Share

Harta milikku

Author: Melysa
last update Last Updated: 2021-06-23 13:19:28

#BUKAN_MENANTU_BODOH

#PART_3

Hari ini, Mas Aksa rencananya akan membawa Ibu pulang dari rumah sakit. Ia memintaku memasak makanan kesukaan ibu, yakni soto ayam.

Sesungguhnya sakit dalam hatiku membuat aku sedikit ragu memberikan masakan untuk beliau tapi, sudahlah, aku harus bisa melewati ini semua.

Suara deru mesin memasuki halaman rumah sesaat setelah aku selesai memasak dan menyiapkan semuanya.

"Assalamualaikum," sapa Mas Aksa dari balik pintu.

"Waalaikumsalam," jawabku seraya berjalan ke arah pintu depan.

"Mas ...!" ucapku tak percaya.

Bukan hanya Mas Aksa dan ibu yang ada di balik pintu tapi, ada seorang wanita cantik pula bersama mereka. Aku yakin, wanita itu yang bernama Dinda. Hatiku terasa perih melihat pemandangan itu. Dinda menggandeng tangan Ibu dengan hati-hati. Matanya sinis menatapku dengan wajah cantiknya.

Ya, parasnya begitu cantik dan mempesona. Tinggi badannya memang terlihat serasi jika bersanding dengan Mas Aksa. Namun, Mas Aksa adalah suamiku. Dan aku masih Sah menjadi istrinya.

"Kita masuk dulu Dek," ujar Mas Aksa.

"Ayok Din, masuk!" ajak ibu sembari terus menggenggam tangan Dinda.

Sejujurnya hati ini begitu iri melihatnya, selama dua tahun. Ibu bahkan tak pernah menggandeng tanganku sebagai menantunya. 

"Ini rumah hasil kerja Aksa, ya meski nyicil tapi, cicilannya sudah lunas kok Din," terang ibu.

"Aah ibu, semua juga berkat Reni yang mengatur keuangan," puji Mas Aksa.

"Kalau kamu gajinya kecil juga gak mungkin lah Sa, kamu bisa punya rumah ini. Semua itu atas kerja keras kamu!" sanggah ibu sembari menatap tajam kedua netraku.

"Ajak Ibu istirahat dulu Mas, kan Ibu masih sakit," sindirku.

Ibu terlihat gugup saat aku mengatakan hal tersebut, harusnya ia merasa orang yang sakit bahkan sempat sekarat tidak mungkin berkata sepedas itu, apalagi dengan intonasi tinggi.

Lagipula aku tak butuh pujian dari Mas Aksa, mulutnya memujiku tapi, hatinya menjatuhkan aku. Itu sangat membuatku muak.

"Mari Bu, saya antar ...!" ajak Dinda dengan intonasi lembut.

"Makasih ya Din, kamu udah ngerawat Ibu ..." ucap Ibu sembari melirik ke arahku.

Semakin sakit rasanya hatimu ini, Dinda yang baru saja datang justru terlihat sangat di sayang. Sedangkan aku, aku yang merawat ibu dan memberikan berbagai macam kebutuhan nya justru di perlakukan layaknya pembantu.

"Dek, aku berangkat kerja ya, titip Ibu," pamit Mas Aksa yang tiba-tiba bersuara saat aku tengah memperhatikan langkah Dinda.

"Iya Mas," jawabku singkat.

"Mas ... Mas Aksa!" panggil Dinda seraya berlari.

Aku menoleh dan menatapnya dengan tajam. Ada apa wanita ini memanggil suamiku seperti itu.

"Mas, aku nitip susu ya buat Ibu nanti," pinta Dinda.

"Makasih ya Din, kamu udah perhatian banget sama Ibu aku," ungkap Mas Aksa sembari membelai pipi gadi tak tahu malu itu.

"Mas!" sentakku tajam.

"Dek, kamu masih disini?" tanya Mas Aksa gugup.

"Yaudah Mas, jangan lupa titipan aku ya!" ucap Dinda sembari pergi meninggalkan kami berdua.

Aku pun hanya menatap tajam netta Mas Aksa, tak ada permintaan maaf Mas Aksa langsung pergi dan berlalu meninggalkan aku dengan perasaan terluka.

"Reni!" 

Suara ibu memanggil dengan intonasi tinggi. Aku segera berlari mendekat.

"Ada apa Bu?" tanyaku saat sampai di kamar ibu.

"Kamu sudah tahu kan, ini Dinda calon istri Aksa," jelas ibu tanpa perduli perasaanku.

"Ya Bu, aku tahu," jawabku datar meski sakit begitu tak tertahankan.

"Sekarang kamu tahu kan, kenapa Dinda begitu pantas bersanding dengan Aksa dibanding dengan kamu!" sentak beliau.

"Kita bicarakan nanti saja Bu, dengan Mas Aksa!" tegasku.

"Dasar sombong!" cetus ibu yang terdengar samar saat aku membalikkan badan hendak menuju ke kamar.

Hari ini, kalian boleh tertawa di atas luka di hatiku tapi, lihatlah besok. Jangan harap aku akan menerima permintaan maaf dari kalian semua!. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BUKAN MENANTU BODOH   Perpisahan

    #BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#21Setelah memastikan anak-anak sudah tertidur, aku segera mengajak Mas Galih untuk duduk di ruang televisi. Di sana aku ingin mengajaknya bicara."Mas, aku mau tanya sesuatu."Aku pasang wajah serius dan berusaha untuk tetap menatap Mas Galih dengan tatapan yang benar-benar ingin menghakiminya.Aku tahan perasaan sakit karena di khianati olehnya. Apa yang sudah aku ketahui, seketika harus aku pendam kadang tak ingin membuat suara gaduh."Tanya apa? Kok serius banget," tanya Mas Galih.Aku keluarkan bukti cetak buku rekening milik Mas Galih. Di sana tertera jelas jika selama ini ia sudah mentransfer sejumlah uang untuk nomor rekening yang sama selama beberapa bulan terakhir."Apa ini?" tanya Mas Galih seraya mengambil kertas di atas meja.Ia terkejut saat minat isi kertas itu, kemudian menatap wajahku dengan penuh harap jika aku akan memaafkannya."Ini klien kok," ucap Mas Galih."Udah deh Mas, kamu nggak capek apa bohong terus sama aku. Buktinya udah je

  • BUKAN MENANTU BODOH   #20

    #BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#20[Memangnya mau kirim pesan ke siapa Mas?]Aku kirim balasan pesan untuk suamiku, tapi ia tak membalas hingga beberapa menit berlalu. Padahal, ia terlihat online.[Ada temen minta tolong transfer, Sayang.] Balas suamiku.Sesungguhnya aku tidak ingin berburuk sangka pada suamiku, akan tetapi aku merasa jika semua ini memang harus di curigai.Aku biarkan anganku melayang, memikirkan semuanya tanpa ada sebuah jawaban. Otak mengatakan mungkin memang apa yang di katakan suamiku sebuah kejujuran, meskipun hatiku mengatakan jika semua hanya omong kosong.Aku terus memutar otak agar aku bisa mengetahui rekapan data rekening milik Mas Galih. Bagaimanapun, aku harus tahu, siapa yang ia berikan yang itu.Firasat ku sebagai seorang istri sulit untuk di bohongi. Ada perasaan mengganjal yang membuatku tak mampu untuk tetap bersikap baik-baik saja.Hingga akhirnya pagi menyapa dan aku berpura-pura memakai pakaian pergi, aku ingin membuat sebuah sandiwara agar aku bis

  • BUKAN MENANTU BODOH   #19

    #BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#19"Kayaknya aku salah kamar Mas!"Aku segera menyambar tas yang ada di atas meja dan pergi meninggalkan kamar hotel itu. Mas Galih nampak heran, ia bahkan berusaha menghentikan langkahku.Namun, aku tidak perduli dan tetap pergi meninggalkan kamar tersebut."Ren, tunggu. Aku benar-benar tidak melakukan hal aneh seperti apa yang kamu pikirkan, aku hanya berusaha untuk memberikan kejutan buat kamu.Kamu tahu kan, rumah tangga kita akhir-akhir ini sering bermasalah. Jadi, aku tidak mungkin meminta kamu langsung ke sini. Aku meminta Dinda untuk menghasut kamu, seolah aku pergi dengan wanita lain. Namun, sungguh aku hanya ingin rumah tangga kita baik-baik saja."Jika apa yang di katakan Mas Galih adalah sebuah rayuan, mungkin aku telah luluh dengan ucapannya. Aku benar-benar tenggelam karena rasa cinta yang masih tersisa di dalam hati ini."Ren, percayalah. Aku benar-benar tidak ingin menikahi Anisa seperti apa yang ibu inginkan. Aku juga tidak ingin berpisa

  • BUKAN MENANTU BODOH   #18

    #BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#18"Ren," ucap Mas Galih yang terlihat sangat gugup.Aku hanya tersenyum menyambutnya, kemudian segera menerobos masuk dan melihat semua isi kamar hotel ini. Namun, tak ada siapapun di kamar ini, entah bagaimana bisa aku salah melihatnya.Dimana Mas Galih menyembunyikan wanita itu? Rasanya tidak mungkin wanita itu melompat dari jendela karena lantai tiga hotel ini saja sudah cukup tinggi dan bisa membuat siapa saja cidera jika nekat melompat.Mas Galih terlihat kebingungan melihat tingkahku, mungkin ia masih berusaha menyembunyikan apa yang baru saja aku lihat. Namun, aku tidak bodoh! Akan aku temukan di manapun ia menyembunyikan wanita murahan itu.Tring!Dering ponsel Mas Galih berbunyi tepat saat aku melihat ke arah toilet. Ponselnya yang tergeletak di atas meja pun segera ia raih, ta

  • BUKAN MENANTU BODOH   #17

    #BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#17Aku ingin menyapanya, tapi rasanya gak mungkin aku langsung datang dan langsung menanyakan semuanya. Ia bisa saja mengelak dan semua sandiwaranya bisa saja berakhir.Ayok Ren, berpikirlah! Hatiku terus berbicara sendiri. Setengah mati aku berusaha mencari akal dalam waktu yang singkat. Aku tak ingin ketinggalan jejak dan akhirnya Mas Galih pergi begitu saja.Ah! Persetan dengan rasa malu! Aku segera bangkit dari tempat duduk dan berniat mendatangi Mas Galih bersama wanita misterius itu. Namun, langkahku terhenti.Aku melihat Anisa menghampiri mereka berdua. Langkahnya cepat dan penuh dengan emosi.Plaaaak!"Siapa dia Mas? Tega kamu ya! Kurang sabar apa sih aku nunggu kamu? Kurang apa kamu nyakitin aku dengan nikahi janda itu!"Anisa terus saja berteriak, sementara

  • BUKAN MENANTU BODOH   #16

    #BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#16Aku berusaha tidak perduli meskipun sesungguhnya hatiku sakit mendengar Mas Galih pergi bersama wanita lain. Hatiku terus di penuhi dengan tanya.Apakah mungkin Mas Galih memang mendua? Pernikahan kami baru berjalan satu tahun, ia juga menjanjikan banyak hal padaku. Namun, mengapa ia bisa setega itu?Aku pikir sikap baiknya memang benar-benar tulus, akan tetapi bagaimana bisa aku percaya dia jika semua sudah seperti ini?Siang itu pembicaraan antara aku dan Dinda selesai sudah. Apa mungkin Dinda berusaha menipuku? Namun, apa untungnya bagi dia?Sore itu aku segera pulang ke rumah, berniat ingin beristirahat setelah banyaknya kejadian pagi ini yang membuatku begitu penat.Namun, saat aku tiba di rumah. Mas Galih tiba-tiba menyambutku, ia nampak tak bersalah setelah pergi entah kemana."Ren, bagaimana kalau kita pergi? Aku benar-benar tidak ingin bersama Anisa, aku ingin kita berdua tetap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status