FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU

FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU

last updateLast Updated : 2021-11-07
By:  Ade EsrianiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
38 ratings. 38 reviews
40Chapters
59.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Mona begitu terkejut saat menatap foto bayi di ponsel Bayu suaminya. Mereka belum memiliki anak, lantas kenapa Bayu menyimpan foto bayi tersebut di ponselnya? Ada hubungan apa antara Bayu dan foto bayi yang berada di ponselnya tersebut? Bayu hanya iseng atau memang ada sesuatu? Simak kisahnya yuk biar enggak penasaran.

View More

Chapter 1

Bab 1. Foto Bayi Siapa

By : Ade Esriani

Bab 1

"Mas, foto bayi siapa yang ada di ponselmu? Ini bayi siapa?" Dahiku mengernyit sesaat menatap foto bayi bersarung tangan yang tubuhnya terbedong kain pada layar ponsel Mas Bayu-suamiku.

Aku memang sengaja meminjam ponsel Mas Bayu untuk menelpon Bapak di kampung. Setelah selesai, iseng-iseng aku melihat-lihat galeri ponselnya, ternyata ada foto bayi di sana.

"Mas, kok enggak dijawab sih?" Karena tidak di jawab, aku kembali bertanya.

"Itu, nemu di g****e," jawabnya santai sambil menyesap kopi yang kuhidangkan untuknya.

"Nemu di g****e? Kok fotonya banyak begini, Mas? Bajunya juga beda-beda!"

Masa iya, nemu di g****e? Sepertinya foto bayi ini langsung di foto dari ponsel. Aku tahu perbedaan foto yang asli dengan gambar yang diambil dari g****e. Jelas beda!

"Mas cuma iseng-iseng kok'. Memangnya kenapa, sih?" Mas Bayu malah balik bertanya.

"Iya nih, jadi istri kok' ya curigaan sama suami! Enggak baik loh, Mona!" sahut ibu mertua yang kini ikut bergabung bersama kami di ruang tamu.

"Mona 'kan cuma bertanya, Bu! Apa itu salah?" 

Aku tidak terima jika ibu mertua menyudutkanku. Padahal, aku cuma bertanya.

"Bertanya boleh-boleh saja! Cukup sekali. Tidak perlu bertanya untuk yang kedua atau ketiga kalinya, paham?" Ibu mertua meninggikan nada bicaranya. Jika sudah begini, aku hanya bisa diam karena tidak mau memperpanjang masalah.

Begitulah ibu mertuaku, selalu saja ikut campur dalam urusan rumah tanggaku. Ibu mertua selalu membenarkan Mas Bayu, biarpun anaknya tersebut melakukan kesalahan.

"Seharusnya kamu introspeksi diri, Mona! Kenapa suamimu sampai menyimpan foto bayi segala di galeri ponselnya? Itu karena Bayu ingin sekali memiliki anak. Sedangkan sampai detik ini, kamu belum juga bisa memberinya anak!" 

Deg!

Kata-kata ibu tersebut bagaikan pedang yang menusuk jantungku. Menciptakan perih tak terkira di hati ini. 

Tidak ada satupun wanita di dunia ini yang tidak ingin memiliki anak. Tapi apalah daya, aku hanya bisa berusaha dan berdoa. Selanjutnya Allah semata lah yang menentukan di rahim wanita mana akan menitipkan ciptaannya.

"Ibu, Mona mohon jangan berkata seperti itu lagi. Bukan kita yang menentukan, Bu, tapi Allah!"

Aku berusaha mengubah pola pikir Ibu, berharap Ibu mertuaku tidak lagi menyalahkan diriku atas semua ini.

"Ibu tau. Enggak usah kamu ajari Ibu soal itu." Ibu berucap dengan ketus sambil memandangku dengan tatapan sinis.

"Seharusnya kalau Ibu sudah tahu, Ibu tidak boleh terus-menerus menyalahkan Mona seperti itu, Bu!"

"Terus, siapa yang mau disalahkan? Bayu? Kamu tau sendiri, 'kan, Mona! Kakak-kakaknya Bayu semua memiliki anak. Hanya Bayu yang belum memiliki anak. Ibu sangat yakin bahwa kamulah yang bermasalah, bukan Bayu!"

Siapa yang tidak sakit hati mendengar dirinya dihina seperti itu. Apalagi suami sendiri seolah tidak peduli dan tidak ada pembelaan darinya. Padahal, Mas Bayu lah yang menyuruhku untuk menunda kehamilan karena saat itu ekonomi kami belum mapan. Sekarang malah aku yang disalahkan!

"Mona tidak mandul, Bu! Ini hanya masalah waktu saja! Mungkin saja karena efek dari suntik KB, Bu! Dulu, beberapa hari setelah menikah, Mona pernah suntik KB. Itu pun Mas Bayu yang nyuruh karena belum siap memiliki anak. Insyaallah suatu saat nanti, Allah pasti akan menitipkan janin di rahim Mona. Mona yakin pada kebesaran Allah, Bu!"

Aku berusaha menahan bulir bening yang dari tadi hendak keluar sambil mengelus perut yang masih rata, belum ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa aku hamil. Aku hanya berharap ada keajaiban dari Allah.

"Ngakunya tidak mandul, tapi sampai detik ini belum hamil juga! Mandul dan tidak bisa hamil kan sama saja!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, ibu mertua pun beranjak dari tempat duduknya. Membuka pintu kamarnya lalu membanting pintu sehingga menimbulkan bunyi yang memekikkan telinga.

"Mas bosan lihat kamu sama Ibu berdebat terus tiap hari, Dek. Bisa nggak sih, kalian itu akur seperti orang-orang pada umumnya? Mas sudah capek bekerja seharian, pulang ke rumah masih harus mendengar keributan. Mas capek, Dek!" protes Mas Bayu.

Tadi Ibu, sekarang suamiku sendiri juga ikut menyalahkanku.

"Mas minta kamu ngalah aja sama Ibu, Dek. Ucapan Ibu tadi nggak usah dimasukin ke hati. Mungkin Ibu berucap seperti itu saking pengennya punya cucu."

"Aku sudah mengalah pada Ibu, Mas. Tapi tadi Ibu sendiri yang memulai. Jelas aku tersinggung dengan ucapan Ibu. Aku sakit hati dikatain mandul, Mas!" 

"Sudah ya, enggak usah dibahas lagi! Mending kita ke kamar aja, yuk! Mas capek mau istirahat!"

Mas Bayu beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju kamar kami. Ia seolah tidak peduli pada perasaan istrinya. Padahal dulu Mas Bayu sendiri yang menyuruhku untuk menunda kehamilan karena belum siap untuk memilih anak. Sekarang, malah aku yang disalahkan.

Jika saja saat itu aku tidak menurutinya, mungkin tidak akan seperti ini jadinya.

***

Sudah larut malam begini, mataku belum juga terpejam. Sudah kucoba untuk merubah posisi tidur, tapi tetap tidak bisa. Mata ini seolah tidak bisa diajak kompromi.

Pikiranku berkelana jauh, memikirkan tentang rumah tanggaku.

Sejak kehadiran Ibu mertua dan juga Adik iparku Hani di rumah ini, hidupku seolah tidak bisa tenang. Jangankan untuk berduaan dengan Mas Bayu, untuk bersantai saja tidak bisa. Selalu saja Ibu menyuruh ini dan itu. Kerjaan di rumah ini seolah tidak ada habisnya.

Bukan cuma itu saja, beliau kerap kali meminta uang padaku dengan jumlah yang tidak sedikit. Padahal seluruh kebutuhannya di rumah ini sudah aku tanggung. Ditambah kebutuhan Hani adik iparku yang masih kuliah juga sangat banyak. Sehingga membuat kepalaku pusing dalam mengolah gaji Mas Bayu. Semua harus cukup, Mas Bayu tidak mau tahu hal itu.

Untuk mencukupi kebutuhan di rumah ini, aku bekerja sebagai kasir laundry dari pagi sampai sore. Hasilnya lumayan, bisa menutupi kebutuhan dapur. 

Sebenarnya bisa dikatakan gaji Mas Bayu sudah lebih dari cukup. Ya, Mas Bayu memiliki toko bangunan, tapi itu semua tidak ada artinya karena sikap boros ibu mertua dan juga Hana yang suka berfoya-foya. Masih pertengahan bulan saja uang yang diberikan Mas Bayu sudah habis. Makanya aku bela-belain untuk kerja, agar bisa menutupi semua pengeluaran.

Jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.30, tapi mata ini belum juga terpejam.

Aku kembali teringat pada foto bayi yang tersimpan di galeri ponsel Mas Bayu. Aku masih belum yakin dengan jawaban Mas Bayu tadi. Masa ia sih, foto itu diambil dari g****e?

Karena rasa keingintahuanku, aku pun mengambil ponsel Mas Bayu yang berada di atas meja. Untung saja ponselnya tidak menggunakan kata sandi sehingga aku begitu mudah untuk mengeceknya.

Galeri adalah menu pertama yang kubuka. Kutelusuri semua foto dan album. Ternyata di galeri tersebut ada sebuah album yang diberi nama 'my family'. Seketika mataku membulat saat melihat foto Mas Bayu sedang menggendong bayi. Ya, bayi yang digendongnya itu mirip sekali dengan bayi yang kulihat di foto itu. 

Deg!

Jantungku berdetak lebih kencang saat memandangi foto itu. Apa arti dari semua ini?

Tadi Mas Bayu ngakunya foto bayi itu ia comot dari g****e. Terus ini apa?

Berbagai pertanyaan menari-nari di dalam pikiranku. Ada apa ini? Apa sebenarnya yang terjadi?

Belum juga rasa penasaranku terjawab, tiba-tiba ponsel Mas Bayu yang sedang berada dalam genggamanku bergetar.

Sebuah pesan WA masuk dari kontak yang bernama Andi.

[Mas, besok beliin susu buat Haikal ya. Susunya Haikal sudah habis nih.]

[Salah Mas sendiri, sih! Enggak bolehin aku mengASIhi Haikal. Mas takut ya payu**ra aku nanti kendur?]

[Sekalian beli pampers dan juga pil KB ya Mas! Takut kebobolan, Haikal kan masih kecil, Mas.]

[Mas sudah bobo ya? Yaudah deh, mimpi yang indah ya, Sayang, bye.]

Tunggu dulu, apa aku tidak salah lihat? Kontak yang bernama Andi mengirim pesan seperti ini pada suamiku?

Bersambung ….

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(38)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
38 ratings · 38 reviews
Write a review
user avatar
Santhy Charyani Putri
Cerita tentang rumah tangga. Bagus dan menarik
2025-04-03 12:09:25
0
user avatar
Nada Azzah
Bagus ceritanya ......
2024-11-19 14:57:28
0
user avatar
S.T
bagus cerita nya
2024-08-15 09:48:41
0
user avatar
ella kamal
kak cerita "racun tetangga" dong kak ...
2024-07-10 16:32:23
0
user avatar
Firdose Banu
can I read this in English
2023-08-28 18:47:06
0
user avatar
Siti Ami
keren ceritanya
2022-03-28 09:40:52
0
user avatar
Putri Bagus
bagus ceritanya nggak mbulet2
2021-12-04 10:30:11
2
user avatar
Asnafa
Semangat kak!
2021-09-28 18:44:51
1
user avatar
Nadila nana
Wah buat penasaran. Semangat kak, aku sydah mampiir ya
2021-09-27 07:42:30
2
user avatar
Radharmy RD
Ceritanya seru kak lanjutin....
2021-09-25 22:46:04
1
user avatar
Naya Lim
pengen nabok mertuanya. next kak, semangat ya
2021-09-25 15:51:47
1
user avatar
Sarifah31
Semangat kakak sukses selalu
2021-09-25 10:53:57
0
user avatar
Ade Esriani
Jangan lupa baca lanjutannya ya ...
2021-09-24 21:40:56
0
user avatar
macayp
Semangat kakak nulis novelnya
2021-09-24 15:15:40
0
user avatar
Wening
Keren. Semangat, kak
2021-09-24 15:08:21
0
  • 1
  • 2
  • 3
40 Chapters
Bab 1. Foto Bayi Siapa
By : Ade Esriani Bab 1 "Mas, foto bayi siapa yang ada di ponselmu? Ini bayi siapa?" Dahiku mengernyit sesaat menatap foto bayi bersarung tangan yang tubuhnya terbedong kain pada layar ponsel Mas Bayu-suamiku. Aku memang sengaja meminjam ponsel Mas Bayu untuk menelpon Bapak di kampung. Setelah selesai, iseng-iseng aku melihat-lihat galeri ponselnya, ternyata ada foto bayi di sana. "Mas, kok enggak dijawab sih?" Karena tidak di jawab, aku kembali bertanya. "Itu, nemu di google," jawabnya santai sambil menyesap kopi yang kuhidangkan untuknya. "Nemu di google? Kok fotonya banyak begini, Mas? Bajun
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more
Bab 2. Curiga
Bab 2 Tunggu dulu, apa aku tidak salah lihat? Kontak yang bernama Andi mengirim pesan seperti ini pada suamiku?  Aku terdiam sejenak, berusaha mencerna maksud dari semua ini. Apa ini ada hubungannya dengan foto bayi itu? Apa mungkin itu anaknya Mas Bayu dengan wanita lain?  Tidak mungkin Mas Bayu mengkhianatiku, apalagi sampai memiliki anak dengan wanita itu. Aku tahu, Mas Bayu tidak mungkin tega melakukan itu padaku. Suamiku sangat mencintaiku. Akhirnya pertahananku runtuh juga, kaca-kaca bening mengalir begitu saja dari sudut netra. Aku tidak yakin jika orang yang sangat kucintai, ternyata tega mengkhianatiku.  Kupandan
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more
Bab 3. Semakin Curiga
Bab 3 Baru saja aku hendak meletakkan kembali ponsel tersebut, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. "Dek! Ponsel Mas ketinggalan," ucap Mas Bayu begitu tiba di kamar. "Iya, baru saja ada pesan masuk dari BRI NOTIF. Mas baru narik uang ya?"  Raut wajah Mas Bayu mendadak berubah, terlihat sekali kalau suamiku ini sedang menyembunyikan sesuatu. "Untuk apa, Mas?" tanyaku lagi. "Ini, Dek. Mas perlu uang untuk membayar barang pesanan di toko. Kamu kan tahu sendiri kalau Mas beli barang pakai modal sendiri, Dek. Makanya Mas narik uang di ATM barusan." "Bukannya kalau mau beli
last updateLast Updated : 2021-08-16
Read more
Bab 4. Mereka Mencuri Uangku
Bab 4Setelah keluar dari kawasan toko material, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah warung bakso di pinggir jalan. Warung bakso ini letaknya berhadapan dengan tokonya Mas Bayu. Aku sengaja memilih tempat ini agar bisa memantau Mas Bayu. "Ini pesanannya, Mbak, silakan dinikmati," ucap pelayan warung dengan ramah.  "Terimakasih, Pak," balasku sambil menyunggingkan senyum. Aku segera menikmati bakso tersebut, tidak lupa menambahkan kecap, saos serta cabai agar rasanya lebih nikmat. Sambil menikmati semangkuk bakso, aku terus memantau dari warung ini. Sampai detik ini, Mas Bayu belum juga datang ke toko. Kemana kira-kira mas Bayu? I
last updateLast Updated : 2021-08-16
Read more
Bab 5. Semakin Berani
Bab 5 "Mona, buka pintunya. Kamu belum masak, Mona! Kita mau makan apa malam ini?" Ibu mertua berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar. Tapi aku tidak menghiraukannya karena sudah tahu bahwa mereka hanya memanfaatkan kebaikanku.  Aku tulus menyayanginya dan menganggapnya seperti Ibu kandungku sendiri. Tapi apa balasannya bagiku? Hanya hinaan dan cacian yang selalu kudengar tiap hari dari mulutnya. *** "Dek, bangun!" Aku merasakan seseorang menepuk pelan pipiku. Mas Bayu, ternyata ia sudah pulang. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata sudah malam, entah jam berapa sekarang, aku ketiduran. 
last updateLast Updated : 2021-08-16
Read more
Bab 6. Memata-matai
Bab 6 "Nasi uduknya satu ya, Mpok, minumnya teh manis hangat," ucapku pada Mpok Leni, penjual nasi uduk di pinggir jalan dekat komplek. "Baik, Neng! Tunggu sebentar ya, Neng!" Aku memilih untuk sarapan di warung tenda pinggir jalan yang tidak jauh dari gang rumahku. Sengaja aku memilih tempat ini karena Mas Bayu biasanya melewati jalan ini. Mumpung lagi libur kerja, hari aku akan membuntutinya untuk menjawab semua kecurigaanku. "Ini pesanannya, Neng, silakan dinikmati." Pelayan warung tersebut meletakkan pesananku di atas meja. Satu piring nasi uduk yang yang dihiasi dengan irisan telur dadar yang diiris tipis-tipis, serta satu gelas teh manis yang masih mengepulkan asap telah terhidang di atas meja.  
last updateLast Updated : 2021-08-18
Read more
Bab 7. Bukti
Bab 7 Aku melepas helm, memberikannya kepada supir ojek itu, kemudian masuk ke dalam klinik. Harus ku ungkap semuanya sekarang juga! Sesampainya di dalam klinik, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan mencari-cari keberadaan Mas Bayu. Ternyata ia dan wanita itu sedang duduk di kursi, di depan resepsionis. Klinik ini tidak terlalu luas, jadi mudah sekali mencari keberadaan mereka. Sementara Mas Bayu dan wanita itu sedang fokus memperhatikan bayi itu, aku langsung berjalan di depan mereka dengan santai. Tanpa ragu, aku ikut duduk diantara ibu-ibu yang sedang mengantri. Aku sengaja memakai masker dan juga kaca mata hitam, semoga saja Mas Bayu tidak melihat keberadaanku di sini. Kalaupun iya, yasudah lah. Malah lebih bagus karena kebohongannya akan
last updateLast Updated : 2021-08-18
Read more
Bab 8. Berpura-pura
Bab 8 Deg! Jantungku seolah berhenti berdetak saat melihat ibu mertua memegang buku tabungan yang selama ini aku sembunyikan dari mereka. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?  "Ternyata Mbak Mona diam-diam memiliki tabungan ya, Bu. Coba aja kita tau dari dulu ya, Bu," ucap Hana kepada ibunya. "Iya, memang dasar kakak iparmu itu orangnya pelit. Ibu sih dari dulu sampai sekarang nggak pernah suka sama dia." Ibu mertua membenarkan ucapan anak bungsunya itu. Astaghfirullah … ternyata ibu tidak pernah suka sama aku. Ya Allah … kenapa rasanya sakit sekali mengetahui kenyataan ini. 
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more
Bab 9. Beraksi
Bab 9 "Mona, kamu siapin makan siang ya, Ibu dan juga Hana belum makan. Buruan! Nggak pake lama!" Setelah mengucapkan kata-kata itu, mereka berdua pun meninggalkan kamarku. Siapa juga yang mau disuruh-suruh seperti itu? Memangnya aku ini pembantu, apa? Mulai sekarang, jangan harap aku mau menuruti kemauan kalian.  Aku merebahkan tubuh di atas ranjang setelah mengunci pintu terlebih dahulu. Hari ini sungguh melelahkan. Aku ingin beristirahat dan tidak ingin diganggu oleh siapapun. Baru beberapa menit mata ini terpejam, Ibu sudah menggedor-gedor pintu dan berteriak memanggil namaku. "Mona … makan siangnya mana?" 
last updateLast Updated : 2021-08-23
Read more
Bab 10. Masuk Perangkap
Bab 10 Mereka bertiga pun meminum teh manis hangat yang sudah dicampur dengan obat tidur tersebut. Mari kita lihat, kalian akan berangkat ke acara akikahan itu atau … "Ayo, Bu, Hana, nanti kita telat," ucap Mas Bayu sambil merapikan kemejanya. "Tunggu, Ibu kok mendadak jadi pusing gini, ya? Bentar, Ibu ke kamar dulu." Ibu pun masuk ke kamarnya, disusul juga oleh Hana. Sepertinya obat tidur itu sudah mulai bereaksi. Bagus! "Dek, kok Ibu sama Hana belum keluar juga dari kamar?" tanya Mas Bayu, ia terlihat gelisah, mondar-mandir kesana-kemari. "Nggak tau tuh, Mas. Coba Mas lihat ke kamar!" Karena sudah tidak sabar, Mas Bayu segera m
last updateLast Updated : 2021-08-27
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status