Share

BAB 6 : Illusi kematian

last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-05 11:03:02

Rizel mengangkat panggilan itu "Hallo Pak Komisaris" Ucap Steiner.

"Ada apa Steiner?"

"Kami menemukan dua petunjuk lain, apa Pak Komisaris sore ini akan ke kantor?"

"Aku pasti kesana, tunggu saja"

"Siap Pak, kalau begitu kami tunggu"

Claudia dan Steiner menemukan jejak sepatu di karpet merah dan bernoda darah yang telah mengering di rumah Julio Arham. Ukurannya cukup besar, Steiner mengambil beberapa foto dan menyimpanya. Mereka berdua bersamaan kembali ke kantor.

Tidak lama setelah Claudia dan Steiner sampai. Rizel pun tiba dan langsung memasuki ruang kantor. Claudia menunjukan beberapa foto jejak sepatu yang telah di cetak kepada Rizel.

"Jejak sepatu tersangka?"

"Iya Pak benar, tetapi anehnya tidak ada jejak sepatu di tempat lain" Rizel duduk di kursinya, Claudia berdiri tepat di sampingnya.

"Sepatu yang di kenakan tersangka kelihatannya berukuran besar" Ungkap Rizel.

"Iya Pak, sepertinya tersangka bertubuh tinggi besar"

"Angelo...." Bisik Rizel dalam hatinya.

"Oh iya, lalu petunjuk lainnya?" Tanya Rizel

"Di ruangan atas, ada jendela yang terbuka lebar, tetapi saat di lihat dari CCTV tiba-tiba layar menjadi gelap, dan jendela itu terbuka begitu saja" Pungkas Steiner

"Jendela itu terbuka sebelum atau sesudah pembunuhan?"

"Sebelum pembunuhan Pak, jika di lihat dari CCTV yang di lantai satu, tersangka muncul secara tiba-tiba di sekitar tangga"

"Alat apa yang dia gunakan? seakan-akan dia adalah malaikat pencabut nyawa saja" Ujar Claudia.

"Pasti akan terungkap, kita hanya butuh waktu" Jawab Rizel.

Di hari berikutnya, Rizel pulang ke rumah. Delista yang sedang membaca buku di ruang tamu, langsung menyambut suaminya. Menyiapkan segelas air minum serta membantu membuka dan menyimpan jas Rizel.

"Dimana Genia?" Tanya Rizel,.mereka berbincang di meja makan.

"Dia sedang kursus piano sayang, kenapa wajahmu murung begitu?"

"Aku hanya kurang istirahat Delista, sepertinya aku akan tidur di rumah malam ini"

"Baguslah, itu yang aku harapkan, kamu istirahat saja dulu, akan aku siapkan makan siang"

Menjelang malam, keluarga kecil mereka berkumpul. Genia sibuk memainkan laptopnya di sofa. Delista menyiapkan tiga gelas minuman teh hangat, sedangkan Rizel membuka foto di galeri ponsel miliknya. Melihat bukti-bukti kasus pembunuhan yang telah terjadi oleh Asmodeus.

"Istirahatkan pikiranmu sayang, jangan sampai tugas kamu sebagai polisi malah menjadi penyakit untuk dirimu sendiri" Tutur Delista, menyajikan teh hangat kepada Genia dan Rizel.

"Iya maaf, kasus ini terlalu rumit untuk di pecahkan" Rizel menyimpan ponselnya, bersandar di sofa dan menarik nafas.

"Ayah pernah bilang kepadaku, hal yang sulit itu tidak ada, selama kita tidak menganggapnya beban yang harus di tanggung, lakukan yang terbaik, maka proses akan mengikutinya" Jawab Genia.

Rizel tersenyum "Kamu benar, putri kecil Ayah" lalu mengusap halus kepala Genia.

"Anak kita sudah dewasa sayang" Timpal Delista duduk di samping Rizel.

"Semoga kamu bisa jauh lebih pintar dari Ayah, Genia" Tutur Rizel.

"Memangnya Ayah pintar?" Jawab Genia.

"Tidak" Rizel tertawa terbahak-bahak.

Saat menjelang tidur. Rizel pergi ke kamar mandi, menyikat gigi. Menghadap cermin yang berada di wastafel, Selesai berkumur, membersihkan sisa-sisa pssta gigi di mulutnya. Rizel mendengar suara seseorang tengah menghubungi ponselnya yang tergeletak di atas laci, di kamar tidurnya.

Rizel mengangkat telpon kemudian menyapa "Halo... Ini siapa?" Nomor itu tidak di ketahui.

"Tolong... Rizel... Aku di culik seseorang" Suaranya terdengar familiar.

"Maaf... Ini si... siapa?" Wajahnya berubah tegang

"Aku... Brigjen Andara"

"Apa? Pak Andara?"

"Cepat Rizel, kirimkan bantuan sege...."

"Bukkkk" Suara pukulan yang sangat keras.

"Halo Pak... Pak Andara, ada apa Pak? Pak Andara baik-baik saja?" Rizel panik.

"Halo, tuan Komisaris apa kabar? Anda ingin menyelamatkan atasan Anda? datanglah sendiri, atau atasan Anda akan mati secara mengenaskan" Jawab seseorang, suara itu memakai alat pengubah suara yang tak lagi asing, dia adalah...

"Asmodeus! jangan pernah berani berbuat macam-macam!!! dimana lokasimu! Aku akan datang saat ini juga!" Jawab Rizel yang tengah naik pitam

"Baiklah, akan saya kirimkan lokasinya, tetapi ingat! jangan membawa siapapun, atau isi dari perut atasan Anda ini akan menjadi santapan anjing liar" Ancam Asmodeus, penggilan telah berakhir. Delista yang mendengar kericuhan itu segera terbangun.

"Ada apa sayang? kok teriak-teriak segala?" Wajah Delista yang terlihat mengantuk.

"Maaf Delista, aku harus pergi, pembunuh itu telah menculik Brigjen Andara" Jawabnya dan bergegas berganti pakaian.

Delista terperanjat dari kasur "Apa? Brigjen Andara di cu... culik?" Tanya Delista.

"Iya, maaf aku tidak banyak waktu untuk menjelaskan, aku harus segera pergi" Rizel mengambil jaket hitam yang tergantung di belakang pintu.

"Rizel! tunggu!" Delista mengejarnya, hingga di depan pintu keluar, Rizel berhenti.

"Ada apa? kamu tau kan aku sedang buru-buru?" Jawab Rizel dengan panik.

"Aku tidak enak hati, aku mohon berhati-hatilah" Wajah Delista berubah sendu.

"Aku janji, aku akan baik-baik saja, jaga anak kita" Rizel mengecup kening istrinya, berlalu meninggalkan dan memacu gas mobil dengan cepat.

****

Di sebuah gudang tua yang tersinari oleh redupnya cahaya lampu. Andara duduk dengan tangan terikat di atas kursi kayu. Bangun dari siuman, matanya tertuju kepada Asmodeus yang tengah berada di hadapannya.

"Sebenarnya, siapa kamu? apa yang kamu inginkan?" Tanya Andara, wajahnya penuh luka lebam dan darah.

"Saya adalah penjaga cahaya yang berdiam diri di kegelapan" Jawab Asmodeus yang duduk di depan Andara.

"Apa salahku? dan apa salah 2 orang pejabat yang telah kamu bunuh?"

"Saya tidak perlu menjelaskan dua orang yang telah terbunuh, karena saya bukanlah seorang pendongeng yang handal"

"Salahku? apa salahku?"

"Penerimaan suap dari perjudian ilegal dan obat-obatan terlarang yang di kelola oleh Julio Arham, membunuh anak buah sesama anggota polisi, pemilik lokalisasi prostitusi, dan satu hal yang paling saya benci adalah... Anda seorang polisi yang seharusnya menjaga dan mengayomi masyarakat, ternyata Anda hanya bertindak kepada orang-orang yang memiliki kekayaan"

"Ti... tidak! itu tidak benar! itu hanyalah isapan jempol belaka" Andara mengelak.

Asmodeus melemparkan beberapa foto bukti keterlibatan Andara "Tidak cukupkah ini bukti untuk Anda tuan Polisi yang bijaksana?"

Andara membisu, menatap lemah saat melihat foto-foto keterlibatannya. Penerimaan suap dari julio, penembakan kepada sesama anggota polisi, keberadaannya di tempat prostitusi, dan foto beberapa orang yang bersimpuh di hadapan Andara.

"Aku mengakui! aku mengakui semuanya! tolong lepaskan aku,bukankah setiap manusia memiliki kesempatan untuk berubah?" Andara semakin histeris dan ketakutan.

"Anda seorang jenderal bintang satu, merengek seperti bayi" Asmodeus mendekati Andara.

"Tolong! Maafkan aku, aku memiliki seorang istri dan 2 orang anak!"

"Saya bukan Tuhan yang mudah untuk mengampuni, saya hanyalah manusia yang melindungi nama Tuhan dari mulut kotor seperti Anda" Asmodeus menancapkan pisau dari sisi kiri perutnya.

"Arrghhhhhh!!!" Teriak kesakitan Andara.

"Berteriaklah, seperti orang-orang yang menjerit atas ketidak-adilan hukum di negara ini" Asmodeus menyayat perutnya hingga ke sisi kanan. Darah mengalir segar, terjun bebas seakan air hujan yang deras turun dari langit.

"Aaahhhhhhhhh!!!!" Teriakan Andara semakin keras terdengar.

Dari luar gudang tua. Terdengar suara mesin mobil berhenti. Rizel tiba di lokasi, keluar dari mobil serta bersiaga mengeluarkan sepucuk senjata api. Perlahan melangkah, penuh dengan kehati-hatian. Melihat ke segala arah, dan berjalan sampai di gerbang utama, memasuki gudang tua.

Rizel mengeluarkan senter, menyoroti setiap langkahnya dengan senjata api yang siap untuk menembak. Semakin dalam memasuki ruangan, Rizel melihat cahaya lampu yang terhalang oleh beberapa kotak kayu yang bertumpuk. Selangkah, dua langkah, dan langkah ketiga semakin dekat. Mata Rizel terbelalak, melihat seorang pria yang terikat, juga bersimbah darah.

"Brigjen... Brigjen Andara!"

"Urgghhhh... Riz... Rizel" Andara masih bernafas, menatap lemas ke arah Rizel.

"Brigjen bertahanlah! aku akan panggilkan mobil ambulan"

"Tidak perlu repot-repot, karena dia akan segera mati" Asmodeus muncul dari sudut ruangan yang gelap.

Rizel menarik pistol dari pinggangnya dan mengarahkan langsung kepada Asmodeus "Jangan bergerak! atau kamu akan aku tembak!"

"Baik, lihat siapa yang akan tertembak mati terlebih dahulu" Asmodeus mengacungkan pucuk senjata api, berjenis pistol.

Asmodeus dan Rizel, menembak secara bersamaan. Kedua peluru saling berpapasan, Tangan kiri Rizel tertembak, dan bahu kanan Asmodeus terkena tembakan. Mereka berdua terluka. Rizel tertunduk, darahnya mengalir cukup deras.

Asmodeus berdiri tegak "Kematian sudah di tentukan" Mengacungkan pistolnya ke arah kepala Rizel.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 37 : Serbuan

    Cloningan Asmodeus berdatangan dari hutan untuk menyelamatkan Altema. Mereka bersiap, mengepung, dan menutup jalan dari segala arah. "Pak Rizel, bagaimana ini?" Sarah bertanya dalam keadaan yang panik. "Tenang saja, Si Edward Geezer yang tampan, telah mempersiapkan rencana lain." jawab Edward, "Lihatlah ke atas, ada kejutan untuk kalian pasukan Asmodeus!" Dari langit, muncul banyak Drone dengan persenjataan lengkap. "Tembak mereka!", perintah Edward. Drone itu pun mulai menembak. Menghujamkan ratusan peluru ke arah -- Cloningan Asmodeus. Satu persatu mulai tumbang. Meskipun mencoba menghindar, tetapi pasukan Drone jauh lebih banyak jumlahnya. "Kenapa Drone itu harus datang?" Aruzel tampak kesal, "Padahal aku saja mampu menghabisi mereka semua!" "Sial! Rencanaku gagal!" sahut Altema. Rizel memberikan perintah, "Kita tidak punya banyak waktu, Edward hubungi anggota lainnya, tangkap Altema dan bawa ke kantor polisi." "

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 36 : Penyergapan Altema

    Sarah memberikan informasi, lokasi terakhir Altema berada. Rizel pun memanggil anggota yang lainnya untuk datang dan berdiskusi. Tim forensik yang Rizel perintahkan pun telah memberikan laporan. "Apa kita akan ada rapat dadakan hari ini?" tanya Edward. "Iya, kita kumpulkan semua informasi yang telah kita dapatkan. Aku yakin, malam ini kita akan mengetahui lokasi keberadaan Altema, sosok yang telah membantu Asmodeus selama ini" jawab Rizel. Mengirim pesan kepada seluruh anggota khusus yang berada di luar, untuk segera datang ke kantor. "Baiklah kalau begitu, aku harus membuat kopi hitam. Supaya lebih fokus" Edward mengambil gelas, menuangkan bubuk kopi. Kastil Astaroth. "Sepertinya ada seseorang yang mencoba melacak keberadaanku" ucap Altema kepada Asmodeus. "Anggota kepolisian" jawab Asmodeus. "Sepertinya mereka sudah menyadari, siapa yang membantumu di belakang layar, Asmodeus" "Mungkin waktu sudah tiba untuk mengalahkan mereka dan memberikan mereka pelajaran" "Aku yakin, sa

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 35 : Pemantauan

    Rizel pergi ke suatu tempat yang jauh. Mercusuar, tempat pertama kalinya pertarungan sengit melawan Asmodeus dilakukan. Tidak ada polisi yang berjaga, hanya tersisa garis kuning yang menutup jalan masuk ke dalam mercusuar. Penyelidikan pun di mulai. Rizel terus menundukkan kepala, menyalakan lampu senter dan melihat ke lantai. Tepat di ruangan terjadinya pertarungan dengan Asmodeus, Rizel berjongkok, mengeluarkan plastik kecil. Memungut sesuatu dan memasukkan ke dalamnya plastik yang dibawanya. Penyamaran Sarah Erlandi masih berlanjut. Menyusup ke dalam anggota simpatisan Asmodeus. Sarah mencoba untuk mendekati seorang pendiri, salah satu komunitas yang menjadi simpatisan Asmodeus dia adalah Rugel Seron, pendiri dari Asmonism. Parasnya yang sangat cantik, Sarah memanfaatkan kelebihannya itu untuk mendekati Rugel dan mengajaknya bertemu di sebuah restoran untuk makan malam bersama. Rugel Seron, kurus, berkulit putih dan cukup tinggi. Terlihat masi

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 34 : Perburuan

    Mereka berlima berpencar, menjadi peran mereka masing-masing dalam menjalankan tugasnya. Rizel dibantu oleh Steiner, mengumpulkan informasi tentang para pejabat dan pengusaha yang pernah memiliki rumor negatif. Sementara itu, di laboratorium Flamingo. Tabung-tabung yang berisi cairan biru itu surut satu persatu. Sang Profesor menekan satu tombol di mesin komputer. Kaca tabung terbuka dengan sendirinya. Dari dalam, keluar sesosok manusia dewasa. Melangkah keluar tanpa mengenakan sehelai pakaian Asmodeus berdiri diantara mereka. Semuanya tertunduk kepadanya. Seperti prajurit yang menyembah Sang raja. "Cobalah berikan perintah kepada mereka Asmodeus" ucap Flamingo dari tempat lain, berbeda lantai dan memiliki kaca yang besar. "Berdirilah!" perintah Asmodeus, para serdadu itu pun berdiri. "Percobaan terakhir sudah selesai, saat ini mereka adalah pasukanmu Asmodeus, mereka siap untuk mati demi tuannya" Flamingo terlihat sangat puas. Mer

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 33 : Menyusun Rencana

    Professor Flamingo berada di laboratorium bersama Asmodeus. Banyak tabung-tabung setinggi dua meter lebih, berisikan cairan kimia berwarna biru. Semuanya adalah hasil penelitian Flamingo. "Lucifer pasti akan puas dengan semua ini!" ucap Flamingo. "Semuanya apakah sudah selesai Prof?" tanya Asmodeus. Melihat salah satu tabung. "Besok, semuanya akan segera terselesaikan, jangan khawatir" Flamingo menekan beberapa tombol keyboard di komputer. "Saya harap besok benar-benar selesai, karena kita tidak mempunyai banyak waktu lagi" "Tenang saja, kita akan menggemparkan negara ini!" Flamingo tertawa mengerikan. "Saya harus pergi, saya serahkan pekerjaan ini kepada Anda" "Kamu akan pergi menghabisi menteri busuk itu kan?" "Iya, sudah saatnya dia mati sekarang" Tengah malam. Asmodeus tiba di perumahan elit, berjajar rumah-rumah mewah kelas atas. Dari atap ke atap rumah, menggunakan jet pack miliknya, Asmodeus berhen

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 32 : Devil Savior

    Esoknya, Rizel kembali bertugas. Steiner menyambut kedatangan atasannya itu dengan wajah bahagia. "Selamat datang kembali Pak Brigjen Rizel" Steiner memberi hormat. "Selamat siang juga Steiner, maaf sudah merepotkanmu selama ini" Rizel tersenyum. "Aku sudah mencari Pak Brigjen kemana-mana tetapi hasilnya nihil" "Aku pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian kota untuk menenangkan pikiran dan berlatih" mereka bedua berbincang seraya berjalan menuju kantor pribadi Rizel. Steiner terheran "Berlatih? Memangnya berlatih apa Pak?" tanya Steiner. "Berlatih kemampuanku dalam beladiri, yang pertama aku ingin lebih kuat untuk melawan para penjahat dan yang kedua, bagaimana pun juga, aku harus menangkap suadara kembarku, Razel Arghas sebelum dia bertindak lebih jauh" Rizel duduk di kursi kantornya. "Apa hari ini Pak Brigjen siap untuk bertugas?" "Tentu saja Steiner, maka dari itu aku datang kesini" "Kalau begitu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status