BALAS DENDAM SI KEMBAR

BALAS DENDAM SI KEMBAR

Oleh:  Seccomander  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
44Bab
2.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Perjanjian Tuan Mark dengan sahabat lamanya membuat Barra terpaksa menuruti keinginan sang Ayah untuk menikah dengan Mawar. Ancaman tidak akan mendapatkan hak waris kekayaan sang pengusaha itu membuat Barra tidak berkutik. Mawar yang kini hanya tinggal bersama nenek dan adiknya sepeninggal sang Ayah pun hanya bisa pasrah dengan desakan sang nenek untuk menerima perjodohan dengan Barra. Apakah Mawar akan menemukan kebahagiaan menikah dengan pria yang tidak pernah mencintainya?

Lihat lebih banyak
BALAS DENDAM SI KEMBAR Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
44 Bab
Wasiat Ayah
"Nikah sama Barra? " ucap Mawar yang terkejut mendengar ucapan sang nenek di ruang tamu rumahnya. "Iya, Mawar. Besok malam keluarga Tuan Mark skan datang untuk melamar kamu," seru Nyonya Rima. "Bagaimana ini?" batin Mawar. Sebelum Tuan Luthfi meninggal, ia pernah berpesan agar menjalankan janjinya dengan Tuan Mark beberapa tahun silam agar menikahkan anak mereka demi menjaga hubungan persahabatan keduanya. Tuan Mark yang baru saja kembali ke Indonesia langsung menghubungi Nyonya Rima soal perjodohan Barra dan Mawar. "Mawar, nenek harap kamu bisa menjalankan amanah ayahmu," ujar Nyonya Rima yang kembali ke kamarnya ditemani Balqis, adik Mawar. -----Malam ini rumah Nyonya Rima kedatangan keluarga Tuan Mark. Rencana perjodohan pun dibicarakan. Nyonya Rima sangat menyambut hangat sahabat anaknya itu. "Saya senang sekali, bapak dan ibu Mark sudah mau datang ke rumah saya," sambut ibu Rima."Saya juga senang, Bu. Saya harap perjodohan ini bisa segera berlanjut ke jenjang pernik
Baca selengkapnya
Nikah Wasiat
Seperti dugaan Bintang, Barra pun menolak kehadiran bayi yang ada di dalam kandungannya. Ia bahkan tidak ingin mengakui darah dagingnya itu."Tolong, kamu jangan pernah temui aku lagi. Jika kamu butuh uang, aku akan berikan berapapun asal kamu tidak menganggu kehidupanku lagi," tekan Barra saat bertemu dengan Anya."Enggak perlu, Mas! Aku tidak perlu uang kamu. Dengan tanganku sendiri aku akan membesarkan anak ini," bentak Bintang. Ia pun pergi meninggalkan Barra begitu saja.Di tengah perjalanannya, ponsel Bintang berbunyi. Tertera di layar Ibunya yang memanggil. Awalnya Bintang mendiamkan, tapi sang Ibu terus saja memanggil. Anya bingung apa yang harus dikatakannya. Akhirnya, Anya berhenti di sebuah taman. Ia pun mengangkat panggilan sang Ibu.[Hallo, Bu.][Bintang, gimana? Kamu sudah bertemu dengan Barra? Dia mau menerima kamu dan calon anak kalian kan?]Bintang terdiam sesaat. Dia menahan tangisnya. Anya bingung, apa yang harus dikatakannya.[Hallo, Bintang!][Iya, Bu. Aku sudah k
Baca selengkapnya
Jangan Bawa Anakku
Pagi itu Mawar sudah siap pergi ke kantornya. Saat sedang merapihkan make-upnya, nyonya Cynthia itu datang ke kamar menantunya dengan wajah tidak bersahabat."Sebaiknya kamu segera memberi saya cucu. Dalam silsilah keluarga kami, tidak pernah ada yang gagal!" kata nyonya Cynthia pada menantu perempuannya itu."Cucu?""Iya."Alin pun hanya tersenyum saat nyonya Cynthia keluar dari kamarnya begitu saja."Kamu harus secepatnya kasih aku anak. Agar posisiku aman. Jangan kecewakan aku!" tekan Barra saat keluar dari kamar mandi."Ya Allah, kuatkan aku dalam menjalani pernikahan ini ...."------Siang itu Mawar mendatangi rumah neneknya. Ia melepas rindu pada ibu Rima dan Balqis, adik semata wayangnya."Gimana, Mawar? Mereka baik sama kamu, kan?" tanya sang nenek."Mereka semua baik kok, Nek," sahut Mawar."Jangan tutupi dari nenek ya," ujar ibu Rima."Enggak kok, Nek. Mawar tidak menutupi apapun. Mas Barra malah pengen aku cepat kasih keturunan," ungkap Mawar sumringah."Syukurlah, Nak.""
Baca selengkapnya
Kematian Bintang
"Bintang ...."Ibu Laksmi pun berteriak histeris saat dari kejauhan ia melihat Bintang tertabrak sebuah motor. Ibu Laksmi pun berlari menghampiri putrinya yang sudah tergeletak di tengah jalan. Nampak para warga yang berada di area taman pun berdatangan mengerumuni Bintang yang sudah bersimbah darah."Bintang, Bintang, bangun, Bintang!" panggil Ibu Laksmi terisak. Ia terus berusaha membangunkan Bintang yang tidak sadarkan diri.Tiba-tiba, Bintang membuka matanya. Dengan suara yang lemah, ia meminta ibunya untuk mencari keberadaan Jihan."Bu, tolong cari Jihan, Bu. Selamatkan Jihan ...." lirih Bintang."Memangnya kamu taruh di mana Jihan?" tanya Ibu Laksmi."A-aku taruh Jihan di bawah pohon, Bu. Tolong selamatkan Jihan. Jangan sampai Mas Barra menemukannya. Dia akan membawa Jihan pergi ...." ucap Bintang terbata. Suaranya semakin kecil. Pandangannya pun mulai samar, tubuhnya lemah."Pak, tolong bantu saya bawa ke rumah sakit," pinta Ibu Laksmi yang cemas memikirkan Jihan juga keadaan
Baca selengkapnya
Keguguran
8 tahun berlaluSeorang wanita berpenampilan tomboy lengkap dengan kacamata hitam dan topi mendatangi rumah Ibu Laksmi. Ibu Laksmi pun kaget melihat gadis cantik yang sudah berdiri di hadapannya."Bu, anaknya pulang kok nggak disambut?" ujarnya."Bulan?""Ibu nggak mau menyuruh aku masuk?" ejek Bulan."Aku baru bebas dari penjara, Bu," ungkapnya."Masuklah."------"Mas, hari ini kamu antar Safia ke sekolah ya?" pinta Mawar."Aku sibuk!" jawab Barra ketus."Kasihan dong, Mas. Masa sih Safia sekalipun nggak pernah di antar ke sekolah sama Papanya," seru Mawar memohon agar anak angkatnya itu merasakan kasih sayang Barra."Aku ini bukan Papanya!" ketus Barra."Lebih baik sekarang kamu fokus merawat kehamilan kamu ini. Sudah berapa kali kamu gagal menjalani bayi tabung. Ini kesempatan terakhir kamu. Jangan sampai terjadi sesuatu sama dia!" tegas Barra."Tapi Safia kan anak kita juga, Mas," ujar Mawar yang kasihan melihat Safia yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Papa dari
Baca selengkapnya
Pertemuan Barra dan Daffa
Safia yang belum genap berusia 10 tahun harus menerima kabar jika dia bukan anak Mawar dan Barra. Hatinya menangis. Safia bahkan menangis dan bertanya pada Mawar, apakah yang di dengarnya itu benar."Ma, apa betul Safia anak angkat?" tanya Safia terisak."Enggak, Sayang. Safia anak Mama sama Papa," jawab Mawar."Kata Papa, Safia bukan anak kandung. Hanya anak angkat," balas Safia."Benar kan, Ma? Soalnya Papa kan nggak pernah sayang sama Safia," lirih gadis kecil itu terisak."Safia. Safia, dengarkan Mama. Mama sayang banget sama Safia. Safia anak Mama. Sekarang kamu jangan sedih lagi ya," ujar Mawar mengecup kening putrinya itu. Mawar pun memeluk erat Safia yang terus saja menangis."Ma, dedek bayinya ke mana?" tanya Safia."Dedek bayinya sudah sama Allah. Allah yang jaga dedek bayi. Enggak apa-apa ya kita nggak bisa sama dedek bayinya. Kita berdoa saja dari sini," kata Mawar yang mencoba menahan tangisnya."Safia nggak bisa ketemu?" tanya Safia."Enggak, Sayang.""Ya Allah, tolong j
Baca selengkapnya
Sandiwara Cinta
Bulan terus membujuk Daffa agar mau pulang.Meninggalkan kantor Papanya itu. Namun, Daffa yang baru saja bertemu dengan Papa kandungnya pun enggan menurut."Daffa, kamu duduk di sana dulu ya. Mama mau bicara sama Papa dulu," seru Bulan. Daffa pun mengangguk."Mas, aku mau bicara sama kamu. Ini penting. Soal Daffa," bisik Bulan."Mas, aku mau bicara soal kondisi Daffa. Daffa ... dia mengidap jantung bawaan dan hidupnya nggak lama lagi," ungkap Bulan dengan wajah sedih."Apa?"Barra meluapkan kekesalannya dengan berteriak. Namun, akhirnya dia pun mencegah Bulan. yang ingin membawa Daffa pulang ke Bandung."Aku akan bawa Daffa pulang ke Bandung. Mungkin ini akan jadi pertemuan terakhir kamu," ucap Bulan."Tunggu!""Please, aku mohon. Jangan pulang ke Bandung. Aku baru ketemu anak aku dan dia dalam keadaan sakit ...." lirih Barra."Bagus. Kamu sepertinya sudah masuk ke dalam perangkap aku ...." batin Bulan."Anak itu harus menjadi milik aku. Aku harus jadikan plan B. Karena Papa tidak akan
Baca selengkapnya
Talak Untuk Mawar
"Aku pulang dulu ya," pamit Barra. "Loh, katanya kamu nggak mau pulang, Mas?" tanya Bulan."Iya. Aku mau menginap di hotel," jawab Barra."Kenapa kamu nggak menginap di sini, Mas? Daripada ke hotel, sayang kan uangnya. Kamu bisa tidur di kamar belakang," ujar Bulan yang menunjuk ke sebuah kamar."Ya sudah. Aku akan menginap di sini," ucap Barra."Aku siapkan kamar kamu dulu ya. Ingat loh, Mas, kita bukan suami istri lagi," tutur Bulan tersenyum."Iya."Barra pun menatap kepergian Bulan. Di satu sisi, ia senang hubungannya dengan wanita yang dikenalnya sebagai Bintang itu membaik. Barra merasa jika Bulan tidak memanfaatkan keadaan. Cintanya tulus pada Barra."Harus aku akui, dia lebih baik dari Mawar. Sayang, aku harus menikahi Mawar karena permintaan Papa. Andai saja waktu bisa diputar ulang, aku ingin terus bersama dia," batin Barra.--------Barra pagi itu pulang. Nampak Mawar sampai tertidur menunggu kepulangan suaminya. Barra pun marah karena Mawar menunggu di luar kamar."Mas,
Baca selengkapnya
Dendam Masalalu
"Ini hanya masalah waktu, Barra. Lama kelamaan Papa kamu akan menyayangi Daffa. Di saat itu, kita akan memaksa dia untuk memilih. Daffa -- cucu kandungnya atau Mawar? Mama yakin, dia akan lebih memilih Daffa," seru Cynthia."Iya, Mama benar.""Mas Barra akan jatuh cinta sama gue. Dulu Mas Barra mungkin nggak bisa jatuh cinta sama kembaran gue. Tapi dengan gue, dia akan bertekuk lutut di bawah kaki gue. ...." batin Bulan yang menguping pembicaraan Nyonya Cynthia dan Barra.Nyonya Cynthia meminta asisten rumah tangganya untuk mengantarkan Bulan ke kamar tamu. Saat sedang mengantarkan Bulan menuju kamarnya, Bulan justru berbelok arah ke kamar Barra dan Mawar saat ART keluarga Barra itu pergi ke dapur."Kamar ini harus menjadi kamar aku dan Barra nantinya. Semua yang ada di rumah ini akan menjadi milikku selamanya ...." batin Bulan.Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki memasuki kamar itu. Karena panik, Bulan pun masuk ke dalam kamar mandi. Namun, saat mengetahui jika Barra yang masuk, B
Baca selengkapnya
Peperangan Dimulai
"Daffa, Daffa ...."Bulan akhirnya terbangun. Ia tidak melihat keponakannya itu berada di kamarnya. Padahal Daffa sengaja dimanfaatkan untuk menguras harta Barra dan keluarganya."Ah! Paling dia main di luar sana Safia. Biar ajalah. Sekarang lebih baik aku siap-siap buat dandan yang cantik untuk menggaet Mas Barra," ucap Bulan. Di meja makan, Mawar sedang mengurus Safia dan Daffa sarapan. Dari jauh, Tuan Mark bersama Cynthia dan Barra sedang memperhatikan Mawar."Coba kamu lihat. Mawar begitu berbesar hati mengurus Daffa. Walau bukan darah dagingnya sendiri," ujar Tuan Mark."Papa benar. Mawar lebih baik dari Bintang," batin Barra."Ya sudah seharusnya, Pa. Biar ada manfaatnya dia di rumah ini ni," sahut Barra. Nyonya Cynthia pun senang mendengar jawaban putra tunggalnya itu.-----Cynthia pun mendatangi kamar Bulan. Ia yang melihat Bulan sedang bermake-up pun langsung menyerungut kesal."Kamu ini. Jam segini masih sibuk dandan? Kamu lihat tuh! Anak kamu sedang diurus sama Mawar. Har
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status