“Ya, benar sekali Tuan!”

Tuan Lan menghela nafasnya berat, ini memang hal yang sepele bagi setiap mafia. Mengganti sistem dan cara penyerangan serta berubah haluan karena pimpinan yang baru. Tapi jujur saja Tuan Lan masih tidak yakin dengan inovasi rencana dari putri dan tangan kanannya.

“Semoga saja rencanamu berhasil Ashraf, aku akan mendukungnya dari belakang,” Ucapnya sambil mengusap-usap lengan panjang milik Ashraf dan berlalu.

Setelahnya dia pergi meninggalkan Ashraf dan Jiang yang masih bergulat dengan pikiran mereka di ruang kerjanya.

Bagi Ashraf ini adalah kasus yang mudah, dia bisa saja membantai habis orang-orang itu tanpa keraguan.

“Terima kasih kau sudah mau memberi ku kesempatan Nona Jiang," ucap Ashraf dengan nada yang ramah.

Jiang hanya mengangguk samar, "Jangan senang dulu Ashraf, karena aku membantumu hanya karena aku membutuhkan otak cerdas mu. Bukan karena aku yang bersimpati padamu!"

Ashraf membulatkan matanya, jadi ini niat sebenarnya dari Xiao Jiang padanya. Padahal Ashraf rela melakukan apa saja demi perempuan itu.

"Tapi nona--"

"Tidak ada kata tapi Ashraf, kau pikir aku akan membalas perasaan dari orang rendahan seperti mu?" Jiang menatap dengan tatapan menilai.

Kata-kata Jiang sangat tajam dan melukai hati Ashraf, hanya karena dia yang menjadi algojo sekaligus eksekutor di kelompok mafia itu. Apa dia tak pantas untuk di hargai, termasuk dengan perasaanya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status