Share

Sosok Hitam

jam pun berdetik tanpa henti, tanpa sedikitpun memberi jeda untukku dan fadli lebih lama tertawa lepas, kini bel masuk kelas pun sudah menggema disetiap sudut, menandakan bahwa jam masuk kelas sudah tiba, aku segera bergegas menuju kelasku, berjalan membelah ramainya lapangan dengan banyak anak yang lalu lalang, bergegas menuju kelas masing-masing, beberapa guru sudah mulai meninggalkan ruang guru satu persatu, kelasku terletak dilorong pojok gedung sekolah ini aku sedikit mempercepat langkah ku, kupandang seluruh isi kelas ini, cupang ya dia terlihat sedang berdiskusi dengan teman sebelahnya, tertawa lepas tanpa ada beban, aku hanya memandangnya dan terus berjalan membelah suara bising dikelasku yang diciptakan oleh kegaduhan teman kelasku. lalu tak lama sosok hitampun itu masuk dan segera membuat kelasku merasa tercekam, hening, tanpa ada bisikan sama sekali. aku segera menoleh ya sosok yang sangat disegenani disekolah ini, dia bukan kepala sekolah ataupun pemilik sekolah, dia hanya sosok guru matematika yang sangat disegani, kepribadiannnya yang agamis dan perilakunya yang baik kepada semua orang yang membuat orang segan kepadanya, bapak ini tidak pernah membuat orang lain kecewa dengan tutur katanya, ya walaupun hanya sedang bercanda saja, bapak ini dia selalu punya cara untuk membuat semua orang yang berbicara dengannya tidak bosan dan mau mendengarkannya, seakan terhipnotis olehnya, kelasku selalu hening tanpa suara. aku selalu suka dengan sosok hitam ini ya walaupun aku tak pernah mengerti dengan pelajaran yang disampaikan beliau tapi aku selalu nyaman ketika beliau memberi petuah-petuah sejuk saat didalam kelas, dia memandang kami dengan tatapan tenang dan senyum mengembang tipis dibibirnya, salampun terdengar merdu ketika beliau berucap. jawabku dan teman serentak "waalaikum salam warrahmatulllahi wabarakatuh" dia membuka lembaran absen yang dipegangnya dari ruang guru, mengabsen teman sekelasku satu persatu, ya aku selalu mendapatkan absen yang terakhir aku masih sempat berbicara dengan temanku, bertanya dakah tugas rumah hari ini, tapi sepertinya dewa sedang bersamaku gelengan kepala temanku pertanda aman, "ko, onok pr a saiki ?" (ko ada pr kah hari ini) tanyaku, dan dia spontan langsung menggeleng, setelah kegiatan absen, bapak hitam ini berdidri tepat ditengah kelas dan bertanya "bab keri dewe tak kek i pr kan ?" (bab terakhir saya kasih tugas kan) sontak tatapan aku dan eko teman depan mejaku pun langsung bertemu, "jaremu gennok ko," (katamu gak ada tugas ko) sontak dia menjawab dengan heran "aku asline lali se." (sebenarnya aku lupa sih) dan seketika jurus ku membuka halaman buku terakhir catatan pelajaran kemarin, dan disana terpampang tulisan yang sangat besar "PR" 

Tamat sudah, dia memang orangnya berwibawa tapi jika masalah tugas, sudahlah diriku pasti kena hukum, selalu dan selalu, sikap disiplinnya seakan menempel erat dengannya, ya disaat aku sedang kebingungan dengan tugas pr ku, bagaikan di sambar petir disiang bolong, suaranya yang terdengar halus tapi mencekam memanggil dengan jelas namaku, ya namaku pinot. langsung aku menoleh dan tersenyum sedikit terpaksa, spontan aku menjawab "dereng pak, kulo dereng ngerja aken tugas" (belum pak, saya belum mengerjakan tugas) dengan spontan aku menjawabnya, dan aku langsung berdiri dari tempat ku, berjalan dengan pasti menuju depan kelas, berdiri disebelah papan tulis dekat meja pak hitam ini, tak lama temanku satu persatu mulai berdiri menemaniku didepan, ya inilah kebiasan kami jika tidak mengerjakan pr pak hitam, kami akan berbaris rapi didepan kelas,

Pak hitam selalu mengajarkan kepada kami bahwa kejujuran dalah segala-galanya, jadi kita dikelas tidak pernah mendapt nilai dari hasil pekerjaan rumah yang kami kerjakan, hanya saja nilai kejujuran yang akan masuk kedalam absen pak hitam ini, pak hitam melangkah mendekat kedepan kami memandangi satu persatu anak-anak yang didepannya, "pancet ae seng gak ngerjakno, yo mek iki-iki ae" (tetap saja yang tidak mengerjakan pr hanya orang-orang ini saja), beliau memberi jeweran telinga kiri kami satu persatu, lalu pak hitam memberi nilai di buku absen miliknya, pak hitam mulai menulis ulan soal yang sama dengan yang dibukuku, mempersilahkan kami anak-anak yang sedikit nakal bergiliran untuk maju mengerjakan pr didepan, aku berharap teman-temanku disini mampu mengerjakannya, tanpa harus aku maju kedepan, "ayo sopo seng iso ndang majuo" (siapa yang bisa mengerjakan pr silahkan maju dan kerjakan) diluar dugaan ku, semua teman-temanku, seakan mematung sama sepertiku, otakku kupaksa bekerja lebih keras, agar sedikit bisa mengingat pelajaran yang disampaikan, ahh dasar ini otakku, tak ada sinyal yang masuk sedikitpun.

"coba garapen siji ae" (coba kerjakan satu saja) suaranya seakan menggema diruang kelas ini, aku berharap salah satu temanku segera maju, dan jangan sampai pak hitam sampai menunjuk salah satu diantara kami, suara jantungku seakan berpacu dengan detak jam didnding diatasku, tanganku mulai basah dkarena keringat dingin, aku melirik teman disampingku, mereka tak jauh beda denganku, didepan ku hanya tersisa dua murid laki-laki yang hanya tersisa, ya dia adikku dan tepan sebangkunya, tanpa pikir panjang adikku berdiri dan berjalan maju mengerjakan soal nomor satu, pak hitam membiarkannya , dia hanya memandangi adikku yang sedang mengerjakan begitu pula aku dan teman-temanku yang sedang berdiri didepan, ada seikit rasa senang, akhirnya sedikit memberi jeda jantungku untuk tidak berdegup layaknya seseorang yang sedang marthon digaris kejuaran nasional, dan rasa iri pun sedikit menyelinap dalam diri ini, kenapa aku tak sepintar adikku ini, dia dengan mudah mengerjakan soal yang sangat sulit bagiku, bahkan dia mengerjakan dengan sangat cepat, aku hanya sedikit iri saja, kadang aku berfikir mungkin aku saja yang kurang jam belajarku, mungkin aku yang selalu menghabiskan waktuku bermain dengan teman-temanku, tapi kenapa semakin aku berfikir semakin aku mengkoreksi diri ini, semakin sesak nafas ini, belum lagi ocehan teman sekelasku yang membandingkanku dengan dikku, sakit memang tapi aku tau aku dan adikku layaknya matahari dan budi, memliki banyak perbedaan, bahkan aku merasa tidak ada satu halpun yang membuat kita sama, entah itu hanya sekedar mainan ataupun hanya sekedar makanan, kami memiliki hal yang selalu bertentangan, dengan cepat lamunanku buyar seketika ketika aku melihat kursi yang tadi kosong kini ada seseorang yang sedang mendudukinya, ya adikku sudah selesai mengerjakan satu soal yang sangat sulit didepan, aku hanya bisa memperhatikan hasil pekerjaan yang ditulis didepan, dan memkasa otakku agar memahami setiap tulisannya, aku dan teman-temanku menghela nafas panjang, seakan kita tahu perlombaan maraton akan segera dimulai, pak hitam akan segera memanggil satu siswa yang akan mengerjakan soal selanjutnya, dan siswa tersebut adalah salah satu dari kami yang sedang berdiri didepan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status