Share

#2. Asmaranya

*Asmara adalah sebuah perjalanan cinta atau sebuah hubungan yg terjalin atas dasar perasaan ketertarikan terhadap lawan jenis. Atau sebuah pengalaman tentang perasaan tertarik terhadap lawan jenis. Atau pengalaman sebuah hubungan denga lawan jenis atau PeDeKaTe atau Pacaran.*

Tubagus Rio Prosojo. Perasaan baru yang timbul dalam hidupnya di kala Ia masih berusia SD kelas 6, Yaitu perasaan ketertarikan terhadap lawan jenis atau teman perempuan.

Rani Tri Purnasari, gadis cantik teman satu kelas yg rambutnya selalu di kuncir dan berponi, ialah gadis yg membuat Rio merasa ingin dekat dan selalu dekat dengan dirinya. Perasaan ini beda dengan teman biasanya, Perasaan ini begitu baru dirasakan hati Rio.

Berawal dari bangku semester akhir kelas 5 SD dan seorang guru bernama Suyono yg memberi Tugas Kelompok Membatik. Kemudian di bercandai/diledeki/di Ceng-cengin/dijodoh-jodohin teman-teman satu kelasnya. Lalu, timbullah secara tiba-tiba perasaan ingin dekat dan selalu dekat dengan Rani di batin Rio.

Ketika itu, di suatu pagi di sekolah Rio kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung dengan mata pelajaran Kesenian. Pak Suyono, guru mata pelajaran kesenian memberikan tugas kepada kelas Rio untuk membatik. 

Karna keterbatasan alat, yaitu Wadah Malam(cairan lilin untuk membatik) yang hanya ada 15 buah, sedangkan di kelas tersebut ada 30 anak murid, yang terdiri dari 13 anak perempuan dan 17 anak laki-laki. Pak Suyono memberi arahan kepada muridnya untuk membuat kelompok, yang terdiri dari 2 orang dalam 1 kelompok, agar semua murid sama rata dalam menggunakan alat kerja untuk mengerjakan tugasnya.

Semua murid memilih sendiri, siapa yg akan dijadikan teman kelompoknya, bebas.

Dengan otomatis kelompok-kelompok ini seperti menjadi regu, yaitu regu laki-laki dan regu perempuan. Karena, murid laki-laki memilih teman yg laki-laki dan murid perempuan memilih temannya yg perempuan.

Namun, ada yg ganjil di regu laki-laki dan regu perempuan itu. Regu laki-laki ada kelompok yang beranggota 3 orang dan di regu perempuan pun ada kelompok yang beranggota 3 orang.

Mungkin karena malu, 1 orang di setiap kelompok ganjil tersebut tidak mau dan enggan untuk membuat kelompok baru. Akhirnya, Pak Suyono lah yg memutuskan untuk menunjuk sendiri salah satu anggota diantara kelompok-kelompok ganjil tersebut dan membuat kelompok baru agar semua rata.

Kelompok terdiri dari 2 orang dan alat kerja terpakai rata. Terpilihlah Rio Prasojo dan Rani Purnasari untuk menjadi kelompok baru. Setelah itu, dimulailah Tugas Kelompok Membatik yg terdiri dari 15 kelompok dengan 2 orang di setiap kelompoknya.

Rio dan Rani menjadi kelompok paling beda dari kelompok yang lain, karna hanya kelompok merekalah yang beranggota laki-laki dan perempuan.

Dari Tugas Kelompok Membatik itulah Asmaranya dimulai. Dari tugas membatik tersebut, teman-teman kelas Rio selalu ngecengin/jodoh-jodoin Rio Prosojo dan Rani Purnasari. Sering kali di banyak kesempatan, di lingkungan Sekolah Dasar, Rio Prosojo selalu mendapat ledekan dari teman-temannya,

      "Cie... Rio pacarnya Rani Ciee.." 

       "Rio di cariin Rani tuh...Ciee..."

       "Rio, dapet salam dari Rani" .

Hal serupa juga di alami oleh Rani Purnasari, Ia juga sering di ledeki teman temannya disekolah,

        "Cie.. Rani jadian nih sama Rio ciee" 

         "Ciee...Jodoh.. Ciee" 

          "Rani, dapet salam dari Rio"

Ledekan seperti itu hampir setiap waktu di dengar dan diterima oleh Rio dan Rani di lingkungan sekolah. 

Rio Prasojo, Bocah ramah nan riang ini tak pernah marah terhadap ledekan-ledekan dari teman-temannya tersebut. Setiap ledekan yang Ia terima dari temannya, selalu saja dengan santai Ia tanggapi, "haha.... apa sih, nanti Rani nangis loh kalian cengin terus".

Sampai pada suatu ketika, Rio menemukan banyak tulisan yang di buat oleh teman-temannya yg berbunyi, ''RIO LOVE RANI'' dan 'RIO CINTA RANI'' di banyak tempat : dari bangku sekolah, dinding sekolah, batang-batang pohon, jalanan tanah bahkan di buku dan tas Rani.

Hingga suatu hari, tulisan 'RIO CINTA RANI" di buku dan tas Rani itu membuat Rani Purnasari menangis di ruang kelas tersebut dan disaksikan oleh teman-temannya yg lain.

Melihat teman satu kelasnya, yaitu Rani Tri Purnasari menangis, Rio merasa kasihan dan iba kepada Rani. Apalagi, ada nama Rio yg jadi salah satu sebab Rani jadi bahan ledekan dan menangis. Hal itu membuat Rio langsung emosi untuk pertama kalinya.

Rio marah, mukanya merah, matanya melotot, Kencang Ia berteriak dan memaki semua temannya yg ada di ruang kelas tersebut dengan nada tinggi. Ia juga mengajak berkelahi semua teman satu kelasnya. Namun, entah karna teman-teman Rio tidak berani atau merasa bersalah, tapi semua teman di kelas itu diam, Ruang kelas menjadi hening, mendadak mencekam karena nada-nada tinggi amarah Rio.

Beberapa saat kemudian, ruang kelas tersebut kembali sedikit cair, setelah guru mereka Pak Suyono masuk ke kelas untuk memberi pelajaran.

Pak Suyono kaget, baru beberapa langkah dari pintu masuk ruang kelas melihat Rani yg menangis dan Rio yg berdiri di depan dengan wajah yang merah. Sekita itu, Pak Suyono langsung berhenti melangkah di tengah (diantara pintu dan meja guru) dan bertanya kepada Rio,

Pak Suyono : " Rio, ada apa ini ? kenapa Rani menangis? apa yg kamu lakukan ke Rani?".

Dengan mencoba santai dan wajah yg masih merah Rio menjawab, memberitahu dan melaporkan hal-hal yang di lakukan teman-temannya, terhadap Rani, juga terhadap Rio sendiri. Ia menjelaskan dengan jujur kepada Pak Suyono. 

Setelah mendapat jawaban dari Rio, Pak Suyono bertanya ke semua muridnya di ruangan itu,

Pak Suyono : "Apa benar yg di katakan Rio ini Anak-anakku semua?",

Dengan serentak, semua anak murid di ruang kelas itu menjawab, "Benar pak". Mendengar itu, Pak Suyono menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari menghela nafas panjang. Dan menenangkan Rani serta Rio.

Lalu, Pak Suyono memberitahu dan mengedukasi seluruh muridnya untuk saling menyayangi, tidak boleh saling menyakiti, tidak boleh meledek, mengolok-olok atau memBully sesama teman maupun orang lain.

Disuruhlah semua anak murid meminta maaf kepada Rani dan Rio.

Hari berganti,

Setelah kejadian itu, tak ada lagi yg mengejek atau memperolok Rio dan Rani. Hari-hari mereka di sekolah kembali damai, sama seperti sebelum terjadi tragedi Tugas Kelompok Membatik Pak Suyono di hari sebelumnya.

Setelah kejadian itu pula, Rani berucap terima kasih kepada Rio dan bahkan ngobrol dengan Rio. Karna setelah Tugas Kelompok Membatik itu, Rani selalu menjauh, menghindar dan bahkan melirik Rio pun tidak pernah. Rio pun terkadang menghindar dari Rani, karena setelah Tugas Kelompok Membatik itu, apapun yg dilakukan dan diucapkan Rio kepada Rani, sedikit pun Rani tidak pernah menanggapi Rio. Rio seperti tak pernah dianggap ada oleh Rani. Tapi kini, semua berubah setelah tangisan Rani pecah di bangku kelas 5 SD itu.

Kini Rani tak lagi malu, tak lagi menghindar, tak lagi ragu untuk bercanda dengan Rio. Bahkan di banyak kesempatan setelah tragedi itu, Rani sering memulai obrolan kecil dengan Rio, Ia seperti memberi perhatian lebih kepada Rio.

Dan Rio, Ia merasa seperti mengenal orang yg baru di kelasnya. Karna Rani tak pernah sedekat, sepercaya diri, seriang dan seberani ini dengan teman laki-laki, apalagi dengan dirinya. 

Di kala sebelum terbentuknya kelompok di Tugas Kelompok Membatik pun Rani masih gadis yg biasa saja, pemalu dan cenderung tertutup dengan teman laki-laki, tak seperti Rani saat ini.

Rio dan Rani semakin akrab, teman-temannya pun sudah tak seperti dulu yg selalu mengolok-olok mereka, tak hanya dengan Rio keakraban Rani kini ke semua temannya lebih dekat.

Kenaikan kelas.

Dengan seragam yg sama, teman-teman yang sama dan lingkungan yang sama, namun ruangan baru dan Wali Kelas yang baru di Kelas 6 Sekolah Dasar.

Hari demi hari Rio jalani seperti biasanya, namun setelah kejadian Tragedi Tugas Kelompok Membatik dan kenaikannya di kelas 6, Ia merasakan sesuatu yg kurang dari hari-harinya di sekolah. 

Rio seperti kesepian atau bosan, Ia nampak tetap ceria dan riang bercengkrama dengan teman-temannya. Namun di sisi lain, Ia selalu teringat momentum ketika Rani mengucapkan terimakasih, Rio selalu teringat senyum-senyum Rani yg sering Rani lemparkan kepada Rio di banyak kesempatan setelah kejadian Tragedi Tugas Kelompok Membatik waktu itu.

Rio selalu teringat Rani, walaupun setiap hari bertemu, tapi dalam hatinya Rio sangat ingin ngobrol, bercanda dan bercengkrama dengan Rani, hanya dengan Rani berdua saja selalu. Sebab, Rio merasa, setelah Ujian Kenaikan Kelas dan kepindahannya di kelas 6 ini Rani tak lagi seperhatian, sedekat dan seakrab waktu itu.

Rio bingung dengan perasaannya, Ia kadang bergumam dalam batinnya, "ada apa ini? kenapa tiba-tiba selalu ingin dekat Rani!?".

Namun Rio masih Rio, bocah yg riang dan pemalu. Di kelas dan sekolahnya, Rio selalu memperhatikan Rani di setiap kesempatan, Ia tak pernah melewatkan kesempatan untuk mencari perhatian atau sekedar memandangi dari jauh, apabila ada Rani di sekitarnya.

Namun, Rio selalu malu untuk memulai obrolan dengan Rani. Ia pendam perasaan yg ingin selalu dekat dengan Rani.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status