"Iya, Rin. Aku tahu! Ok, hal itu memang ada baiknya kita bicarakan secara langsung. Baiklah sampai ketemu nanti."
Shayra yang baru terbangun mendengar perkataan Adien yang berada di balkon kamar mereka, membuatnya mengerut heran dan bertanya-tanya dalam hati.
'Rin siapa yang berani-beraninya menghubungi suamiku pagi ini? Sial itu sebenarnya siapa sih, dari kemarin centil amat terus telepon-telepon terus!'
Shayra menguap lantas beranjak dan mengikat rambutnya dan menghampiri Adien di balkon kamar mereka.
"Kamu sudah bangun," celetuk Adien kaget saat menemukan Shayra sudah berada dibelakangnya saat berbalik.
Shayra mengangguk singkat. "Hm, iya. Oh, iya kamu ingin sarapan apa pagi ini?" tanya Shayra perhatian seperti pagi mereka biasanya.
Terlihat Adien menghela nafas lega dan mengelus kepala Shayra singkat ditambah kecupan singkat di pagi hari seperti biasanya.
"Kamu kapan akan melamarku, Sayang?" tanya seseorang beegelayut manja pada lengan kekar kekasihnya.Pria yang bersama menoleh datar dan dingin. "Tidak pernah, jadi jangan berharap!" Serunya menciptakan keheningan diantara mereka yang tiba-tiba diam dalam sekejap dan hal itu tidak berlangsung lama karena setelah sebuah tawa memecahkan keheningan yang ada."Hahaha, Sayang. Bercandaan kamu lucu sekali. Kita sudah berpacaran cukup lama lima tahun lebih, jadi aku yakin kamu mana mungkin kamu tidak akan menikahiku."Pria itu menepis tangan wanita yang memeluknya lantas memberi jarak diantara mereka."Dari awal kita menjalin hubungan hanya sebuah formalitas saja, Aurin. Kita melakukan hal ini hanya agar perusahaanku dan milik keluargamu saling mendapatkan keuntungan. Aturannya kamu boleh bersama pria mana saja, begitu juga aku, boleh dengan wanita mana saja. Dan harusnya hubungan ini sudah berakhir sejak tiga tahun l
Adien membuka menarik ikatan dasinya, disusul dengan membuka dua kancing kemeja teratasnya. Adien yang baru pulang langsung saja menghempaskan dirinya ke sofa dan menghela nafasnya panjang. Melelahkan. Hanya itu yang Adien rasakan sekarang. Tubuhnya sebenarnya sudah sangat gerah, berkeringat juga terasa lengket, tapi rasa letih setelah seharian bekerja membuatnya beristirahat sejenak.Namun apa yang Adien lakukan malah membuat Shayra yang sejak pria itu masuk tak pernah berpaling memperhatikannya. Ah, tidak. Bukan itu maksudnya, tetapi ... hm Adien yang demikian tampak mempesona dan seksi terlebih saat mengusap keringatnya dengan elegan. Juga helaan nafas suaminya itu bagaimana jika menerpa kulit leher atau wajahnya, bukankah hal itu akan sangat---'Eerrr ... apa boleh menyentuhnya?' Shayra hampir saja lebih dalam tenggelam mengagumi sosok manusia yang hampir menyerupai kata sempurna dimatanya, jika saja ia tak seger
Shayra terbangun oleh suara berisik yang bersumber dari ponsel milik Adien yang terletak di atas nakas dan berada di sebelah tempat tidur disampingnya. Wanita itu mengerjap lantas duduk dan meraih ponsel yang pemiliknya masih berada di alam mimpi."Aurin," ucap Shayra yang masih mengantuk tiba-tiba membulatkan matanya saat melihat penelepon merupakan seorang wanita.Seketika entah kenapa dada Shayra terasa seperti dihimpit dan ia merasa sesak susah bernafas. Bisa-bisanya ada wanita yang tak tahu malu menghubungi suaminya di pagi-bagi buta. Hei! Bahkan mentari belum memunculkan sinarnya!!Shayra mendengus kasar dan akan mengumpati wanita yang telah mengganggu tidurnya dengan menjawab teleponnya.Akan tetapi belum juga Shayra menggeser jemarinya untuk menjawab panggilan, Adien yang entah kapan bangun tiba-tiba saja meraih ponselnya dari Shayra. Pria itu bahkan dengan cepat beran
"Ini semua bawaan bayimu, karena dirimu yang merupakan buah hasil dari keberengsekanmu. Jadi jangan terbawa perasaan, aku tidak sedang OTW menyukai apalagi mencintaimu dan satu lagi, kamu tidak boleh mengeluh terlebih lagi marah!" Gerutu Shayra berjalan sambil merangkul erat lengan Adien dan menaruh kepalanya bersandar pada dada bidang Adien.Sebenarnya Adien senang saja Shayra demikian, tapi serius, Adien juga geram sekali pada saat yang bersamaan. Gengsinya Shayra itu loh, terlalu tinggi. Selalu saja mengatasnamakan bayinya demi bisa manja-manja manis.Tidak suka Adien, tapi apa yang istrinya lakukan tidak mencerminkan hal demikian. Di saat sekarang saja mereka berjalan mesra menuju ruang kerjanya, Shayra secara terang-terangan menatap penuh peringatan kepada karyawan perempuan yang melihat dan menyapa dirinya dengan tatapan mendamba serta perkataan memuja.Istrinya itu tanpa tahu malu langsung melabrak orang tersebut.
Merasa kesal kepada Ibunya dan juga Dinda, karena menganggap keduanya berada dipihak Adien. Shayra yang tidak mempunyai teman banyak memutuskan berbaikan dengan Raga agar dirinya bisa curhat menceritakan masalah yang terjadi antara dirinya dan Adien, supaya merasa lega."Begitulah, Mas Raga. Adien berengsek dan jahat. Selalu saja menggoda dan menjahiliku, padahal jelas-jelas aku sedang hamil. Kan bahaya kalau aku sampai kepikiran, bisa berakibat fatal entar ke bayinya," adu Shayra dengan mimik wajah senduh seolah sudah merasa menjadi wanita yang paling tersakiti.Raga mengangguk dan hanya mengangguk terus mengiyakan apapun perkataan Shayra yang meminta persetujuannya. Hal itu membuat Shayra merasa senang dan cukup lega, karena ternyata masih ada yang sependapat dengan dirinya serta merasa ada yang mendukungnya.Namun siapa sangka, dibalik Raga yang manis mendengarkan ocehannya. Pria itu menusuk dari belakang dengan diam-diam merekam dan berniat mengirimkannya s
Shayra menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari biasanya kali ini. Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan, melainkan Lisa sendiri mengurangi pekerjaannya dan bahkan sudah berhenti menekannya.Oleh karena itu Shayra bisa pulang cepat, meskipun Shayra sendiri tak langsung pulang dan malah berniat menemui Adien di ruang kerja."Tampaknya memikirkan berdebat dengannya akan lebih baik ketimbang langsung pulang ke rumah sendirian dan kesepian!" Seru Shayra pada dirinya sendiri ketika lift yang dimasukinya bergerak ke atas.Beruntungnya dia sendiri di dalam lift sehingga tak ada orang yang melihat ataupun mendengar barusan dirinya berbicara sendirian. Shayra menyengir setelah tersadar akan hal itu, sebelum kemudian raut wajah masam mulai menyertainya.Mengenai alasan dia lebih suka berdebat dengan Adien ketimbang sandirian di rumah, alasannya sudah jelas. Heii itu bawaan bayi bukan bawaan dirinya mulai
Shayra sedang memasak makan malam untuk dirinya dan Adien suaminya. Kali ini dia tidak serius melakukan kegiatannya tersebut. Pipinya yang terasa memanas dan memerah bagaikan tomat busuk tak pernah pudar dan selalu menyelimutinya.Dirinya yang begitu posesif pada Adien di kantor bahkan sampai membuat babak belur wanita pelakor yang menggoda Adien, mengakibatkan Shayra yang memikirkan kejadian tersebut sambil memotong sayuran menjadi tidak konsen. Sehingga membuat potongan sayurannya tidak rata dan berantakan. Ada yang dipotong kekecilan dan ada yang dipotong terlalu besar. Menyadari hal itu Shayra mendengus sebal."Sial, kok bisa-bisanya aku bersikap begitu? Ch, seharusnya aku juga menghajar Adien karena berani menerima tamu seperti itu." Shayra tanpa sadar merutuki dirinya sendiri. "Eh, tapi Adien tidak salah. Aku lihat dia juga sedang berusaha menyingkirkan wanita itu! Hm, artinya aku sudah benar menghajar wanita itu." Lanjut Shayra samb
Gara-gara insiden menghajar Aurin tanpa belas kasihan, Shayra hampir saja mendekam dibalik jeruji besi. Akan tetapi hal itu tak terjadi, sebab Adien sudah lebih dahulu mengatasinya dengan uang serta kekuasaan yang dimiliki olehnya untu menyelesaikan segalanya.Ditambah kini Aurin tak lagi berani mendekati Adien dan sedikit mengalami trauma. Namun hal itu bukanlah karena diancam Adien, melainkan ingatan kejadian mengerikan penyisaan Shayra terhadapnya membuatnya ngeri dan takut sehingga ia memilih mundur teratur.Tapi perlu diketahui bahwa wanita semacam Aurin yang terkenal agresif dan suka menggoda iman Adien itu belum menyerah. Hei dia hanya mundur teratur bukan mundur berhenti! Yang artinya seorang Aurin punya rencana lebih baik daripada sebelumnya.Mundur perlahan kebelakang, ambil ancang-ancang baru, barulah kemudian menyerang. Hm, untuk beberapa waktu Aurin sudah putuskan agar menjauhi Adien sementara waktu dan bila tiba