Share

Kematian Bintang

"Bintang ...."

Ibu Laksmi pun berteriak histeris saat dari kejauhan ia melihat Bintang tertabrak sebuah motor. Ibu Laksmi pun berlari menghampiri putrinya yang sudah tergeletak di tengah jalan. Nampak para warga yang berada di area taman pun berdatangan mengerumuni Bintang yang sudah bersimbah darah.

"Bintang, Bintang, bangun, Bintang!" panggil Ibu Laksmi terisak. Ia terus berusaha membangunkan Bintang yang tidak sadarkan diri.

Tiba-tiba, Bintang membuka matanya. Dengan suara yang lemah, ia meminta ibunya untuk mencari keberadaan Jihan.

"Bu, tolong cari Jihan, Bu. Selamatkan Jihan ...." lirih Bintang.

"Memangnya kamu taruh di mana Jihan?" tanya Ibu Laksmi.

"A-aku taruh Jihan di bawah pohon, Bu. Tolong selamatkan Jihan. Jangan sampai Mas Barra menemukannya. Dia akan membawa Jihan pergi ...." ucap Bintang terbata. Suaranya semakin kecil. Pandangannya pun mulai samar, tubuhnya lemah.

"Pak, tolong bantu saya bawa ke rumah sakit," pinta Ibu Laksmi yang cemas memikirkan Jihan juga keadaan Bintang yang semakin lemah.

Beberapa warga akhirnya membantu Ibu Laksmi untuk membawa Bintang ke rumah sakit terdekat. Sedangkan dia mencari keberadaan Jihan.

Setelah mengelilingi area taman, Ibu Laksmi akhirnya berhenti di sebuah sudut..Di bawah pohon ia melihat topi dengan inisial J berwarna pink milik Jihan.

"Astagfirullah. Ini kan topi milik Jihan," ucapnya lirih.

Ibu Laksmi pun berusaha kembali mencari keberadaan Jihan. Berharap ada orang baik yang menemukan Jihan.

Ibu Laksmi akhirnya memutuskan mengunjungi kantor petugas dan berharap ada yang menemukan Jihan dan melaporkannya.

"Pak, saya mau tanya. Apa ada yang menemukan bayi di taman ini? Atau ada yang membawanya dan melapor ke sini?" tanya Ibu Laksmi panik.

"Tidak ada, Bu."

Petugas itupun memastikan jika tidak ada laporan soal penemuan bayi ataupun ada orang yang membawanya. Lantas, ke mana Jihan?

Mawar yang menemukan bayi cantik itu akhirnya memutuskan membawa Jihan pulang ke rumah suaminya. Setelah berdiskusi ke petugas, Mawar mengurungkan niatnya melapor ke kantor polisi.

"Daripada dia di bawa ke panti asuhan, lebih baik aku yang mengurusnya. Entah kenapa aku merasakan ada kedekatan dengan bayi ini," ucap Mawar. Mawar akhirnya membawa bayi Jihan ikut pulang bersamanya.

-------

Bintang di rumah sakit sedang berjuang melawan mautnya. Barra yang mengikuti saat para warga ikut membawa Bintang ke rumah sakit pun kini sudah berada di ruang UGD untuk menemui mantan istri sirinya itu. Ia ingin tahu di mana keberadaan anaknya yang digendong tadi.

"Mau apalagi kamu, Mas?!" lirih Bintang.

"Di mana anak yang kamu gendong tadi?" tanya Barra berbisik di telinga Bintang.

Bintang yang kondisinya mulai melemah pun nyaris kehilangan kesadarannya. Napasnya pun tidak beraturan lagi. Barra yang takut terjadi sesuatu akhirnya memanggil perawat agar menangani kondisi Bintang.

Ketika perawat datang, Barra pun memutuskan pergi agar tidak bertemu Ibu Laksmi dan nantinya disalahkan atas memburuknya kondisi Anya.

-----

Mawar akhirnya sampai di rumah mertuanya. Membawa bayi Jihan ke dalam rumah. Membuat Nyonya Cynthia dan Tuan Mark bertanya-tanya.

"Mawar, kamu bawa bayi siapa itu?" tanya Nyonya Cynthia ketus.

"Oh, ini Ma. Aku baru mengadopsi bayi ini dari panti asuhan. Kata orang, bisa menjadi pancingan agar kita bisa cepat diberi momongan," jawab Mawar tersenyum.

"Papa senang kamu punya inisiatif sendiri. Semoga kamu secepatnya bisa hamil anak kamu dan Barra ya," sahut Tuan Mark.

"Makasih, Pa."

"Enggak!" teriak Nyonya Cynthia ketus.

"Saya tidak mau anak adopsi. Saya mau bayi yang terlahir dari rahim kamu, anak Barra!" ketus Nyonya Cynthia.

"Apa salahnya sih, Ma? Mengambil anak dari panti asuhan itu bagus loh," timpal Tuan Dicky.

"Tapi, Mama khawatir jika bayi yang tidak jelas asal usulnya itu akan membawa malapetaka buat keluarga kita," pekik Nyonya Cynthia.

"Astagfirullah, Ma. Kok Mama tega sekali bicara seperti itu," sahut Tuan Mark kesal.

"Logikanya saja ya, Pa. Anak ini ditaruh di panti asuhan. Artinya, keluarganya aja tidak menginginkan bayi itu," pekiknya.

"Kok malah Mawar membawa bayi itu ke rumah. Pokoknya Mama akan mengembalikan bayi itu ke panti asuhan," seru Nyonya Cynthia ketus.

"Tidak!"

"Papa tetap menginginkan Mawar merawat anak itu di rumah ini!" pekik Tuan Mark lantang.

"Kenapa sih, Papa selalu saja memaksakan semua keinginan Papa. Selalu saja membela ...." ucap Nyonya Cynthia yang kesal karena suaminya yang selalu membela menantu kesayangannya itu.

"Ma, Pa. Maafkan Mawar. Gara-gara Mawar, Mama sama Papa jadi bertengkar seperti ini," ujar Mawar merasa menyesal.

"Oke, oke.Kalau gitu, biar saja Barra yang memutuskan. Apa Barra mau menerima bayi ini atau tidak!" ketus Nyonya Cynthia.

Ibu Laksmi akhirnya sampai di rumah sakit. Namun, sayangnya nyawa Bintang tidak dapat tertolong. Sebelum Ibu Laksmi datang, Bintang sudah pergi untuk selamanya. Tanpa ada siapapun yang menemani di detik-detik akhir hidupnya.

"Bintang, maafkan Ibu ya, Nak. Ibu nggak bisa menjaga kamu dengan baik. Sekarang Daffa sedang kritis. Ibu juga belum bisa menemukan Jihan. Maafkan Ibu ya, Nak ...." ucap Ibu Laksmi terisak.

Ibu Laksmi hanya bisa menangis, mencium jasad anaknya yang sudah terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit.Tubuhnya pun sudah ditutupi kain putih.

"Kamu bilang Barra tidak mau mengakui anaknya. Tapi, kenapa sekarang dia mau mengambil anaknya? Apa yang sebenarnya yang direncanakan Barra, Bintang ...." ucap Ibu Laksmi terisak.

---------

Barra akhirnya pulang ke rumah. Kedua orang tuanya juga Mawar sudah menunggunya di ruang tamu untuk membicarakan kelanjutan nasib Jihan.

"Aku tidak setuju ya kamu mengadopsi anak dari panti asuhan!" tegas Barra.

"Tapi, Mas ...."

"Papa dengar sendiri kan, Barra tidak mau mengadopsi anak yang tidak jelas asal usulnya," sindir Cynthia.

Tuan Mark menggeleng

"Tidak ada salahnya, Mawar mengadopsi anak dari panti asuhan," belanya.

"Dan itu perbuatan yang mulia," sambung Tuan Mark.

"Sudahlah, Pa. Jangan memaksakan. Hargai keputusan anak kamu ini. Buat apa mengadopsi kalau Barra bisa punya anak sendiri," bela Cynthia.

"Lagian yang tidak bisa punya anak itu kan Mawar," ketus Cynthia.

"Ma, aku memang sulit punya anak. Tapi, bukan berarti tidak bisa kan?Lagipula, apa salahnya sih kita mengadopsi anak ini?" ujar Mawar yang akhirnya berani bersuara lantang.

"Daripada dia kita buang ke jalanan!" tegas Mawar.

"Harusnya kalian bisa belajar dari ketulusan hati Mawar," ucap Tuan Mark.

"Mawar, kalau kamu mau merawat anak ini, Papa setuju!" bela Papa mertua Mawar itu.

Barra dan Nyonya Cynthia akhirnya melirik ke arah Tuan Mark dan Mawar dengan wajah sinis.

-----

Mawar dan Barra akhirnya masu ke dalam kamar dengan membawa bayi Jihan. Mawar nampak begitu bahagia menggendong bayi mungil dan cantik itu.

"Mas, anak ini kan sekarang jadi anak kita. Aku beri nama dia Safia ya. Kamu nggak mau coba gendong?" bujuk Mawar.

Kehadiran Safia sedikit membuat kerinduan Mawar akan hadirnya seorang anak terobati.

"Ngapain? Itu kan bukan anak aku," jawab Barra ketus.

"Iya coba gendong sebentar aja," bujuk Mawar. Mawar pun memberikan Safia ke Barra yang baru pertama kali menggendong bayi.

Tiba-tiba

Saat dalam gendongan Papa kandungnya itu, Safia mengompol hingga membuat Barra kesal.

"Ambil nih!" pekik Barra yang langsung bergegas ke kamar mandi mengganti bajunya yang terkena ompol Safia.

"Mama janji sama kamu, Nak. Papa akan sayang sama kamu dan Mama. Papa akan sayang sama kita nanti," ucap Mawar tersenyum memandangi wajah Safia.

-----

Ibu Laksmi akhirnya memutuskan kembali ke Tasikmalaya setelah keadaan Daffa membaik. Ia tidak ingin berlama-lama di Jakarta sejak kematian Bintang dan menghilangnya Jihan.

"Aku harus segera kembali ke Bandung. Sambil mencari informasi tentang Jihan," pikir nya.

Setelah semua urusan selesai, siang itu Ibu Laksmi akhirnya meninggalkan kontrakan Bintang di Jakarta dan kembali ke Bandung. Tidak berselang lama, Barra pun datang ke rumah itu mencari keberadaan mantan mertuanya dan anak lelakinya itu.

"Ibu Laksmi, Ibu Laksmi," panggil Barra saat mengetuk pintu rumahnya dengan keras.

Barra akhirnya sadar jika Ibu Laksmi sudah meninggalkan rumah kontrakan itu. Pastinya kembali ke Bandung, rumah aslinya.Barra pun akhirnya menyuruh orang kepercayaannya untuk memantau rumah di mana ia pernah tinggal kos selama beberapa bulan.

Ibu Laksmi akhirnya sampai di Bandung. Saat hendak melangkah ke rumahnya, Ibu Laksmi sudah melihat beberapa orang berdiri mondar-mandir di depan rumahnya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, ia mendengar percakapan lelaki itu dengan seseorang.

[Hallo, Bos. Saya sudah di rumahnya. Tapi, tidak ada tanda kalau Ibu Laksmi sudah ada di rumahnya.]

[Pantau saja terus. Beri saya kabar secepatnya!]

[Baik, Bos. Kelanjutannya akan saya kabari.]

Ibu Laksmi akhirnya tahu jika pria itu adalah orang suruhan Barra. Akhirnya,Ibu Laksmi memutuskan pergi dan tidak kembali ke rumahnya.

"Aku tidak akan membiarkan Barra mengambil anak lelakinya ini ...." ucap Ibu Laksmi yang bergegas pergi sebelum anak buah Barra melihat kepulangannya.

"Ah, shit! Ibu Laksmi sudah pergi entah ke mana. Di mana sebenarnya anak laki-lakiku sekarang berada?"

bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status