Share

BAB 6

BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN

06

.

Mas Zaki menarik tubuh ini menjauh dari depan pintu. Jantungku berdebar, tangan dan kaki masih sedikit gemetar.

"Mahluk apa itu mas?" Aku bertanya dengan terbata-bata.

Belum sempat mas Zaki menjawab, terdengar suara mahluk itu melompat ke atap ini, berjalan kesana kemari di atas sana. Aku menatap mas Zaki dengan wajah takut.

Suamiku itu berjalan menuju jendela, menyibakkan tirai dan mengintip keluar. "Sini dek." Menyuruhku untuk mendekat.

Dengan langkah gemetar aku berjalan menuruti perintahnya. Dari balik jendela aku melihat makhluk yang begitu menyeramkan dan sangat menakutkan.

Matanya begitu tajam menatap ke arah kami, tubuh hitam penuh bulu itu kembali melompat dan bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain.

Kikikik ... Kikikik ....

"Astaghfirullah. Mahluk apa itu mas."

"Itu namanya ...." Mas Zaki menghentikan ucapannya. "Ah, besok saja aku beritahu." Sambungnya lagi.

Hening, kami sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. "Apa yang membuat mahluk itu datang kesini? Apa jangan-jangan."

"Jangan-jangan apa mas?" Ucapanku penuh tanda tanya.

"Dek, apakah kamu sedang halangan?" Tanyanya menyelidik.

"Hmm. Iya mas, kenapa?" Jawabku malu-malu.

"Sejak kapan?" Tanyanya lagi.

"Sesudah sholat tadi, Kenapa si mas?" Mas Zaki membuang nafas kasar, terlihat kekhawatiran yang terpancar dari wajahnya .

"Kamu gak buang bekasnya sembarangan kan?" Aku menggelengkan kepala.

"Lebih baik di kubur saja ya, atau tidak kamu kumpulan biar mas yang kerjakan." Aku mengangguk paham.

Bayangan mahluk itu seakan berputar-putar di kepala. Bentuk tubuhnya begitu menyeramkan, dengan bulu yang begitu lebat memenuhi seluruh kulitnya.

Sekilas aku melihat bagian mulutnya menonjol dan di penuhi taring yang tidak beraturan. Tatapannya tajam dengan kedua mata melebar berwarna merah menyala.

Yang lebih menyeramkan lagi mahluk itu tidak memiliki hidung, telinganya meruncing seperti kurcaci di negri dongeng. Badanya tidak begitu tinggi mungkin hanya seukuran anak usia tiga tahun.

Mahluk mengerikan itu memiliki tangan yang lentur dan telapak kaki tidak sejajar. Tangan dan kaki cukup panjang sama persis dengan jejak misterius yang kemarin aku temukan.

Saat dia melompat terdengar suara ngilu dari taring yang beradu, membuat takut yang luar biasa.

_______

Aku terbangun dari tidur saat mendengar kicauan burung di luar. Begitu terkejutnya aku saat melihat jarum jam sudah menunjuk ke angka tujuh, mas Zaki pun sudah tidak ada lagi di sampingku.

Awan mendung menutupi cahaya matahari, di tambah dengan rimbunnya pepohonan membuat suasana pagi ini masih terlihat gelap.

Dengan tergesa-gesa aku turun kelantai bawah. Sepi tidak ada mas Zaki di ruangan ini, mungkin dia sudah pergi bekerja atau mungkin berada di dapur.

Aku melangkah menuju dapur yang berada di sebelah ruangan ini memastikan apakah suamiku di sana, ternyata juga tidak ada.

"Kamu sudah bangun?" Aku menoleh ke sumber suara.

"Iya mas. Loh, mas Zaki belum berangkat?"

"Hari ini mas mau menjual hasil getah kita, Kamu mau ikut atau tunggu di rumah?" Tanyanya kepadaku.

"Di rumah aja lah mas. Gak lama kan?"

"Yakin, gak takut nanti kalo di tinggal pergi? Tergantung datangnya toke dari luar."

Sebenarnya aku sedikit takut jika berada disini sendiri, akan tetapi jika memutuskan ikut pergi rasanya tidak kuat dengan aroma getah karet yang cukup banyak itu.

"Gimana, mau ikut gak?" Mas Zaki kembali bertanya.

"Gak mas, aku di rumah saja."

"Kalo ada apa-apa gimana, kayaknya nanti bakalan lama deh, mending ikut aja ya."

"Insya Allah, gak bakal kenapa-kenapa." Aku meyakinkan mas Zaki.

Setelah sarapan mas Zaki bergegas untuk memanen getah karet yang rencananya hari ini akan di jualnya. Tangannya begitu cepat mengambil satu persatu gumpalan getah yang masih berada di tepian pohon.

Setelah terkumpul dalam satu tempat, karet mentah itu di susun kedalam karung yang lumayan besar. Biasanya anak buah mas Zaki yang akan memanen getah-getah itu, tapi sejak pagi belum juga datang.

"Dek! Mas berangkat ya. Jangan pergi jauh-jauh dari rumah. Kalo ada apa-apa cepat hubungi aku ya." Teriaknya dari dalam mobil.

"Iya ....!" Jawabku melambaikan tangan. Mas Zaki menyalakan mesin mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang.

______

Setelah mas Zaki pergi aku menutup semua pintu rumah ini, kemudian berlari masuk ke dalam kamar.

Aku duduk didekat jendela kamar ini, melihat hamparan kebun sawit yang sangat luas.

Bangunan rumah ini lumayan tinggi, ditambah letaknya yang memang berada di atas bukitan membuatnya dengan jelas melihat perkebunan di sini.

Aku menatap heran dengan hutan yang berbatasan langsung dengan kebun milik mas Zaki. Tempat itu selalu di selimuti oleh kabut tebal berwarna gelap.

Sempat ada rasa ingin kesana, akan tetapi mas Zaki melarang dan memberikan wejangan kepadaku untuk tidak mendekati hutan misterius itu.

Aku merasa bosan, sedikit menyesali keputusan tidak ikut dengan suamiku tadi. Kuraih henpon yang berada di atas meja.

Tengah asik dengan benda pipih di tangan, terdengar suara seseorang seperti sedang berbicara. Aku melihat keluar mencari sumber suara itu berada, namun tidak ada siapa-siapa di sekitar sini.

Ah mungkin orang yang sedang mencari madu hutan, sebab aku sering melihat mereka menawarkan hasil buruannya kepada mas Zaki.

Bahasa yang di gunakan juga hampir mirip dengan orang kubu atau suku pedalaman di hutan ini. Karena takut aku memutuskan untuk menutup pintu jendela dan berdiam diri hingga pemilik suara itu pergi.

Aku kembali memandang benda pipih di tangan, namun suara itu semakin mendekati pondok ini. Aku mengintip dari lubang jendela untuk melihat siapa yang sedang berbincang-bincang itu.

Shrek ... Shrek ... Shrek ....!

Suara semak yang di injak, aku melihat dua orang laki-laki berjalan menerobos masuk kedalam hutan itu. Meskipun tidak begitu jelas aku masih sempat melihat wajah salah satu orang itu. Rasa-rasanya aku pernah melihat salah satu dari mereka, wajahnya seperti tidak asing bagiku.

Waktu terasa cepat berlalu, hari sudah semakin sore tetapi mas Zaki belum juga kembali. Ada rasa cemas jika mas Zaki tidak kunjung datang hingga menjelang malam bagaimana nasibku nanti? mengingat kejadian-kejadian aneh yang beberapa hari ini yang terus menerus menghantui.

Ponselku berdering aku segara mengambilnya dariku berkerut melihat nomor tanpa nama yang tertera di layar hape. Ragu-ragu aku menggeser layar untuk menjawabnya. "Assalam.." belum selesai aku bicara.

"Tinggalkan tempat ini jika ingin selamat!"

-----

bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status