Home / Romansa / Asmara dan Pancaroba / #1. Tubagus Rio Prasojo

Share

Asmara dan Pancaroba
Asmara dan Pancaroba
Author: Kusnan Semi

#1. Tubagus Rio Prasojo

Author: Kusnan Semi
last update Last Updated: 2021-07-22 02:43:03

"Kalau bukan karna kaya, mana Mungkin Rani mau menikah dengnnya", gumam Rio dalam kesendirian.

Di Sabtu yg malang, Rio menatap hujam dalam kesendirian menyambut gundah.

Pesan dari orang yg selalu ia dambakan, mematahkan semangatnya untuk sekedar menghancurkan turet.

Aktivitas bermain Game-nya berhenti seketika mendapat pesan telegram dari Rani.

"Selamat Malam, Mas Rio."

'Raani...', Rio membatin. Segera ia beralih meninggalkan gim dan membuka telegram.

Rio selalu semangat ketika ada sesuatu yg berhubungan dengan Rani; ia selalu menunggu apa pun tentang Rani. Baginya, Rani adalah Prioritas utama.

"Hai... , Ran. Malam. Belum tidur?", balas Rio. berharap balasan.

"Belum, Mas. Masih dalam tugas hehehe"

"Besok 'kan hari minggu, Ran. Rajin sekali kamu. Memang idaman hehe. Semangat, ya, Bu Guru"

"Hehe iya, Mas. Makasih"

"Oiya, Mas. Rani mau ngasih undangan ke Mas. 3 Minggu lagi Rani nikah., Ya, Mas. Undangan terbatas, mas, Cuma yg bener-bener deket dan penting yg kami undang. termasuk Mas Rio"

" Ini, Mas. *Link Undangan Online* "

kilat menyambar. guntur menggelegar. hujan makin deras. angin makin kencang.

Rio kaget, ia melemas. Batinnya ambyar. Gelisah Bergejolak dalam hatinya. 'kenapa? kurang apa? bagaimana?' menggeliat di benak Rio, ingin ia utarakan, tapi tak bisa.

Dalam kondisi batin kacau balau, Rio tetap membalas dengan sahaja seolah baik-baik saja.

"Wahh... Selamat, Ran. Akhirnya... . Baik, Aku akan datang"

Digletaknya handphone, Rio menjauh. Menuju gelap, membuka jendela.

"KENNAAPAAAA...?", Teriak Rio memaki malam.

" DUARRRR "

"DUAARRRRR"

"DDDUUUUARRRR", Lantang Malam menjawab, menggelegar.

Seolah sedang bermimpi rio menampar pipinya sendiri, berulang.

PLAAKK...

PLLLAAAAKK..

PLAAKK...

"ayo bangun. ini mimpi 'kan?", ucapanya.

Rio tak menyangka dengan kabar yg diterimanya malam ini. Sebab, Sudah sedari Sekolah Dasar Rio dekat dengan Rani. hampir separuh kenangan dalam hidupnya tercipta oleh dan dengan Rani.

DDUUUUARRRRRRR

DUAAARRRR....

Alam malam menyadarkan Rio dengan caranya. Ia kembali ke tempat dimana handphonenya berada.

Layar handphone Menyala, memberitahukan ada pesan masuk di telegarm --dari Rani-- , Rio melirik lalu menghiraukan.

Alam malam seolah memberi wahyu pada Rio seketika. Rio tau apa yg sedang ia butuhkan saat ini: Tembakau.

Pelan, Rio berjalan menuju dapur.

3 sendok bubuk kopi ia tuangkan ke dalam gelas. Tanpa gula, dengan sadar ia tambahkan air panas ke dalam gelas ukuran 450ml berisi kopi itu.

Menuju Teras, Rio siap menyambut gundah.

Tepat di tahun ini, usianya 24 tahun. Pemuda desa yg sering di panggil Rio, oleh orang-orang yg mengenalnya. Lajang, profesinya adalah Karyawan Kontrak di sebuah Percetakan milik swasta.

Usia dewasa. Bagi seorang Rio, dewasa adalah ketika tahu batas dan prioritas untuk diri sendiri, dalam banyak hal ketika akan melakukan sesuatu di dunia ini. Meski, sedikit banyak ketika prosesnya, harus menahan sedih, ikhlas dan bahkan mungkin kekecewa yg musti dilalui. Karna sesungguhnya, hidup adalah belajar dan berproses.

Berproses. Tentang asmara, karir dan kehidupan. Dulu, saat Ia masih berusia remaja, yang Ia tahu tentang hidup ini hanyalah bermain, sekolah dan cinta. Namun, ketika Ia beranjak dewasa, pikirannya tentang hidup kala itu adalah salah.

Kini dewasanya, Rio berpikir, bahwa harus ada yg diprioritaskan dan harus ada yg di korbankan, entah tentang dirinya atau perasaannya. Banyak hal yang musti di pertimbangkan kini.

Rio sadar, kisah cintanya yg sudah Ia alami mulai dari bangku Sekolah Dasar sangat berbeda jauh dengan apa yg Ia alami seiring bertambahnya usia. Yg kini, usianya sudah menginjak tahun ke 24.

Dulu, Ia berpikir, bahwa cinta tak butuh biaya. Sekarang, Ia berpikir, bahwa biaya dan cinta adalah satu kesatuan yg musti bisa diselaraskan.

Dewasanya menyadarkan, bahwa hidup tak melulu tentang cinta dan wanita. Akan tetapi, hidup tanpa cinta dan wanita, bagaikan sayur tanpa garam, terasa hambar terasa tak lengkap.

Kisah asmaranya berawal dari bangku Sekolah Dasar, dan kebertemuannya mengenai biaya atau kebutuhan hidup berawal ketika Ia lulus SMK. Di usia 24 tahun kini, Ia sangat berusaha menemukan serta menyeimbangkan keduanya, demi keberlangsungan hidup dirinya di dunia ini.

Tubagus Rio Prasojo, Sering dipanggil Rio Prasojo ataupun Rio. Tubagus Rio Prasojo adalah anak desa yang biasa-biasa saja, datang dari keluarga yang sangat biasa-biasa saja pula. Rio tumbuh di lingkungan pedesaan, yang dimana bertani adalah sumber mata pencaharian penduduk mayoritas di desa tersebut, begitupun keluarga Rio. Dari lingkungan desa yg masih sangat menjujung Tata Krama, Guyub, Rukun dan ber-adat budaya baik tersebutlah Rio tumbuh dengan sifat ceria, riang, sedikit pemalu, akan tetapi mudah berbaur dengan sosial masyarakat yang lain, dan tentu saja berani.

Seperti anak desa pada umumnya, Rio juga sering membantu kedua orang tuanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah, seperti : menyapu, mengurusi ladangnya, sampai mencari pakan ternak untuk 4 ekor kambingnya (1 betina, 2 jantan dan 1 anakan).

Sang ayah, selain mengandalkan hasil ladang, juga berprofesi sebagai tukang bangunan. Sementara sang ibu, menjual jajanan ringan (Gorengan dan Kue-kuean) produksi sendiri di rumah.

Setiap pagi, Ibu Rio menjajakan dagangannya persis di teras depan rumahnya. Terkadang ada juga tetangga atau orang lain yg memesan khusus untuk dijadikan hidangan sebuah acara mereka.

Bersama 2 adik kembarnya, yaitu Chandra Septiani Prasojo (P) dan Chandra Septian Prasojo (L), mereka tak jarang membantu atau sekedar menemani ibunya memproduksi dan menjual jajanan tersebut.

Tubagus Rio Prasojo kecil bersekolah di sebuah Sekolah Dasar (SD) di dekat rumah yg berjarak kurang dari 15 menit, apabila ditempuh dengan jalan kaki dari rumahnya.

Rio memiliki banyak teman asyik dan baik, pun dengan guru-guru yang baik pula di sekolahnya. Oleh karenanya, Ia tak pernah ragu dan selalu sangat bersemangat untuk berangkat sekolah, walau harus berangkat sendiri jalan kaki setiap hari.

Rio pernah diantar oleh orang tuanya ke sekolah, namun hanya sampai kelas 2 SD. Karna Ayahnya sudah harus berangkat bekerja seusai subuh, dan Ibunya sibuk mengurusi 2 adik kembarnya dan pekerjaan rumah. Setelah kelas 3 SD, Rio selalu berangkat sendiri ke sekolah.

Setiap pagi, seusai sarapan nasi goreng dan bakwan masakan sang Ibu, Rio berangkat ke sekolah dengan wajah yg riang dan langkah yang pasti.

Di bangku Sekolah Dasar, Rio termasuk anak yg rajin dan pandai, walau tak pernah masuk ranking 10 besar di kelasnya, tapi setidaknya Ia sering masuk 15 besar di ranking kelasnya, dari total 30 anak murid di kelas tersebut.

Ke-Rajinan dan juga semangat Rio tak pernah membuatnya sampai tinggal kelas. Meskipun, ada beberapa temannya yg tinggal kelas dan selalu saja ada teman baru di kelasnya karena kakak kelasnya ada yg tinggal atau tidak naik kelas. Hal itu tak mempengaruhi Rio dalam bersekolah.

Rio selalu ceria di sekolah, senyumnya tak pernah lepas dari wajah tampannya. Hanya bemain dan belajar yang selalu Ia pikirkan dan lakukan di sekolah di setiap harinya. Sampai suatu ketika, di bangku kelas 6 SD ada hal-hal yg membuat pikiran dan hatinya terganggu, yaitu Wanita dan Perasaannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Asmara dan Pancaroba   #28. Hari Kelulusan

    Tiba di jam pengumuman. Rio dinyatakan Lulus dari SMP-nya. Senang bukan main hati Rio, setelah mengetahui masa-masa SMP sudah benar-benar berakhir.Begitu juga dengan semua Anak Murid di SMP itu, semua mengekspresikan kegembiraan dengan cara mereka masing-masing, sebab semua murid kelas 3 di SMP itu dinyatakan Lulus 100%.Beberapa diantaranya, ada yg mengekpresikan kegembiraan dengan sujud syukur, ada juga yg berteriak dan lompat-lompat. Namun, hal sama dilakukan semua murid ketika itu adalah mencoret-coret baju mereka dengan pilox yg sudah mereka siapkan dan tanda tangan dari teman satu ke teman yg lain menggunakan Spidol Permanen.Setelahnya, masing-masing dari mereka mencari teman akrab mereka, untuk merayakan kelulusan ataupun sekedar mengobrol. Begitupun dengan Rio, setelah bercengkrama dengan Robi dan teman satu ruang kelasnya, kemudian Ia menemui Shinta, Ia sempatkan waktu yg singkat ini untuk bisa berdua dengan Shinta.Taman Sekolah, tempat

  • Asmara dan Pancaroba   #27. Isi Ulang

    Tidak jarang ketika saldo pulsanya sudah menunjukkan 4000 rupiah, Rio mengabaikan SMS dari temannya, dengan cara tak membalas ataupun memberitahukan ke temannya. Sengaja Rio melakukan hal itu, agar supaya Ibunya dapat menggunakan HP dalam keadaan pulsa masih tersedia.Setelah pulsa habis, digunakan Ibunya, Rio akan membalas SMS dari temannya, setelah saldo pulsa kembali diisi ulang oleh orangtuanya.Rio berusaha untuk tidak lagi minta uang untuk membeli pulsa, selain karna sudah ditegur Sang Ibu, Rio juga teringat bahwa Sang Ayah yg saat ini sedang tidak bekerja.Namun, hal yg dilakukan Rio itu tak bertahan lama. Shinta Swastika, gadis yg sudah pernah menyatakan perasaan terhadap Rio itu sepertinya tidak tahan akan ketiadaan Rio di SMSnya. Mengingat, hampir setiap hari mereka berdua SMSan.Sering, ketika Rio memberitahukan bahwa SMSnya akan berakhir karna saldo pulsa yg habis, Shinta membalas, "Yahh... Rio. Huft... :'(".Dan ketika beberapa hari SM

  • Asmara dan Pancaroba   #26. Pulsa

    Dirumah, Ayah dan Ibu Rio menyambut kepulangan Sang Anak dengan 'Ucapan Selamat', karena Rio baru saja telah menyelesaikan Ujian Nasional dan SMPnya (meski belum dinyatakan lulus).Ayah dan Ibu Rio tak ragu akan kelulusan Rio, Mereka yakin bahwa Rio akan lulus. Namun, Nilai atau hasil yg dikerjakan Rio yg membuat kedua orangtuanya sedikit was-was dan berharap.Ayah dan Ibu Rio berharap Rio mendapatkan nilai yg bagus, agar nanti ketika mendaftar ke SMK dapat diterima di SMK yg bermutu baik atau SMK favorit.Setelahnya, di jam makan malam. Ayah, Ibu dan Rio, berunding tentang Jurusan yg diminati Rio dan SMK yg akan jadi tujuan Rio.Ibu Rio bilang, "Pilihan Jurusan yg kamu senangi, yg sekiranya itu adalah sesuatu yg membuatmu tertarik dan ingin mempelajarinya. Jangan hanya karena ikut-ikutan teman, kamu memilih Jurusan dengan asal-asalan. Sebab, yg Ibu khawatirkan, nanti kamu gak akan sungguh-sungguh ketika belajar dan mudah bosan".Rio : "Rio b

  • Asmara dan Pancaroba   #25. Menuju Entah

    Tak terasa kelas 3 SMP sudah di ujung waktu, Rio sudah harus menghadapi Ujian Nasional tingkat SMP. Kesibukannya dengan Sepak Takraw dan Berladang mebuat Ia terbiasa tanpa Tiara dan Asmara.Beruntung bagi Rio dan keluarga, Karena di penghujung SMP ini dibarengi juga dengan hasil ladang yg diprediksi akan panen Pass di waktu kelulusan Rio dan kepidahannya ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi.Tenang hati Ibu Rio, ketika tahu singkong yg dipersiapkan di ladang untuk biaya sekolah Rio ke jenjang yg lebih tinggi (SMA) sesuai dengan yg diharapkan. Belum lagi Sang Suami yg sedang di luar kota bekerja juga memberi kabar, bahwa Ia akan segera pulang beberapa hari lagi, yg kemungkinan Sang Suami juga akan membawa uang yg lumayan.Lewat telepon, Ayah Rio juga memberitahu keluarganya di rumah, bahwa Proyek yg Ia kerjakan akan mandek dalam pengerjaannya untuk beberapa minggu, karena beberapa alasan. Sehingga para pekerja akan diliburkan dan entah kapan lagi akan mula

  • Asmara dan Pancaroba   #24. Baru Tahu, Baru Ingin Tahu

    Di kelas 3 SMP ini Rio menemukan Hobi barunya, yaitu bermain Sepak Takraw.Di desa tempat Rio tinggal adalah desa yg termasuk kuat akan kegiatan keolahraganya. Di desanya, hampir semua warganya melakukan dan berbakat dalam olahraga, seperti : Sepak Bola, Volly, Badminton, Pingpong dan karambol. Demikian juga dengan Rio, Ia juga hobi berolahraga berkat tumbuh di lingkungan seperti itu.Sebenarnya bukan hal baru bagi Rio, permainan Sepak Takraw ini. Namun, saat Ilham dan Agus yg ketika itu sedang praktik bermain Sepak Takraw di jam pelajaran PenJasOrKes(Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Rio merasa tertarik melihat kedua teman sekelasnya itu memainkan bola Takraw dengan sangat piawai.Rio mencobanya, meminta dua temannya tersebut untuk mengajarinya dan ternyata menyenangkan. Alhasil setiap hari rabu dan sabtu sore, Rio kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Sepak Takraw bersama kedua teman satu kelasnya tersebut yaitu Ilham dan A

  • Asmara dan Pancaroba   #23. Pembiasaan

    Kegiatan baru di hari-harinya, kini Rio selalu menyempatkan waktu untuk dapat mengotak-atik, belajar menggunakan di rumah.Di sekolah pun Rio tak tenang, bukan karena pelajaran atau temannya melainkan Ia ingin segera pulang dan bermain HP. Ibunya pun tak pernah melarang Rio untuk bermain HP, karena memang Rio bisa memabagi waktu untuk belajar, membatu pekerjaa rumah dan bermain.Beberapa hari kemudian, Sang Ayah mendapat telpon dari Pak Mandor. Pak mandor mengabarkan akan ada proyek baru yg akan di mulai 3 hari lagi, Dan menanyakan kenapa Ayah Rio, "Apakah masih mau untuk ikut mengerjakan proyek tersebut bersama Pak Mandor?".Kepada Pak Mandor, Ayah Rio menjawab : "Oke Pak, Siap!!. Saya ikut lagi. H-1 Saya akan berangkat menuju lokasi proyek".Diberitahukanlah hal tersebut ke Anak dan Istrinya.Tak lagi terlalu cemas kini, Rio dan Kedua Adiknya dengan akan kepergian Sang Ayah. Selain karna sudah pernah jauh dan rindu ayah, kini setiap saat Keluarga

  • Asmara dan Pancaroba   #22. Punya HP

    Di Ruang keluarga, tanpa meja makan, duduk lesehan, Rio dan keluarga menikmati Sate Ayam di malam Minggu tersebut. Menu yg sangat jarang mereka nikmati.Sambil menikmati malam, Obrolan pun terjadi ketika itu. Sang Ayah menanyakan apa yg terjadi dengan Sekolah anak-anaknya.Kemudian senang hati Sang Ayah, ketika mendengar jawaban dari anak-anaknya yg baik-baik saja dalam sekolah dan hari-hari mereka.Sang Ayah juga memberitahu pada keluarganya bahwa kepulangannya di hari ini dalam rangka libur, Sebab proyeknya di luar kota sudah selesai si kerjakan.Mendengar ucapan Sang Ayah, Rio mensahutinya,Rio : "Berarti Ayah sudah gak akan keluar kota lagi?".Ayah Rio : "Ayah belum tau, Nak. Kata Mandor Ayah masih akan ada proyek baru di kota yg sama, nanti akan di kabari lagi".Sahut, Ibu Rio : "Oh ... kira-kira kapan lagi Ayah akan berangkat?".*Mengambil kertas dalam dompet, lalu menunjukkan

  • Asmara dan Pancaroba   #21. Ayah Pulang

    Sabtu Wage minggu ketiga di bulan Juli, Tepat 6 bulan sudah Ayah Rio di tanah rantau untuk bekerja.Tanpa di ketahui Rio, Ibu dan kedua adiknya, Sang Ayah pulang di hari itu. Sekeluarga kaget di hari itu dengan ketiba-tibaan Sang Ayah pulang. Sabtu pukul 7 malam ketika itu. Suara motor terdengar sangat jelas berhenti di depan rumah, namun Rio dan keluarganya yang sedang di dalam rumah tak merespon hal tersebut. Lalu ketukan pintu yg terus berulang terdengar setelahnya, tanpa suara atau ucapan permisi dari si pengetuk pintu. Sedikit terganggu Ibu dan Rio ketika itu, karena mereka sedang akan merebus singkong dan mempersiapkan makan malam saat itu di dapur."Iya. Sebentar", Teriak lembut Ibu Rio, mendengar ketukan pintu yg terus berulang tersebut. "Rio, kalo sudah di kupas singkongnya habis itu di cuci dulu ya!. Biar ibu yang buka pintu", Pesan Sang Ibu kepada Rio. Lalu berjalan menuju pintu. "Kleek....Klek...Kleeek..", Suara g

  • Asmara dan Pancaroba   #20. Percaya Ibu

    Kenaikan Kelas.Rio dinyatakan Naik ke Kelas 3 SMP dengan nilai yg baik, walaupun tak masuk peringkat/rangking 10 besar di kelasnya.Kelas 3 Sekolah Mengah Pertama, Rio kembali ke ruang kelas E dan bersama lagi dengan teman-temannnya dulu di kelas 1E. Di ruang kelas 3E, kambali satu ruangan bersama Robi Prawiryo dan teman-teman lain yg dulu pernah akrab di waktu awal masuk SMP atau kelas 1.Pertemanan terasa baru diawal kelas 3 ini, dulu mereka akrab di kelas 1 kemudian asing di kelas 2. Kini kembali mereka merajut keakraban satu dengan lain.Begitupun dengan Rio yg memang sudah semakin nampak ketampanan dan kesahajaannya, tak luput Ia dari godaan teman-teman wanitanya di ruang kelas itu dengan membercandai, memuji dan merayu-rayu Rio dalam rangka kembali mengakrabkan.Beberapa diantaranya juga menyinggung perihal hubungan Rio dan Tiara yg terpisah oleh jarak Karena Tiara sudah pindah keluar kota, namun Rio tak pernah menanggapi dengan serius

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status