Di usia 18 atau 19 tahunnya, Aurel sedang berada di masa-masa awal mengenal perasaan cinta. Kedatangannya ke dunia luar ini jelas membuatnya sangat bersemangat. Kemudian, dia bertemu dengan pewaris yang juga merupakan calon suaminya di masa depan.Yang membuat Aurel paling bahagia adalah calon suaminya ini bahkan telah menyelamatkan hidupnya. Ini membuatnya merasa bahwa semuanya begitu sempurna. Bahkan di dalam hatinya, dia mulai memiliki perasaan suka yang sulit dijelaskan terhadap Afkar.Namun, kata-kata Afkar saat ini seperti seember air dingin yang dengan kejam dituangkan ke kepalanya. Memang kekuatannya luar biasa, tetapi hatinya tidak sekuat itu. Dia hanya merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.Aurel menatap ke arah Afkar. Dia menggigit bibirnya, lalu memberi tahu sambil menggeleng, "Aku ... aku nggak akan menyerangmu .... Kalau kamu nggak mau kembali bersamaku, aku nggak akan memaksamu kok ...."Beberapa detik kemudian, Aurel menarik napas dalam-dalam. Dia menatap Afkar
Kalau orang lain yang melakukan hal itu, mungkin Aurel sudah langsung menamparnya hingga nyawanya melayang. Jadi, melihat ekspresi gila yang terpampang di wajah Afkar, dia merasa sedikit takut dan khawatir. Rasanya seperti seorang istri yang melihat suaminya mabuk berat ....Saat ini, raut wajah Afkar dipenuhi dengan ejekan. Dia berbicara dengan nada penuh penekanan, "Kenapa? Apa kakekmu nggak memberitahumu bahwa giok berbentuk naga itu diambil oleh seorang pengkhianat dari keluarga kalian? Selain itu, apa dia nggak bilang bahwa akulah keturunan dari pengkhianat Keluarga Rajendra Kuno itu?"Kemudian, Afkar bertanya sambil tersenyum sinis, "Jadi, apakah sekarang kamu masih percaya bahwa kakekmu benar-benar mau aku jadi kepala keluarga berikutnya? Dia itu cuma sedang menipumu! Hahaha ...."Afkar melanjutkan, "Aku ini keturunan pengkhianat. Kakekku hilang bertahun-tahun yang lalu, sementara kematian orang tuaku berkaitan dengan Keluarga Rajendra dunia misterius dan Keluarga Rajendra Kuno.
Rambut wanita yang baru saja selesai mandi itu terlihat basah dan masih meneteskan air. Berhubung tidak ada baju wanita yang tersedia untuk Aurel, dia pun mengenakan setelan jas pria. Setelan jas itu diambil oleh Afkar dari kantong dimensinya. Awalnya, jas itu sebenarnya dipersiapkan untuk dirinya sendiri. Setelan itu jelas kebesaran dua ukuran. Hal itu membuat tubuh Aurel yang mungil terlihat lebih kecil dari biasanya.Pada saat ini, putri dari Keluarga Rajendra Kuno ini duduk di tepi bendungan. Wajahnya memerah ketika berkata demikian kepada Afkar.Di momen ini, Aurel merasa jantungnya berdebar kencang. Satu tangannya memegang ujung bajunya dengan cemas. Dia terlihat malu dan tidak tenang. Meskipun Aurel memiliki kekuatan puncak tahap akhir tingkat kelahiran jiwa dan berasal dari Keluarga Rajendra Kuno, sikapnya tidak berbeda jauh dengan wanita lain ketika berada di hadapan Afkar.Begitu Aurel selesai berbicara, Afkar terkejut dan tidak kesulitan memercayai apa yang dia dengar. Dia
Ini adalah pertama kalinya Afkar begitu terbuka di hadapan orang lain. Bahkan, dia sengaja sedikit menunjukkan kemampuan dirinya dengan cara yang agak sok.Sebab saat ini, di hadapan Sekte Surya Rembulan, yang Afkar butuhkan adalah membuktikan identitasnya sebagai pewaris Zuro. Yang dia inginkan adalah agar mereka mengakui dirinya.Mendengar ucapannya, Abdul menarik sudut bibirnya dan akhirnya mengangguk dalam diam. Dia berkomentar dengan ekspresi sangat lega, "Hebat! Sungguh luar biasa! Pewaris pilihan Zuro yang disembah oleh Sekte Surya Rembulan, pastinya bukan orang biasa. Sepertinya, reaksiku barusan terlalu berlebihan!"Seolah-olah, Abdul merasa sangat wajar jika Afkar bisa menghidupkan orang yang hampir mati. Pada saat ini, meskipun Afkar belum menjalani ujian dari Sekte Surya Rembulan, dia sudah hampir yakin di dalam hatinya bahwa Afkar pasti adalah pewaris Zuro. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa sehebat itu?Selain itu, setelah melihat kemampuan penyembuhan Afkar yang lua
Abdul menyetujui taruhan tersebut dengan senang hati. Mendengar itu, Afkar tersenyum tipis. Tatapannya yang bercahaya penuh dengan rasa percaya diri.Meskipun luka Aurel sangat parah, Afkar sudah pernah menyembuhkan luka seberat ini. Sebelumnya, luka yang diterima Fadly bahkan tidak kalah parah. Namun, pada akhirnya Afkar berhasil menyembuhkannya dan membuatnya kembali sehat bugar. Jadi, Afkar sangat yakin bahwa kali ini dia bisa menyembuhkan Aurel.Namun, seiring Afkar terus menggunakan Teknik Penyatuan Energi Naga untuk menyembuhkan Aurel, sambil memeriksa kondisi tubuhnya, ekspresinya perlahan berubah sedikit.Sebab, Afkar merasakan sesuatu ... yang sangat familier di dalam tubuh Aurel. Itu adalah energi hitam yang sangat dingin dan kuat. Sama persis ... dengan kutukan yang ada dalam tubuh Shafa. Bagaimana bisa seperti ini?Apa Aurel juga terpengaruh kutukan dari Keluarga Rajendra Kuno? Padahal, dia adalah cucu dari Kepala Keluarga Rajendra Kuno. Kalau memang kutukan itu diwariskan,
Melihat Afkar sedang memeluk seseorang yang hampir mati dan tangannya bahkan diletakkan di dada orang itu, ekspresi Abdul langsung menjadi agak aneh. Yang benar saja? Wanita ini sudah hampir kehilangan nyawa, tetapi Afkar masih sempat-sempatnya mengambil keuntungan?Jangan-jangan, Afkar punya kebiasaan jahat yang aneh? Memikirkan itu, Abdul langsung mengerutkan alisnya. Apakah sifat keturunan Zuro memang seburuk itu? Pada akhirnya, dia tidak tahan lagi. Dia bertanya dengan nada tidak sabar pada Afkar, "Anak Muda, apa yang kamu lakukan?""Menyembuhkan lukanya," balas Afkar dengan suara dalam, tetapi tangannya malah terus bergerak. Dia terus mengalirkan energi naga vital ke titik akupunktur di dada Aurel untuk menyembuhkan lukanya.Mendengar ini, Abdul terlihat sangat ragu. Dia bertanya, "Kondisinya sudah seperti ini. Kamu masih bisa menyelamatkannya? Kalaupun kasih dia 1.000 atau 10.000 Pil Pemulih Agung, sepertinya dia sulit untuk bertahan juga."Afkar memberi tahu dengan penuh keyakin