Share

Bab 7

Author: Chestnut
Klara sedang berdiri tidak jauh dari pintu metal detektor. Dia tidak mengerti kenapa Yasmin ingin cepat-cepat pergi. Seakan-akan ada hantu yang mengejar Yasmin.

Setengah jam kemudian, Klara melihat ada orang yang berlari ke arahnya.

Yasmin mengontrol napasnya yang terengah-engah sebelum berkata, "Tante, berikan tiketnya." Lalu, dia mengambil paspor, KTP dan tiket pesawat yang telah disiapkan tantenya.

"Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?" tanya Klara.

Orang bodoh pun tidak akan tertipu kalau Yasmin menjawab tidak apa-apa.

"Guruku menyuruhku pulang. Untuk sementara aku nggak tahu ada apa, tapi lumayan mendesak." Yasmin sejak awal telah menyiapkan alasannya.

Di usianya yang sekarang, Yasmin memang belum wisuda sebab sebelumnya dia cuti sekolah karena hamil.

Alasan Yasmin terdengar masuk akal, tapi Klara masih belum ingin Yasmin pergi. Klara menarik tangan Yasmin dengan enggan sambil berkata, "Yasmin, setelah kamu pulang, kamu hanya setor muka di pesta sebentar sebelum kamu pergi. Lalu, kamu pergi tinggal bersama temanmu. Sekarang kamu malah mau buru-buru pergi. Kamu baru berbicara beberapa kalimat dengan Tante, loh. Kali ini setelah kamu pergi, kapan Tante dapat melihatmu lagi? Apa kamu tidak merindukan Tante?"

Yasmin merasa bersalah.

Sudah bertahun-tahun dia tidak pulang dan sebenarnya dia ingin sering-sering bersama tantenya. Namun, tak disangka Daniel malah muncul.

Akan tetapi, Daniel terus mengincar Yasmin dan dia mempunyai kekuasaan yang mengerikan di Kota Imperial. Kalau sekarang Yasmin tidak pergi, kapan lagi?

"Tante, lain kali ... aku akan pulang untuk melihat Tante. Aku ... benar-benar sudah harus pergi. Tante, jaga dirimu baik-baik, ya." Yasmin bahkan tidak berani mengulur waktu lebih lama lagi. Dia melepaskan tangan tantenya dengan sakit hati, kemudian menuju ke pintu metal detektor.

"Yasmin," panggil Klara.

Klara yang melihat keponakannya sudah diperiksa masih tidak paham.

Walaupun Yasmin mempunyai urusan sekolah, seharusnya tidak begitu mendesak, 'kan?

Setelah diperiksa, Yasmin menunggu pesawat.

Setelah Yasmin naik pesawat, dia menunggu pesawat berangkat.

Yasmin merasa sangat bersalah.

Mata Yasmin tertuju ke luar jendela dan hatinya merasa sangat bersalah pada Klara.

Kali ini setelah dia pergi, mungkin sudah tidak ada kesempatan lagi untuknya pulang.

Namun, Yasmin tidak bisa berbuat apa-apa.

Dia tidak boleh tinggal di area kekuasaan Daniel!

Yasmin sesekali melihat waktu. Makin banyak orang yang naik pesawat dan hatinya juga makin merasa gelisah.

Pengeras suara meminta penumpang untuk memakai sabuk pengaman dan menghidupkan mode penerbangan pada ponsel. Pramugari juga datang untuk meminta beberapa penumpang menyimpan earphone mereka.

Setelah semuanya selesai, pesawat mulai meluncur di landasan.

Jantung Yasmin baru perlahan-lahan kembali berdetak dengan normal.

Akan tetapi, pesawat berhenti ketika berbelok di tikungan.

Yasmin mengira itu hal yang normal.

Namun, setelah berhenti, pesawatnya tidak bergerak lagi.

"Kenapa belum terbang?" tanya seseorang.

"Nggak tahu ...."

"Aku sedang mengejar waktu, loh."

Yasmin adalah orang yang paling terburu-buru, tapi dia juga hanya bisa menunggu dengan sabar.

Saat ini, pintu kabin first class terbuka.

Ini adalah keanehan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pesawat.

Yasmin menoleh ke luar jendela.

Saat dia melihat ada lima enam pria berpakaian hitam dengan ekspresi sinis berjalan ke arah tangga pesawat, darahnya seakan-akan telah berhenti mengalir.

Begitu para pengawal masuk ke kabin, mata mereka langsung tertuju pada Yasmin yang tertegun.

Mereka menghampiri Yasmin, lalu berkata, "Nona Yasmin, silakan ikut kami keluar."

Tubuh Yasmin yang gemetaran menempel erat ke kursi. Wajahnya pucat dan dia menatap mereka dengan tak berdaya.

Orang lain yang berada di dalam pesawat tidak berani mengeluarkan suara karena aura yang dibawa orang-orang itu.

"Nona Yasmin, Anda tidak ingin kami bertindak kasar, 'kan?" ancam pengawal itu.

Yasmin ingin melarikan diri, tapi bagaimana caranya? Bahkan waktu lepas landas pesawat sudah dikendalikan.

Daniel berkuasa sekali.

Bagaimana ... bagaimana mereka bisa muncul?

Kenapa ... Daniel tidak mau melepaskannya?

Kenapa ...?

Yasmin diantar kembali ke Teluk Bulan oleh pengawal-pengawal itu.

Begitu kedua kaki Yasmin menginjak anak tangga Taman Royal, sekujur tubuhnya menjadi lemas dan dia hampir terjatuh.

Setelah memasuki aula, sosok seseorang yang sedang duduk di sofa dengan ekspresi sinis membuat wajah Yasmin menjadi pucat. Yasmin pun tanpa sadar melangkah mundur, tapi dia langsung menabrak pengawal yang berdiri di belakangnya.

"Tersesat?" ucap Daniel dengan suara yang rendah.

Yasmin menggigit bibir bawahnya erat-erat dan mengontrol tubuhnya yang gemetaran.

Tentu saja dia tidak tersesat. Dia juga tidak percaya kalau Daniel benar-benar mengira seperti itu.

Daniel menurunkan kakinya yang disilang, lalu bangkit sebelum berjalan ke arah Yasmin. Kaki Daniel yang jenjang tampak anggun, tapi dia mirip dengan binatang buas yang berbahaya. Dia seolah-olah bisa mencabik-cabik Yasmin dalam hitungan detik.

Setiap saraf di tubuh Yasmin tegang dan dia tampak ketakutan.

"Kamu pura-pura makan seafood agar bisa masuk rumah sakit, lalu mencari kesempatan untuk melarikan diri. Yasmin, ternyata kamu berani juga," ujar Daniel sambil berjalan mendekat.

Suara Daniel yang tenang mengandung rasa kesalnya.

Yasmin sangat ketakutan sampai sekujur tubuhnya gemetaran. Saat Daniel berjalan makin dekat, Yasmin pun langsung berbalik.

Dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong pengawal yang berdiri di belakangnya.

"Ah!" Sebelum Yasmin bisa benar-benar melawan, sebuah tangan telah mencengkeram bagian belakang lehernya dengan kuat. Yasmin pun berteriak kesakitan. Dia merasa lehernya seakan-akan mau patah. "Jangan .... Sakit ...."

"Sepertinya sampai sekarang kamu masih belum mengerti posisimu!"

"Bi ... biarkan aku pergi ..." kata Yasmin dengan susah payah.

Tatapan mata Daniel sangat galak. Lalu, dia menyeret Yasmin.

Mereka masuk lift, lalu langsung menuju ke ruang sauna di lantai atas.

"Ugh ...." Yasmin ingin melepaskan diri, tapi genggaman Daniel sangat kuat sehingga Yasmin tidak bisa bergerak.

Daniel menarik buka pintu kaca di depannya. Sebelum Yasmin sempat melihat dengan jelas, dia sudah didorong masuk.

Lalu, pintunya dikunci.

Yasmin pun terkurung di sebuah ruangan kecil. Kedua tangannya menekan kaca di depannya dengan tak berdaya. Dia menatap pria mengerikan yang di luar kaca dengan bingung dan panik. "A ... apa ini? Kenapa kamu mengurungku di sini?"

"Menurutmu, apa yang mau kulakukan?"

Yasmin menatap pria yang berada di luar itu dengan terkejut. "A ... apa? Nggak, kamu berbohong. Kamu hanya ingin menakutiku, 'kan? Benar, 'kan?!"

Daniel mengangkat tangannya untuk menekan tombol elektronik di sebelah pintu kaca dua kali. Setelah itu, suhu di dalam ruangan meningkat.

Yasmin dapat merasakan suhu telah meningkat. Setelah dia paham apa yang ingin dilakukan Daniel, dia menjadi sangat takut. Dia pun memukul pintu kaca dengan panik. "Keluarkan aku! Jangan seperti ini, aku bisa mati. Jangan! Kumohon!"

Daniel seakan-akan tidak mendengarnya. Dia lanjut menaikkan suhu dan suhunya makin panas sehingga kulit Yasmin rasa terbakar.

"Jangan! Lepaskan aku!" mohon Yasmin sambil menangis. Dia bahkan mulai menendang pintu kaca tersebut, tapi semuanya tidak berguna.

Ini terlalu kejam!

Bagaimana bisa Daniel memperlakukannya seperti ini?!

Yasmin menatap pria kejam di luar kaca itu dengan pasrah dan takut sambil menangis dan memohon, "Keluarkan aku! Di sini panas sekali! Daniel, lepaskan aku .... Tolong! Tolong!"

Akan tetapi, tidak peduli seberapa kuat Yasmin menjerit dan sakit tenggorokannya, tidak ada orang yang datang untuk menolongnya!

Apakah hari ini dia akan mati di tempat ini?

Yasmin tidak mau. Dia masih punya anak-anaknya ....

"Ugh ...." Tempat yang seperti tungku ini membuat Yasmin merasa sangat menderita saking panasnya. Setiap tarikan napas terasa berat sekali. Dia merasakan cairan di tubuhnya sudah perlahan-lahan menghilang dan ini membuat tenggorokannya kering. Yasmin menarik napas dalam-dalam. Rasa takut telah menguasai seluruh hatinya. Air mata pun membasahi wajahnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
ya Allah, semogaa nnti fakta terkuak dan Daniel nyesel
goodnovel comment avatar
Camel Lia
bilang Tante nya knp sih ..
goodnovel comment avatar
Sri Purwanti
kejem si Daniel jgn lpkn penyiksaan ini, kl bs kabur ,kabur ada dan jgn kembali....
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ayah Beranak Tiga yang Hebat   Bab 1181

    "Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus

  • Ayah Beranak Tiga yang Hebat   Bab 1180

    "Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar

  • Ayah Beranak Tiga yang Hebat   Bab 1179

    Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb

  • Ayah Beranak Tiga yang Hebat   Bab 1178

    "Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu

  • Ayah Beranak Tiga yang Hebat   Bab 1177

    Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran

  • Ayah Beranak Tiga yang Hebat   Bab 1176

    Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status